Mohon tunggu...
Endang Sriwahyuli Simanjuntak
Endang Sriwahyuli Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - @mbokne_segara

Guru di SMPN 6 Yogyakarta dan SMPN 3 Yogyakarta, Penulis Buku Tanah Brahmana. Seorang ibu untuk Ocean dan Sky, pecinta teratai, kamboja dan hujan. Penikmat candi, jalan sunyi dan pedesaan. Sampai bertemu di IG @mbokne_segara

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lumbung Pangan dan Lumbung Harapan

28 Oktober 2024   15:59 Diperbarui: 29 Oktober 2024   10:41 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di tengah gempuran kemiskinan dan harga pangan yang tidak menentu, banyak orang tua yang berjuang keras untuk mengumpulkan biaya pendidikan, meskipun pendapatan mereka dari hasil bumi sangat terbatas. Mereka percaya bahwa pendidikan adalah kunci untuk keluar dari lingkaran kemiskinan dan membuka peluang yang lebih baik di masa depan. 

Masyarakat di Desa Purbatua sangat menghargai pendidikan, namun akses yang terbatas dan keterbatasan finansial menjadi penghalang. Meski demikian, banyak orang tua yang tetap berusaha, dengan harapan bahwa pendidikan akan memberikan anak-anak mereka peluang untuk meraih cita-cita yang lebih tinggi, membawa perubahan positif tidak hanya bagi diri mereka sendiri tetapi juga untuk komunitas mereka. 

Kondisi ini menciptakan dinamika yang kompleks antara kemiskinan dan harapan. Meski tantangan yang dihadapi besar, semangat dan tekad untuk memperbaiki kehidupan melalui pendidikan tetap menjadi pendorong utama bagi masyarakat di Desa Purbatua dalam bekerja dan mengolah ladang-ladang mereka.

Seperti yang saya sampaikan di awal bahwa masyarakat Batak menganggap hubungan bumi dengan tumbuh-tumbuhan sebagai hal yang sakral, maka mereka mempertahankan pengetahuan dan identitas ini dengan cara mempersiapkan generasi mendatang untuk menghadapi tantangan dalam memenuhi kebutuhan pangan mereka di kemudian hari. 

Selepas jam sekolah anak-anak lelaki dan perempuan tampak berjalan berramai-ramai menuju ke ladang tempat orang tua mereka bekerja, dan kembali ke rumah saat hari sudah petang. Di malam hari mereka belajar dan keesokan harinya mereka kembali membantu orang tua di ladang selepas jam sekolah. 

Demikianlah proses pengetahuan tentang pemanfaatan tumbuhan sebagai sumber pangan telah diturunkan secara turun-temurun, di mana orangtua berperan sebagai pengajar bagi anak-anak mereka sendiri. 

Pewarisan pengetahuan ini tidak hanya berfungsi untuk melestarikan tradisi, tetapi juga membantu mereka dalam mempertahankan ketahanan pangan. Dengan mengajarkan cara menanam dan mengolah berbagai jenis umbi-umbian dan biji-bijian, orang tua memastikan bahwa anak-anak mereka memahami pentingnya diversifikasi pangan dalam kehidupan sehari-hari. 

Di Desa Purbatua anda masih dapat menemukan lumbung kayu tempat penyimpanan padi ada pada setiap rumah. Lumbung ini berfungsi untuk mengatur pemasukan dan pengeluaran padi yang akan dijemur dan digiling menjadi beras. Masa kecil saya dulu, Lumbung Padi menjadi salah satu tempat favorit bermain petak umpet bersama teman-teman. Dan selama tahun 1990-an, keberadaan lumbung menjadi sangat penting untuk menjaga kualitas padi yang disimpan. 

Karena lumbung juga berfungsi sebagai tempat cadangan pangan pokok, khususnya ketika hasil panen padi menurun di musim berikutnya. Fungsi lumbung sebagai salah satu bentuk ketahanan pangan keluarga, bersanding dengan fungsi lumbung sebagai harapan hari esok bagi keluarga yang menjaga agar lumbung tersebut selalu terisi di segala musim.

Ada yang khas dari komposisi rumah masyarakat Desa Purbatua. Yakni, rumah panggung yang usang, tanaman obat keluarga di pekarangan, lumbung kayu yang besar, dan dinding kayu yang dipenuhi dengan foto wisuda anak-anaknya yang bersekolah di kota. Rumah mereka dipenuhi dengan kebanggan dan harapan. Foto-foto wisuda yang terpajang menjadi pengingat akan pengorbanan yang telah dilakukan, serta harapan untuk masa depan yang lebih cerah. 

Masyarakat Desa Purbatua meyakini bahwa pendidikan adalah investasi jangka panjang yang akan membuahkan hasil, tidak hanya bagi keluarga, tetapi juga untuk kemajuan desa mereka. Momen wisuda ini bukan hanya tanda prestasi pribadi, tetapi juga simbol perjuangan orang tua mereka yang rela mengorbankan kenyamanan hidup demi memastikan anak-anak mereka mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun