Menanggapi tagar Indonesia terserah, memang rumit apalagi kesan yang nampak pada masyarakat Indonesia khususnya perkotaan sedang asyik-asyiknya menikmati kebebasan berbicara dan berekspresi layaknya seorang analis sosial politik. Baru ikut partai saja sudah jadi ahli politik, baru ikut aktif organisasi jadi ahli organisasi, baru ikut sana baru ikut sini sudah merasa ahli.Â
Semua disuarakan dengan lepas tanpa pertimbangan. Tapi hal ini sekilas harus dipandang sebagai sesutu yang wajar karena masyarakat kita sedang gemar-gamarnya meniru lakon dan pelakon yang mereka temukan di media sosial dan elektronik pada umumnya. Intinya sikap yang mudah ikut-ikutan masyarakat menemukan jalan nyamannya ketika membuka media.
Terkait tagar Indonesia terserah, ada kecenderungan masyarakat akan semakin menggila mengabaikan begitu saja kebijakan pemerintah yang bernama PSBB. Bayangkan, yang jelas ada PSBB saja masyarakat dengan mudahnya melanggar, apalagi kalau ada Tagar Indonesia Terserah. Sangat sulit mengharapkan respon tagar Indonesia Terserah kepada masyarakat yang sepertinya tidak memiliki Kepatuhan dan Kesadaran terhadap aturan atau Hukum.Â
Dari sisi kepatuhan masyarakat Indonesia tidak takut dengan ancaman hukum karena memang hukum di Indonesia masih compang camping penegakkan hukumnya, ekstrimnya bisa dibeli dan dinegosiasi. Kemudian dari sisi Ketaatan, nah ini apalagi lebih sulit lagi karena ketaatan timbul bermula dari kesadaran sementara untuk mencapai titik kesadaran hukum itu tidak bisa diperoleh dalam waktu singkat.Â
Seharusnya tagar Indonesia terserah ditangkap dengan sigap oleh pemerintah dan lakukan penagakan hukum yang sebanarnya. Hukum memang tidak bisa mengobati penyakit, tetapi yakin dan pasti bisa menjadi sarana untuk membantu medis melakukan tugas yang mulianya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H