Mohon tunggu...
Endang S.Ag
Endang S.Ag Mohon Tunggu... Guru - CGP-SMP Mubtadiat Arjawinangun Cirebon

Menulis adalah kreatifitas berfikir

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sintesis Antar Materi Modul 3.2

1 Mei 2021   00:40 Diperbarui: 1 Mei 2021   00:41 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

 

SINTESIS ANTAR MATERI

                                 PEMIMPIN DALAM PENGLELOLAAN SUMBER DAYA

                      PGP-1- ENDANG- KAB.CIREBON- SMP MUBTADIAT- MODUL 3.2

         Terkait dalam filosopi pandangan Ki Hajar dewantara tentang Triloka yang isinya  yaitu seorang guru menjadi teladan uswatun khasanah saat mendidik baik disekolah maupun dilingkungan masyarakat, memberikan semangat ketika melakukan dan menerapkan budaya positif , serta mendorong anak didik dalam mengarungi pendidikan sebagai salah satu upaya menggapai cita-cita Sebagaimana ungkapan yang kita kenal Triloka Ki Hajar Dewantara "Ing Ngarso Suntulodo, Ing Madya Mangun Karsa, Tut wuri Handayani".Penerapan untuk melakukan pembelajaran yang mengutamakan kebebasan kepada seluruh siswa dalam belajar, menerima pembelajaran, serta kebebasan dalam mengeksplorasi diri sebagai pembelajar.sejatinya akan lahir generasi generasi anak yang tidak tergantung kepada orang lain dan bisa bersandar atas kekuatan sendiri.

         Salah satu materi untuk membekali seorang pendidik dalam menjalankan tugasnya sebagai guru dan agen perubahan maka materi  coaching adalah materi dimana seorang pendidika mampu menggali masalah yang berhubungan dengan murid ataupun komunitas yang ada disekolah. Dengan pembekalan materi coaching diharapkan masalah masalah yang ada bisa terselesaikan dengan baik dan terarah.

         Coaching adalah memberikan pertanyaan pertanyaan untuk menggali dan murid sendiri yang menentukannya dalam konteks pendidikan coaching menjadi salah satu proses 'menuntun' kemerdekaan belajar murid dalam pembelajaran di sekolah. Coaching menjadi proses yang sangat penting dilakukan di sekolah terutama dengan diluncurkannya program merdeka belajar oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Program ini dapat membuat murid menjadi lebih merdeka dalam belajar untuk mengeksplorasi diri guna mencapai tujuan pembelajaran dan memaksimalkan potensinya. Harapannya, proses coaching dapat menjadi salah satu langkah tepat bagi guru untuk membantu murid mencapai tujuannya yaitu kemerdekaan Terkait dengan kemerdekaan belajar, proses coaching merupakan  proses untuk mengaktivasi kerja otak murid. Pertanyaan-pertanyaan reflektif  dapat membuat murid melakukan metakognisi. Selain itu, pertanyaan-pertanyaan dalam proses coaching juga membuat murid lebih berpikir secara kritis dan mendalam. Yang akhirnya, murid dapat menemukan potensi dan mengembangkannya  Pada kondisi obyektif  di sekolah murid kita tentunya memiliki potensi  yang berbeda-beda dan menunggu untuk dikembangkan. Pengembangan   potensi inilah yang menjadi tugas seorang guru. Apakah pengembangan diri anak ini cepat, perlahan-lahan atau bahkan berhenti adalah tanggung jawab seorang guru. Pengembangan diri anak dapat dimaksimalkan dengan proses coaching

          Coaching, sebagaimana telah dijelaskan pengertiannya dari awal memiliki peran yang sangat penting karena dapat digunakan untuk menggali potensi murid sekaligus mengembangkannya dengan berbagai strategi yang disepakati bersama. Jika proses coaching berhasil dengan baik, masalah-masalah masalah eksternal yang mengganggu seperti menurunya minat belajar, kurang berkembangnya pemahaman dalam sebuah mata pelajaran, terjadinya gesekan antar atau sesama teman dan lain lain yang akan mengganggu proses pembelajaran dan dapat menurunkan potensi murid akan dapat diatasi.

Pendidikan yang berpusat sama anak, pemebelajaran  yang terarah berfokus pada minat dan bakat anak, mampu mengelola kompetensi social dan emisional dan mampu menjadi pemimpin dalm pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, serta Arah pengambilan keputusan pembelajaran  disekolah sejatinya akan jelas dan terarah jika proses pengambilan keputusan dilakukan dengan tepat, dan efektif dan slalu berpihak kepada kebutuhan murid,pengambilan keputusan yang bertangguang jawab dalam menentukan arah keputusan, maka dikenal dengan istilah dilemma etika atau bujukan moral.

 Dilema etika adalah situasi dimana ada dua pilihan dalam mengambil sebuah keputusan yang sama sama benarnya  menurut moral namun bertentangan,dalam menerpakan dilemma itu ada hal hal yang perlu dicermati diantaranya   ada [empat ] paradigma serta  menggunankan9 [  tiga]  prinsip dan 9 [Sembilan]  langkah pengambilan keputusan, sehingga terkadang banyak keputusan yang diambil oleh pemangku kepentingan sering bersebrangan dengan kebijakan kebijakan lain,karena dasar keputusan tidak mengarah dan mengakar kepada  dilema etika atau bujukan moral,dilemma etika sejatinya sebuah pilihan atau memilih dua pilihan yang sama sama benar menurut moral namun bertentangan dan bersebrangan. Keputusan yang diamabil harus efektif dan berpijak kepada aturan yang ada sementara  rasa peduli, aturan, harus juga dipertimbangkan. Terkait dengan materi dilema etika  ini sifatnya relative dan bergantung pada situasi dan kondisi yang terjadi pada saat kejadian,  hal ini dapat dimaknai bahwa terkadang adalah hal yang benar untuk memegang aturan demi suatu keadilan, akan tetapi terkadang membuat pengecualian juga merupakan tindakan yang benar pula.terkadang  masuk ke ranah bujukan moral  dimana kita dihadapkan dengan situasi yang sangan urgent.

Kemudian dalam kaitannya dengan pemimipin dalam pengambilan keputusan, seorang pendidik harus mampu melihat kemampuan komunitas nya dalam satu tatanan kehidupan ekosistem sekolah  dan kemampuan melihat kekuatan dalam lingkungan sekolah akan memberikan peluang peluang emas bagi komunitas sekolah untuk maju menjadi bagian perubahan pendidikan disekolahnya masing masing. Memaknai sebuah kekuatan dalam  sebuah lembaga serta melihat sebuah aset aset yang terkandung didalamnya maka kita akan bisa menatap masa depan dengan baik dan terarah sesuai dengan asset yang ada.sementara ini kita para pendidik disibukan dengan melihat kekurangan dan masalah yang ada, kemudian kita disibukan dengan berbagai cara untuk menyelesaikan masalah, dan tentunya pendekatan berbasisi masalah melahirkan para pendiidik dan komunitas didalamnya tidak mampu mandiri dalam kaki sendiri, dengan kata lain sebuah lembaga yang selalu melihat berbagai kekurangan yang ada tanpa mampu membuka dan menggali kesuksesan yang pernah ada  maka kebesaran dan kemandirian sebuah sekolah akan sulit terlaksana.

Menjadi pemimpin dalam pengelolaan sumber daya  dengan menggunakan  pendekatan berbasisi aset akan membuka sumber daya yang belum maksimal digunakan, Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset menekankan kepada kemandirian dari suatu komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan bermodalkan kekuatan dan potensi yang ada di dalam diri sendiri, dengan demikian hasil yang diharapkan akan lebih berkelanjutan.

Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki oleh sebuah sekolah Selama ini lembaga  sibuk pada strategi mencari pemecahan pada masalah yang sedang dihadapi. Dan melupakan asset asset yang ada.

Sebuah sekolah akan menjadi sebuah kebanggan  warga sekolah jika sudah mampu mengetahui asset asset yang ada, diantara asset asset sekolah yang ada dalam komunitas sekolah kami diantaranya adalah. Murid ,guru, kepala sekolah, staf administrasi,pengawas sekolah dan tentunya wali murid,  yang dalam hal ini lkita sebut sumber daya. beberapa asset yang kami paparkan terkait dalam  sumber daya diantanya

Faktor-faktor biotik yang ada dalam ekosistem sekolah  di antaranya adalah:

  • Murid merupakan asset sekolah yang harus diperhatikan
  • Kepala Sekolah merupakan pemimpin dalam sebuah keputusan
  • Guru merupakan  komunitas terdidik untuk melakukan perubahan
  • Staf/Tenaga Kependidikan merupakan parner administrasi
  • Pengawas Sekolah merupakan control komunikasi dalam kebijakan
  • Orang Tua dan masyarakat.

faktor-faktor abiotik yang juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran di antaranya adalah keuangan dan sarana prasarana.

Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset menekankan kepada kemandirian dari suatu komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan bermodalkan kekuatan dan potensi yang ada di dalam diri mereka sendiri, dengan demikian hasil yang diharapkan akan lebih berkelanjutan.

Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki oleh sebuah komunitas. Selama ini komunitas sibuk pada strategi mencari pemecahan pada masalah yang sedang dihadapi. Pendekatan PKBA merupakan pendekatan yang digerakkan oleh seluruh pihak yang ada di dalam sebuah komunitas atau disebut sebagai community-driven development. Di dalam buku 'Participant Manual of Mobilizing Assets for Community-driven Development' (Cunningham, 2012) menuliskan perbedaannya dengan pendekatan yang dibantu oleh pihak luar. Penjelasan yang ada sebetulnya ditujukan untuk pengembangan masyarakat, namun tetap bisa kita implementasikan pada lingkungan sekolah karena sebetulnya adalah miniatur sebuah tatanan masyarakat di suatu daerah.

  1. Perubahan masyarakat yang signifikan karena warga lokal dalam masyarakat tersebut yang mengupayakan perubahan. Apabila kita aplikasikan ke lingkungan sekolah dan seluruh warga sekolah berupaya melakukan perubahan maka perubahan tersebut pasti akan terjadi.
  2. Warga masyarakat akan bertanggung jawab pada yang sudah mereka mulai. Dengan demikian setiap warga sekolah akan bertanggung jawab atas apa yang sudah dimulai.
  3. Membangun dan membina hubungan merupakan inti dari membangun masyarakat inklusif yang sehat. Membangun dan membina hubungan antar warga sekolah, seperti hubungan guru-guru, guru -- kepala sekolah, guru -- murid -- guru, guru -- staf sekolah -- guru, staf sekolah -- murid -- staf sekolah, ataupun kepala sekolah -- murid -- kepala sekolah menjadi sangat penting untuk membangun sekolah yang sehat dan inklusif.
  4. Masyarakat tidak pernah dibangun dengan berfokus terus pada kekurangan, kebutuhan dan masalah. Masyarakat merespons secara kreatif ketika fokus pembangunan pada sumber daya- sumber yang tersedia, kapasitas yang dimiliki, kekuatan dan aspirasi yang ada. Sekolah harus dibangun dengan melihat pada kekuatan, potensi, dan tantangan, kita harus bisa fokus pada pembangunan sumber daya yang tersedia, kapasitas yang kita miliki, serta kekuatan dan aspirasi yang sudah ada.
  5. Kekuatan sekolah berbanding lurus dengan tingkat keberagaman keinginan unsur sekolah yang ada, dan pada tingkat kemampuan mereka untuk menyumbangkan kemampuan yang ada pada mereka dan aset yang ada untuk sekolah yang lebih baik.
  6. Dalam setiap unsur sekolah, pasti ada sesuatu yang berhasil. Dari pada menanyakan "ada masalah apa?" dan "bagaimana memperbaikinya?", lebih baik bertanya "apa yang telah berhasil dilakukan?" dan "bagaimana mengupayakan lebih banyak hasil lagi?" Cara bertanya ini mendorong energi dan kreativitas.
  7. Menciptakan perubahan yang positif mulai dari sebuah perbincangan sederhana. Hal ini merupakan cara bagaimana manusia selalu berpikir bersama dan mencetuskan/memulai suatu tindakan.
  8. Suasana yang menyenangkan harus merupakan salah satu prioritas tinggi dalam setiap upaya membangun sekolah.
  9. Faktor utama dalam perubahan yang berkelanjutan adalah kepemimpinan lokal dan pengembangan dan pembaharuan kepemimpinan itu secara terus menerus.
  10. Titik awal perubahan selalu pada perubahan pola pikir (mindset) dan sikap yang positif.

         Kesimpulan dari modul sintesis antara materi ini, Keputusan yang tepat tentunya akan membawa keadaaan yang lebih positif kondusif, aman, dan nyaman. Kita ilustrasikan sebuah sekolah yang nyaman aman dan kondusif didalamnya tumbuh dan berkembangnya  budaya positif, murid memiliki motivasi yang cukup tinggi, belajar tanpa pujian dan hadiah , taat tanpa hukuman.pembelajaran yang berpihak kepada murid,pendidik yang selalu melihat kodrat dan kebutuhan murid serta mampu mengelola emosi menjadi sebuah kekuatan positif,menjadi pendengar yang baik ketika murid memiliki sebuah masalah, kmudian mampu menjadi pemimpin dalam pengelolaan sumber daya yang berbasis asset dan mencoba sedikit demi sedikait melupakan pendekatan dengan pendekatan yang selama ini kita terapkan yaitu pendekatan berbasis kekuarangan atau masalah. Dan terus mampu mencoba melihat kekuatan dengan menatap masa depan dengan selalu melihat kekuatan sekolah yang dimiliki, saya yakin harapan dari pendidikan guru penggerak kedepannya akan terwujud.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun