Mohon tunggu...
Endang Yusro
Endang Yusro Mohon Tunggu... Dosen - Kepala Sekolah SMAIT Bait et-Tauhied Kota Serang, Pengurus ICMI Orwil Banten, Dosen STIT Serang, Founder Mata Pena

Menulis: Politik, Agama, Olahraga, Pendidikan, dll.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Jalan Sufi sebagai Solusi Kebangsaan

23 September 2022   00:25 Diperbarui: 23 September 2022   00:27 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bangsa Indonesia memiliki banyak pemimpin dan calon pemimpin yang berkarakter seperti yang telah disebutkan di atas, akan tetapi sirna seketika berhadapan dengan kehidupan duniawi.

Selain jujur sifat yang ditekankan pada ajaran tasawuf adalah berani (syaja'ah). Kaum sufi karena kecintaan dan kepatuhannya kepada Sang Khalik, tidak takut dan  gentar menghadapi "kejamnya" kehidupan dunia, karena bagi mereka  kehidupan   dunia  hanya sementara dan ada kehidupan yang abadi, yaitu kehidupan akhirat.

Tidak ada yang berhak ditakuti, karena kekuasaan hanya milik Allah, dan berani jujur walau berhadapan dengan "cruel system" (sistem yang bengis). Manusia sebagai pribadi pemberani pasti mempunyai ketegasan sikap, keputusan, dan tindakan yang dilandasi oleh suara hati nurani serta pemahaman yang mantap terhadap berbagai persoalan.

Kejujuran merupakan sifat yang banyak ditunjukkan para sufi dalam kehidupannya,   seperti  Al--Mawardi  dengan   kejujurannya   dalam   berdagang,  Syaikh Abdul Qadir Jailani dalam menuntut ilmu, Imam Al-Ghazali dalam mengajarkan ilmu yang diperoleh dari gurunya, Rabiah al-Adawiyah kejujuran cintanya kepada Allah.

Al-Ghazali menyatakan bahwa perjalanan tasawuf itu pada hakikatnya adalah pembersihan diri dan pembeningan  hati terus menerus sehingga mampu mencapai musyahadah. Oleh karena itu ia menekankan pentingnya pelatihan jiwa, penempaan moral atau akhlak yang terpuji  baik disisi  manusia maupun Tuhan.

Sementara berbicara kejujuran, al-Ghazl membagi enam tingkat. Orang yang mencapai derajat kejujuran yang sempurna layak disebut sebagai orang yang benar-benar jujur, antara   lain:

Pertama, jujur dalam perkataan, di setiap situasi, baik yang berkaitan dengan masa lalu, masa sekarang dan yang akan datang.

Kedua, kejujuran dalam niat, berupa   pemurnian  yang menjurus pada kebaikan. Jika di dalamnya terdapat unsur campuran lainnya berarti kejujuran kepada Allah S.W.T. telah sirna.

Ketiga, kejujuran dalam bertekad, yaitu untuk  berbuat  adil bila dikaruniai kekuasaan. Orang yang mempunyai tekad yang bulat lagi kuat disebut sebagai orang yang benar-benar kuat dan jujur.

Keempat, kejujuran memenuhi tekad. Pada tingkat ini  seringkali jiwa dibanjiri dengan kemauan yang kuat pada mulanya, tetapi ketika menginjak pada tahap pelaksanaan, bisa melemah. Karena janji tekad yang bulat itu mudah, namun menjadi berat ketika dalam pelaksanaan.

Kelima, kejujuran dalam beramal. Pada tingkat ini tidak ada ekspresi pada hal-hal yang bersifat bathiniyah, apa yang dilakukan memang demikian adanya, tidak ada unsur riya' dalam beramal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun