Mohon tunggu...
Endang S.Ag
Endang S.Ag Mohon Tunggu... Guru - CGP-SMP Mubtadiat Arjawinangun Cirebon

Menulis adalah kreatifitas berfikir

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sintesis Antar Materi Modul 3.2

1 Mei 2021   00:40 Diperbarui: 1 Mei 2021   00:41 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadi pemimpin dalam pengelolaan sumber daya  dengan menggunakan  pendekatan berbasisi aset akan membuka sumber daya yang belum maksimal digunakan, Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset menekankan kepada kemandirian dari suatu komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan bermodalkan kekuatan dan potensi yang ada di dalam diri sendiri, dengan demikian hasil yang diharapkan akan lebih berkelanjutan.

Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki oleh sebuah sekolah Selama ini lembaga  sibuk pada strategi mencari pemecahan pada masalah yang sedang dihadapi. Dan melupakan asset asset yang ada.

Sebuah sekolah akan menjadi sebuah kebanggan  warga sekolah jika sudah mampu mengetahui asset asset yang ada, diantara asset asset sekolah yang ada dalam komunitas sekolah kami diantaranya adalah. Murid ,guru, kepala sekolah, staf administrasi,pengawas sekolah dan tentunya wali murid,  yang dalam hal ini lkita sebut sumber daya. beberapa asset yang kami paparkan terkait dalam  sumber daya diantanya

Faktor-faktor biotik yang ada dalam ekosistem sekolah  di antaranya adalah:

  • Murid merupakan asset sekolah yang harus diperhatikan
  • Kepala Sekolah merupakan pemimpin dalam sebuah keputusan
  • Guru merupakan  komunitas terdidik untuk melakukan perubahan
  • Staf/Tenaga Kependidikan merupakan parner administrasi
  • Pengawas Sekolah merupakan control komunikasi dalam kebijakan
  • Orang Tua dan masyarakat.

faktor-faktor abiotik yang juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran di antaranya adalah keuangan dan sarana prasarana.

Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset menekankan kepada kemandirian dari suatu komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan bermodalkan kekuatan dan potensi yang ada di dalam diri mereka sendiri, dengan demikian hasil yang diharapkan akan lebih berkelanjutan.

Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki oleh sebuah komunitas. Selama ini komunitas sibuk pada strategi mencari pemecahan pada masalah yang sedang dihadapi. Pendekatan PKBA merupakan pendekatan yang digerakkan oleh seluruh pihak yang ada di dalam sebuah komunitas atau disebut sebagai community-driven development. Di dalam buku 'Participant Manual of Mobilizing Assets for Community-driven Development' (Cunningham, 2012) menuliskan perbedaannya dengan pendekatan yang dibantu oleh pihak luar. Penjelasan yang ada sebetulnya ditujukan untuk pengembangan masyarakat, namun tetap bisa kita implementasikan pada lingkungan sekolah karena sebetulnya adalah miniatur sebuah tatanan masyarakat di suatu daerah.

  1. Perubahan masyarakat yang signifikan karena warga lokal dalam masyarakat tersebut yang mengupayakan perubahan. Apabila kita aplikasikan ke lingkungan sekolah dan seluruh warga sekolah berupaya melakukan perubahan maka perubahan tersebut pasti akan terjadi.
  2. Warga masyarakat akan bertanggung jawab pada yang sudah mereka mulai. Dengan demikian setiap warga sekolah akan bertanggung jawab atas apa yang sudah dimulai.
  3. Membangun dan membina hubungan merupakan inti dari membangun masyarakat inklusif yang sehat. Membangun dan membina hubungan antar warga sekolah, seperti hubungan guru-guru, guru -- kepala sekolah, guru -- murid -- guru, guru -- staf sekolah -- guru, staf sekolah -- murid -- staf sekolah, ataupun kepala sekolah -- murid -- kepala sekolah menjadi sangat penting untuk membangun sekolah yang sehat dan inklusif.
  4. Masyarakat tidak pernah dibangun dengan berfokus terus pada kekurangan, kebutuhan dan masalah. Masyarakat merespons secara kreatif ketika fokus pembangunan pada sumber daya- sumber yang tersedia, kapasitas yang dimiliki, kekuatan dan aspirasi yang ada. Sekolah harus dibangun dengan melihat pada kekuatan, potensi, dan tantangan, kita harus bisa fokus pada pembangunan sumber daya yang tersedia, kapasitas yang kita miliki, serta kekuatan dan aspirasi yang sudah ada.
  5. Kekuatan sekolah berbanding lurus dengan tingkat keberagaman keinginan unsur sekolah yang ada, dan pada tingkat kemampuan mereka untuk menyumbangkan kemampuan yang ada pada mereka dan aset yang ada untuk sekolah yang lebih baik.
  6. Dalam setiap unsur sekolah, pasti ada sesuatu yang berhasil. Dari pada menanyakan "ada masalah apa?" dan "bagaimana memperbaikinya?", lebih baik bertanya "apa yang telah berhasil dilakukan?" dan "bagaimana mengupayakan lebih banyak hasil lagi?" Cara bertanya ini mendorong energi dan kreativitas.
  7. Menciptakan perubahan yang positif mulai dari sebuah perbincangan sederhana. Hal ini merupakan cara bagaimana manusia selalu berpikir bersama dan mencetuskan/memulai suatu tindakan.
  8. Suasana yang menyenangkan harus merupakan salah satu prioritas tinggi dalam setiap upaya membangun sekolah.
  9. Faktor utama dalam perubahan yang berkelanjutan adalah kepemimpinan lokal dan pengembangan dan pembaharuan kepemimpinan itu secara terus menerus.
  10. Titik awal perubahan selalu pada perubahan pola pikir (mindset) dan sikap yang positif.

         Kesimpulan dari modul sintesis antara materi ini, Keputusan yang tepat tentunya akan membawa keadaaan yang lebih positif kondusif, aman, dan nyaman. Kita ilustrasikan sebuah sekolah yang nyaman aman dan kondusif didalamnya tumbuh dan berkembangnya  budaya positif, murid memiliki motivasi yang cukup tinggi, belajar tanpa pujian dan hadiah , taat tanpa hukuman.pembelajaran yang berpihak kepada murid,pendidik yang selalu melihat kodrat dan kebutuhan murid serta mampu mengelola emosi menjadi sebuah kekuatan positif,menjadi pendengar yang baik ketika murid memiliki sebuah masalah, kmudian mampu menjadi pemimpin dalam pengelolaan sumber daya yang berbasis asset dan mencoba sedikit demi sedikait melupakan pendekatan dengan pendekatan yang selama ini kita terapkan yaitu pendekatan berbasis kekuarangan atau masalah. Dan terus mampu mencoba melihat kekuatan dengan menatap masa depan dengan selalu melihat kekuatan sekolah yang dimiliki, saya yakin harapan dari pendidikan guru penggerak kedepannya akan terwujud.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun