Mohon tunggu...
Hanz Endi Pramana
Hanz Endi Pramana Mohon Tunggu... Freelancer - menulis seakan bagian dari masa lalu. akankan punah?

Lulusan Prodi Ilmu Komunikasi, Fisip, Atma Jaya Yogyakarta, mantan wartawan Tribun Pontianak (Kompas Gramedia), Kalimantan Barat. Mantan wartawan yang ingin tetap menulis. Email: endi.djenggoet@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gadis Kanada Itu Tampak Seperti Putri Dayak

16 April 2011   05:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:45 1012
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_101030" align="alignleft" width="290" caption="Savhanna berpose mengenakan pakaian adat Dayak di Desa Bengaras, Kecamatan Sungai Laur, Katapang, Kalimantan Barat. "][/caption] The English version of this article can be read at the bottom. TELAH beberapa hari mahasiswi asal Kanada, Savhanna Wilson (24) menikmati kehidupan tradisional Dayak di kampung kami Desa Balai Berkuak, Kecamatan Simpang Hulu, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Dia mengaku banyak menemukan hal-hal yang di luar bayangan sebelumnya.

"More beautiful here than I could have imagined," ucap Savhanna, yang menilai perkampungan itu jauh lebih indah ketimbang yang pernah dia bayangkan.

Dia menuturkan, Jumat (15/4) pagi sempat mandi di sungai yang airnya jernih. Dia yang ditemani adik perempuan saya, mengumpulkan rebung yang mereka temui sepanjang jalan.

Savhanna sangat tertarik melihat orang-orang di kampung memanfaatkan alam sekitar untuk kehidupan sehari-hari. Dia menyebutnya sebagai "sustainable lifestyle", gaya hidup yang berkelanjutan dan berbasis alam.

"As a Canadian, I am not able to experience regularly because of the climate of my home country. I look forward to enjoying the prepared rebung for dinner," ujar Savhanna, mengungkapkan, mencari rebung dan memanfaatkan alam sekitar tidak bisa dilakukan di negaranya. Dia pun ingin menikmati masakan "bambu muda" itu untuk makan malam.

Hanya saja, dia terpaksa mengurungkan niatnya memancing ikan di sungai. Hujan yang turun deras malam sebelumnya, membuat air melimpah dan tidak cocok untuk memancing.

Sebagai gantinya, keluarga saya mengajak dia mengunjungi ladang tua yang kini telah menjadi hutan belantara. Dia akan menanam beberapa pohon buah-buahan di sana.

Sehari sebelumnya, Savhanna berkunjung ke desa lain di Kecamatan Sungai Laur, di ujung Balai Berkuak. Di sana dia disambut oleh banyak warga yang penasaran. Dia pun berkesempatan mengenakan pakaian adat Dayak, dan terlihat sangat cantik!

Dia mengatakan, merasa terhormat karena tidak hanya bisa sekadar melihat, tetapi bisa sejenak mengenakannya. Dengan pakaian itu, kamu terlihat seperti putri Dayak, Sav!

"I felt like one! It was a wonderful experience," ucapnya. Keindahan yang sudah terlalu lumrah sehingga penduduk lokal pun sudah tak menyadarinya. Savhanna melihat hal lain yang bagi dia merupakan sesuatu yang baru.

Tak ketinggalan, dia juga sempat menyaksikan ritual baboretn, yang digelar di Desa Tahak, sekitar 6 kilometer dari Balai Berkuak. Ritual baboretn yakni praktik perdukunan yang masih diyakini bisa menyembuhkan penyakit.

Savhanna terkesan dengan pengalaman pertama melihat ritual persembahan seekor babi dan dua ekor ayam untuk prosesi magic itu. Dia melihat sang dukun menari sesuai irama gendang, mengelilingi "taman" yang didirikan di tengah rumah. Taman yang dimaksud merupakan perlengkapan ritual yang berupa batang yang ditegakkan dengan hias-hiasan dedaunan dan sesajian.

"I did, however, enjoy my very first ritual animal sacrifice, 2 chickens and a pig, so that was exciting! No need to worry!" komentarnya tentang ritual itu. (*)

SEVERIANUS ENDI * Versi yang sudah diedit dimuat sebagai citizen reporter di Harian Tribun Pontianak (Kompas-Gramedia) edisi Sabtu (16/4/11) * Versi yang sama ditayangkan di portal berita tribunnews dot com (Kompas-Gramedia) di link ini.

English version

Description of photo: Savhanna posed wearing Dayak traditional clothes in Bengaras Village, Sungai Laur District, Katapang, West Kalimantan, Indonesia.

Canadian Girl That Looks Like a Dayakness Princes

IT has been several days a student from Canada, Savhanna Wilson (24) enjoy a traditional Dayak life in our village, Balai Berkuak, District of Simpang Hulu, Ketapang Regency, West Kalimantan, Indonesia. She admitted that she finds many things more than she ever imagined before.

"More beautiful here than I could have imagined," said Savhanna.

She said on Friday (15/4/11) morning was bathing in the river where the water is clear. She was accompanied by my younger sister, collecting some bamboo sprout (we say rebong in our local language) that they meet along the footpath.

Savhanna very interested in seeing the way that people are able to use the land around them for their daily lives. He called it a "sustainable lifestyle" and nature-based.

"As a Canadian, I am not able to experience regularly because of the climate of my home country. I look forward to enjoying the prepared bamboo shoots for dinner," said Savhanna.

Only, she couldn't fishing in the rivers. The river was overflow because heavy rain the night before and is not suitable for fishing.

Then, my family invited her to visit an old farm which has now become a jungle. She would plant some fruit trees there.

A day earlier, Savhanna visiting another village, Bengaras, at Sungai Laur Dictric, the next place of Balai Berkuak. There she was welcomed by many residents who were curious about her looks. She's also has a chance to wear traditional clothes of Dayak, and she looks very beautiful!

She said, feel honored because not only can just see, but can wear it for a moment. With that outfit, you look like a Dayakness princess, Sav!

"I felt like one! It was a wonderful experience," she said.

The beauty that is too common that local residents had not even noticed. Savhanna see other things which for her is something new.

She also has a chance to see the baboretn ritual, which was held in the Tahak Village, about 6 kilometers from Balai Berkuak. Ritual baboretn namely shamanism is still believed to cure diseases.

Savhanna impressed with the first experience to see the ritual sacrifice of a pig and two chickens for the magic procession. She saw the dukun (shaman) dancing to the beat the drum, around the "taman" which was established in the middle of the house. "Taman" is a ritual equipment in the form of stem-enforced with ornamental foliage decoration and offerings.

"I did, however, enjoy my very first ritual of animal sacrifice, 2 chickens and a pig. That was so exciting! No need to worry! " she comments about the ritual. (*)

Written by SEVERIANUS ENDI

* an edited version has published as a citizen reporter at the Daily Tribun Pontianak (Kompas-Gramedia) Saturday (16/4/11) edition.

* the same version aired on the news portal tribunnews dot com (Kompas-Gramedia) at this link.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun