Mohon tunggu...
Endang
Endang Mohon Tunggu... Lainnya - Anak Bangsa, itu aja ko ----

Jangan lupa bersyukur Ig.endangsri.amin

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ini Salah, Itu Salah

5 November 2020   23:35 Diperbarui: 5 November 2020   23:48 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
mothersnotebook.com

"Adu duh, nak itu jangan dipegang nanti rusak, nanti tangan adek gatal, luka", dan perkataan yang lainya yang akan membuat anak untuk tidak menyentuh hal tersebut atau bahkan merasa takut dengan sesuatu yang dilarang tersebut. Itulah yang sering kita jumpai di kehidupan masyarakat ketika anaknya ingin melakukan sesuatu atau menyentuh hal yang baru. 

Secara tidak sadar ayah, bunda dari perkataan itu berdampak tidak baik bagi pengembangan kreativitas anak dan kognitif anak. Ini yang terjadi dengan keponakan saya. Seorang ibu yang membiarkan anaknya untuk memegang kompor. 

Sebelumya, ibunya sudah kasi tau ke anaknya, kalau kompor itu panas. Akan tetapi karena rasa ingin tahunya anak sangat tinggi, sehingga anak tersebut ingin mencoba memegang kompor tersebut. 

Kemudian ibu dari anak tersebut mengijinkan, yang terjadi sesudah anak memegang kompor adalah anaknya berkata, "kompornya panas, ternyata ibu benar."

Kemudian ibunya berkata pada anaknya, "lain kali jangan memegang dipegang lagi, kan adek sudah tau kalau kompor itu panas." 

Dari hal itu kita bisa menyimpulkan bahwasanya dengan eksprimen atau percobaan akan mengembangkan kreativitas dan kemampuan kognitif anak sangat baik. Sala satu ciri berpikir kreatif adalah anak yang memiliki rasa keingin tahuannya dengan sesuatu hal yang baru.

Orang tua dan pendidik harus mampu mengembangkan kreativitas anak melalui eksperimen. Jangan membatasi anak untuk melakukan hal yang baru dengan catatan ketika seorang anak mencoba hal yang baru tersebut, orang tua atau pun pendidik tetap mengawasi anaknya, agar tidak terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan.

Berbicara tentang eksperimen pada anak, terlebih dahulu kita harus mengetahui esperimen itu apa? 

Jadi, eskperimen adalah suatu bentuk kegiatan yang dimana akan menemukan sesuatu hal yang baru bagi orang yang melakukan hal tersebut. Sedangkan menurut salah satu para ahli yang bernama Roistiyah eksperimen adalah suatu cara mengajar dimana seorang atau sekelompok siswa melakukan suatu percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya. 

Jadi esperimen pada dasarnya adalah melakukan  percobaan terhadap suatu hal yang diinginkan oleh orang yang melakukan eksperimen.

Eksperimen yang dilakukan anak usia dini dengan eksperimen yang dilakukan oleh orang dewasa itu berbeda.  Adapun eksperimen yang dilakukan anak adalah eksperimen yang dekat dengan lingkungan mereka, yang mudah dipahami anak yang dapat mengembangkan kreativitas dan kemampuan kognitif anak. 

Contoh eksperimen yang dapat dilakukan anak usia dini adalah ekperimen tumbuhan seperti tumbuhan bunga yang ada ditaman sekolah mereka.

Adapun hal-hal yang dilakukan anak dari segi pertanyaan berupa pertanyaan yang sederhana mungkin agar anak tidak merasa kebingungan. Adapun hal yang berupa pertanyaan yaitu:

  • "Apa ini?": anak usia dini bisa diarahakan ke suatu ciri atau karakteristik tentang hal tersebut. Misalnya: bunga dengan karakteristik ada daunya, ada batang dan ada biji bunga.
  • "Bagaimana itu bisa terjadi?": di sini anak bisa diarahkan kenapa hal tersebut. Misalnya: tanaman bungan bisa tumbuh karena disiram air tiap pagi dan sore.
  • "Apa yang dilakukan agar hal tersebut dapat berubah?": pendidik meminta anak untuk menguji coba hal tersebut dengan imajinasi mereka. Yang pada akhirnya sesuatu tersebut bisa berubah status.

Adapun tahapan dalam melakukan eksperimen pada anak di antaranya:

  • Percobaan Awal; percobaan awal ini dimana pendidik, terlebih dahulu menjelaskan materi yang akan dijadikan bahan eksperimen kepada anak.
  • Pengamatan; pengamatan yang dilakukan peserta didik/anak atas percobaan pengamatan yang dilakukan pendidik. Kemudian pendidik meminta peserta didik untuk mengamati dan mengingat apa yang mereka amati.
  • Hipotesis awal; anak diminta untuk mengumpulkan informasi sementara berdasarkan pengamatan anak.
  • Verivikasi; membuktikan kebenaran dari dugaan awal, membuktikan kebenaran ini terlebih dahulu pendidik membentuk peserta didik menjadi beberapa kelompok. Selanjutnya peserta didik melakukan diskusi dengan teman kelompoknya kemudian menyampaikan hasil diskusi mereka didepan teman-teman mereka.
  • Aplikasi konsep; setelah menjelaskan hasil percobaan didepan teman-temanya,kemudia mereka malakukan/ mengaplikasikan  dikehidupan mereka.
  • Evaluasi; melakukan evaluasi ketika selesai kegiatan.

Strategi dalam pengembangan kretaivitas dengan eksperimen yang bisa dilakukan dengan anak usia dini, di antaranya:

  • Memahami anak dengan masalah yang sederhana.
  • Pendidik terlebih dahulu memahami apakah masalah tersebut bisa dijawab dengan melakukan eksperimen.
  • Pendidik terlebih dahulu melakukan atau membentuk kelompok beserta lingkup lingkungan tempat anak melakukan sksperimen.
  • Melakukan percakapan atau interaksi dengan anak untuk mengembangkan kreativitas anak.
  • Memberikan stimulus kepada anak agar mampu membuat kesimpulan dengan sederhana dari kegiatan eksperimen yang dilakukan anak.

Kegiatan eksperimen pada anak bukanlah kegiatan yang akan merumitkan anak, akan tetapi membuat anak dapat mengembangkan kreativitas dan kemampuan mereka dalam berpikir. Dengan eksperimen, juga dapat membuat anak menemukan atau mendapatkan pengetahuan yang baru. Meningkatkan rasa keingin tahuanya anak terhadap sesuatu. 

Dengan melakukan eksperimen anak secara langsung melibatkan semua anggota tubuhnya baik dari mata yang melihat sampai anggota tubuh lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun