Mohon tunggu...
Endang S.Ag
Endang S.Ag Mohon Tunggu... Guru - CGP-SMP Mubtadiat Arjawinangun Cirebon

Menulis adalah kreatifitas berfikir

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi Modul 3.1

7 April 2021   22:51 Diperbarui: 7 April 2021   23:13 3499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

PENGAMBILAN  KEPUTUSAN  SEBAGAI  PEMIMPIN PEMBELAJARAN

PGP-1- ENDANG- KAB.CIREBON -- MODUL 3.1

Mulai dari diri adalah awal setiap guru untuk melakukan suatu perubahan, menerapkan dasar dasar pemikiran Ki Hajar Dewantara,bahwa pendidik adalah hanya bisa merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat alam dan kodrat jaman. Kemudian masih dalam kaitannya dasar dasar pendidikan KHD bahwa  guru dan siswa seperti  halnya seorang petani dengan tanamannya. 

Seorang petani tidak bisa memaksa agar tanamannya cepat berbuah dengan menarik batang atau daunnya. Tanaman itu akan berbuah manakala ia memiliki potensi untuk berbuah serta telah sampai pada waktunya untuk berbuah. Tugas seorang petani adalah menjaga agar tanaman itu tumbuh dengan sempurna, tidak terkena hama penyakit yang dapat menyebabkan tanaman tidak berkembang dan tidak tumbuh dengan sehat, yaitu dengan cara menyemai, menyiram, memberi pupuk dan memberi obat pembasmi hama

Terkait dalam filosopi pandangan Ki Hajar dewantara tentang Triloka yang isinya  yaitu seorang guru menjadi teladan uswatun khasanah saat mendidik baik disekolah maupun dilingkungan masyarakat, memberikan semangat ketika melakukan dan menerapkan budaya positif , serta mendorong anak didik dalam mengarungi pendidikan sebagai salah satu upaya menggapai cita-cita Sebagaimana ungkapan yang kita kenal Triloka Ki Hajar Dewantara "Ing Ngarso Suntulodo, Ing Madya Mangun Karsa, Tut wuri Handayani".

Penerapan untuk melakukan pembelajaran yang mengutamakan kebebasan kepada seluruh siswa dalam belajar, menerima pembelajaran, serta kebebasan dalam mengeksplorasi diri sebagai pembelajar.sejatinya akan lahir generasi generasi anak yang tidak tergantung kepada orang lain dan bisa bersandar atas kekuatan sendiri.

Sebagai pendidik juga harus mengetahui posisi control guru yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak kepada murid semua aspek tersebut harus dimiliki oleh seorang guru terutama calon guru penggerak.dalam kiprahnya di sekolah masing masing untuk bisa menularkan kebiasaan kebiasaan positif bagi teman sejawatnya, intinya guru harus mampu mewarnai dalam konteks penerapan budaya positif disekolah masing masing.

Dalam segala aspek materi pembelajaran yang diberikan terhadap peserta didik kita, terkait guru sebagai agen perubahan sekaligus bisa memanaj emosional sebagai control social baik dikelas yang berhadapan langsung dengan berbagai bakat sifat dan kebutuhan belajar anak maupun dilingkungan sekolah maka seorang pendidik harus mampu mengelola emosi sebagai sebuah tantangan untuk memberikan timbal balik positif,maka  Metode coaching adalah sebuah metode pendekatan, Coaching adalah memberikan pertanyaan pertanyaan untuk menggali dan murid sendiri yang menentukannya dalam konteks pendidikan coaching menjadi salah satu proses 'menuntun' kemerdekaan belajar murid dalam pembelajaran di sekolah. 

Coaching menjadi proses yang sangat penting dilakukan di sekolah terutama dengan diluncurkannya program merdeka belajar oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Program ini dapat membuat murid menjadi lebih merdeka dalam belajar untuk mengeksplorasi diri guna mencapai tujuan pembelajaran dan memaksimalkan potensinya. Harapannya, proses coaching dapat menjadi salah satu langkah tepat bagi guru untuk membantu murid mencapai tujuannya yaitu kemerdekaan, membantu murid untuk mampu mengatasi segala problematika belajar.

Arah pengambilan keputusan pembelajaran  disekolah sejatinya akan jelas dan terarah jika proses pengambilan keputusan dilakukan dengan tepat, dan efektif dan slalu berpihak kepada kebutuhan murid,pengambilan keputusan yang bertangguang jawab dalam menentukan arah keputusan, maka dikenal dengan istilah dilemma etika atau bujukan moral.

Dilema etika adalah situasi dimana ada dua pilihan dalam mengambil sebuah keputusan yang sama sama benarnya  menurut moral namun bertentangan,dalam menerpakan dilemma eta ada hal hal yang perlu dicermati diantaranya ada 4 [empat ] paradigma serta  menggunankan9 [ tiga]  prinsip dan 9 [Sembilan]  langkah pengambilan keputusan, sehingga terkadang banyak keputusan yang diambil oleh pemangku kepentingan sering bersebrangan dengan kebijakan kebijakan lain,karena dasar keputusan tidak mengarah dan mengakar kepada  dilema etika atau bujukan moral,dilemma etika sejatinya sebuah pilihan atau memilih dua pilihan yang sama sama benar menurut moral namun bertentangan dan bersebrangan. Keputusan yang diamabil harus efektif dan berpijak kepada aturan yang ada sementara  rasa peduli, aturan, harus juga dipertimbangkan .

Dari pengalaman kita bekerja sebagai pendidik,dalam hal ini sekolah yang  kita telah mengetahui bahwa dilema etika adalah hal seharusnya di selsesaikan dengan cepat ,mencari  solusi agar berbagai masalah baik dalam personal individu guru, teman atau lembaga bisa diantisipasi.Ketika kita  dihadapkan dengan situasi dilema etika, maka akan ada nilai-nilai kebajikan yang mendasarinya namun bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup.

Terkait dengan materi dilema etika  ini sifatnya relative dan bergantung pada situasi dan kondisi yang terjadi pada saat kejadian,  hal ini dapat dimaknai bahwa terkadang adalah hal yang benar untuk memegang aturan demi suatu keadilan, akan tetapi terkadang membuat pengecualian juga merupakan tindakan yang benar pula.terkadang  masuk ke ranah bujukan moral  dimana kita dihadapkan dengan situasi yang sangan urgent. 

Cotoh contoh yang sudah saya simak dalam video tentang bagaimana sesorang mengambil sebuah keputusan. Melakukan  hal yang salah walaupun untuk alasan yang baik tetap saja hukumnya salah, disekolah yang sering terjadi bagi peserta didik kita biasanya mencontek dan lain lain.perkatan instruktur dalam video yang saya simak mengatakan, bahwa bujukan moral (Benar Versus Salah) bahwa dalam melakukan hal yang salah walaupun untuk alasan yang baik tetap saja salah. Contohnya menyontek. Walau pun tujuannya untuk mendapatkan nilai yang baik yang tentuanya juga merupakan hal yang baik, tetap saja salah. Kemudian berbohong yang merupakan sebuah tindakan yang salah. Walaupun tujuannya untuk kebaikan tetap saja salah.

Ada hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan aktivitas pengambilan keputusan pada situasi yang terjadi dalam dilema etika, ada 4 kategori paradigma,

-Individu lawan masyarakat

-Rasa keadilan lawan rasa kasihan

-Kebenaran lawan kesetiaan

-Jangka pendek lawan jangka panjang

Dilema individu melawan masyarakat adalah bagaimana membuat pilihan antara apa yang benar untuk satu orang atau kelompok kecil , dan apa yang benar untuk yang lain, kelompok yang lebih besar.

Dalam paradigma Rasa keadilan lawan rasa kasihan ini ada pilihan antara mengikuti aturan tertulis atau tidak mengikuti aturan sepenuhnya.

Kebenaran dan kesetiaan seringkali menjadi nilai-nilai yang bertentangan dalam situasi dilema etika. Kadang kita perlu untuk membuat pilihan antara berlaku jujur dan berlaku setia.kepada orang lain. Apakah kita akan jujur menyampaikan informasi berdasarkan fakta atau kita menjunjung nilai kesetiaan pada profesi, kelompok tertentu, atau komitmen yang telah dibuat sebelumnya atau kita melihat sebuah persahabatan yang lama, saudara dan lain lain.

Paradigma Jangka pendek lawan jangka panjang ,ini paling sering terjadi dan mudah diamati. Kadang perlu untuk memilih antara yang kelihatannya terbaik untuk saat ini dan yang terbaik untuk masa yang akan datang.

Kesimpulan dari koneksi antar materi ini adalah bahwa apapun sebuah keputusan yang sudah diambil harus mampu memberikan rasa nyaman, kondusif, aman dan berdampak positif disekolah , karena sejatinya seorang guru adalah merupakan seorang pemimpin pembelajar  yang akan menentukan arah kebijakan belajar dan tentunya harus berorientasii kepada keberpihakan terhadapa murid.sesuai dengan cita cita Kihajar Dewantara. Pembelajaran coaching,pembelajran social emosional tentunya sebagi bekal bagaimana seorang pendidik memiliki keterampilan psikologis dalam menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan kesulitan dan umpan balik positif

Keputusan yang tepat tentunya akan membawa keadaaan yang lebih positif kondusif, aman, dan nyaman. Kita ilustrasikan sebuah sekolah yang nyaman aman dan kondusif didalamnya tumbuh dan berkembangnya  budaya positif, murid memiliki motivasi yang cukup tinggi, belajar tanpa pujian dan hadiah , taat tanpa hukuman.pembelajaran yang berpihak kepada murid,pendidik yang selalu melihat kodrat dan kebutuhan murid serta mampu mengelola emosi menjadi sebuah kekuatan positif,menjadi pendengar yang baik ketika murid memiliki sebuah masalah, memilik para  pendidik yang bisa dan mampu membuat keputusan sebagai pemimpin pembelajaran disekolah, ini adalah cita cita kita sebagai guru di abad 21, dengan kata lain proses pengambilan keputusan yang dilakukan harus berdasarkan atau menerapkan dilemma etika.

Demikianlah koneksi antar materi  modul 3.1tentang pengambilan sebuah keputusan  yang saya paparkan, terimaksih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun