Mohon tunggu...
endangrahayuariani
endangrahayuariani Mohon Tunggu... Pelajar -

Berani mencoba meski hasilnya tak sebagus yang Kau punya !!! Instagram: rahayu_ariani

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

I Love You Putih Abu-abu

10 Juni 2016   11:07 Diperbarui: 10 Juni 2016   11:13 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tiada yang tahu kapan kepastian cinta itu akan datang. Kepada siapa hati akan berlabuh. Karena cinta itu adalah rahasia hati seseorang yang tak bisa disangka-sangka….

Rindu adalah anak SMP 1 Darul Makmur. Dibalik kerundungnya tersimpan wajahnya yang rupawan. Senyumnya yang menawan membuat para adam banyak yang tertarik kepadanya. Tapi tak ada satupun laki-laki di sekolahnya yang dapat menarik hatinya. Hingga dia satu-satunya yang belum memiliki pacar bahkan dia belum pernah pacaran sekalipun diantara teman-teman dekatnya. Namun, Rindu tak pernah merasa minder ketika teman-temannya Anggita, Laura, Sisil dan Tia sibuk menceritakan tingkah pacar mereka bahkan ada yang makan siang bareng pacarnya.

Rindu bukan tak punya keinginan untuk berpacaran, dia hanya belum menemukan laki-laki yang mampu menarik hatinya. Teman-temannya sering mempengaruhi rindu untuk menerima ajakan Haikal kakak kelasnya untuk pacaran. Namun, sia-sia Rindu tak bergeming, dia tidak ingin mempermainkan perasaan Haikal.

Trettttttttttttttttt……… trettttttttttttttttt ………. Tretttttttttttttttttttt……….

Bel istirahat sudah bordering nyaring ditelinga mereka,bu Ana guru Bahasa Inggris mereka mengakhiri pelajaran “baik, anak-anak besok kita berjumpa lagi, selamat menikmati makan siangnya “ murid kelas dua menjawab dengan serempak ‘iya … bu “. Anggita yang hobby makan bergegas menyimpan buku-bukanya ke dalam tas karena sudah tak sabar menikmati makan siangnya walaupun hanya semangkuk bakso yang masih hangat. “Buruan Rin perutku sudah mencicit ni “ anggita pun harus buru-buru menyimpan buku-buku dan alat tulisnya.

Rindu, Anggita dan yang lainnya menuju kantin dan memilih meja yang menghadap kearah taman sekolah, agar mereka bisa menikmati makanannya sambil melihat taman yang bersih, dan indah dengan bunga berwarna-wari di taman. Pelayan dikantin membawa buku menu ke meja mereka dan mennyakan menu apa yang menemani makan siang mereka. Anngita memilih semangkuk bakso kesukaannya ditemani the dingin yang menyegarkan tenggorokan, Rindu memesan nasi uduk dan fruitea kesukaannya. Hari ini hanya mereka berdua yang makan siang bersama, Laura tidak sekolah kerena sedang menemani ibunya yang sedang di rawat di rumah sakit, sementara Sisil dan Tia menonton pacar mereka yang sedang bermain basket.

“ Rin.. apa kamu tak bosan makan nasi tiapn hari ? udah di rumah makan nasi, di sekolah juga makan nasi .” anggita keheranan melihat Rindu tiap hari lebih memilih nasi dari pada makanan yang banyak ditawarkan oleh kantin sekolah mereka. Rindupun menjawab seadanya karena pikirannya sedang tidak focus menedengarkan pertanyaan Anggita. “ aku sudah terbiasa dari kecil kalau siang itu makan nasi gi.” “iya si….. tapI apa kamu tidak kepingin makan bakso kek kayak aku “ Rindu tidak menanggapi pertanyaan Anggi. Anggitapun merasa kesal karena sudah di acuhkan, lalu dia bertanya lagi kapada Rindu sampil melambai-lambaikan tangannya ke muka Rindu. “woy….neng kamu mikirin apa sih ?” Rindu sontak terkejut dan terbangun dari lamunannya sambil berseru “ eh ! .. ada apa ? ada apa ? “Anngita menjawab dengan kesal “ ada apa !? kamu lagi mikirin apa sih ? daari tadi diajak ngomongpun.” “maaf banget gi.. Aku sedang mikirin gimana sih rasaanya pacaran itu ?,kok kayaknya kalian happy banget ya kalau udah deket pacar .” Anggitapun tertawa lepas mendengar ungkapan Rindu yang terdengar polos. “huahaaaahaaa “ kok kamu ketawa sih gi ? aku serius tau….!! “ lucu aja, kirain sedang ngelamunin apaan tadi nrupanya masalah pacar toh….hehe “ Rindu merasa kesal karena Anggita sengaja mempermaikannya tanpa menjawab pertanyaannya. “kok cemberut ? “ Rindu tidak menjawab pertanyaan Anggita, dia hanya memasang muka cemberut. “ jangan ngambek donk… “ Rinduntak peduoi dengan kata-kata Anngita dia tetap terdiam dan tak memakan nasi yang dipesannya. “iya deh… aku jelasin ya … jika kita sudah menemukan seseorang yang kita sukai dan merasa cocok pasti deh kamu betah tiap hari ketemu dia. Pacaran juga menambah motivasi, aku yang awalnya malas bangun pagi aja bisa berubah drastis setelah pacaran dengan stiv.” Rindu merasa heran dengan apa yang dikatakan Anggita “ kok bisa gitu gi ? “iya. Karena aku pengen cepat-cepat ke sekolah dan bertemu dengan stiv.” “Ooo… gitu.”

ketika sedang mengikuti pelajaran Rindu teringat kata-kata Anggita tentang pacaran. Keinginannya untuk pacaranpun semakin antusias, sehingga sempat terlintas dipikirannya untuk menerima ajakan Haikal untuk berpacaran. Trettttttttttttttt…. Tretttttttttttt…. Bel berdering pertanda jam sekolah sudah usai. Para murid bergegas menyimpan buku-bku dan alat tulis mereka ke dalam tas. Ketika sedang menunggu bus sekolah menjembut mereka Rindu melihat seorang siswa SMA tersenyum kepadanya. Dalam hati Rindu mengagumi ketaampanan siswa SMA tersebut. Tak lama kemudian bus sekolah datang menjemput mereka, para siswa SMP 1 Darul Makmur berdesak-desakan memasuki pintu bus karena sudahtak sabar ingin segera tiba di rumah.

Lima belas menit kemudian Rindu tiba di depan rumahnya kebetulan rumah Rindu tak terlalu jauh dari sekolah. Sesampai di rumah anggita mengetuk pintu rumahnya. Tok tok tok…. Assalamualaikum….terdengar suara dari dalam menjawab salam “waalaikumsalam”. Ibu rindu segera membuka pintu. Rindu seperti biasa menyalami ibunya. Muka Rindu terlihat cemburut karena kelelahan. “kok cemberut anak ibu ?” Rindu tersenyum simpul “ibu sudah masak masakan kesukaan kamu lo…semur jengkol “ mendengar perkataan ibunya Ridu tersenyum manis seolah-olah lelahnya terbayar sudah dengan semur jengkol kesukaannya. Karena sudah tak sabar Rindu langsung makan tenpa mengganti pakaiannya terlebih dahulu. Melihat Rindu makan dengan sangat lahap ibunya tersenyum senang.

Setelah makan Rindu segera bangun dan masuk ke kamar untuk mengganti baju. Tiba-tiba dia teringat senyuman siswa SMA yang tak dikenalinya. Dia merasakan hal yang aneh di dalam dirinya. Dia berbaring di tempat tidurnya yang berukuran minimalis sambiln memejamkan matanya untuk membayangkan senyum manis lelaki yang tak dikenalinya tersebut. Tanpa disadarinya ibunya sudah lama berdiri dan melihat tingkahnya tersebut ibunya hanya menggeleng-gelengkan kepala dan berdehem “ ehem… Rindu tersentak dari lamunannya dan segera bangun. Dia sangat terkejut dan merasa malu dengan tingkah anehnya.ibunya bertanya “kenapa kamu tersenyum-senyum sendiri Rindu ? apa yang membuat anak ibu kelihatan sangat senang ? cerita dong sama ibu “ Rindu salah tingkah dengan pertanyaan ibunya ““Aaaa…. Ibu….Rindu mau tidur dulu ya” Rindu sengaja pura-pura memejamkan matanya agar ibunya tidak menanyai dia lagi dan segera keluar meninggalkan dia sendiri di kamar. Ibu Rindu sangat mengerti tingkah anaknya yang sedang ingin sendirian, dia segera pergi meninggalkan Rindu sendiri di kamar.

Setelah ibunya keluar dari kamar Rindu membuka matanya lagi dan mulai mengingat kejadian ketika dia sedang menunggu bus sekolah tiba. Dia sudah tak sabar ingin kesekolah dan berdiri di depan sekolah berharap lelaki yang memakai seragam SMA tersebut melewati jalan di depan sekolahnya lagi. Rindu larut dalam berbagai lamunannya hingga dia tertidur pulas. Satu jam sudah berlalu Rindu terbangun dan melirik jam dinding di kamarnya. Jam sudah menunjukkan pukul 15.40 hari sudah mulai sore Rindu segera bangun dan mengambil handuk kemudian segera beranjak ke kamar mandi untuk mandi.

Di meja makan Rindu, Doni , ayah dan ibunya terlihat makan dengan lahap menikmati makan malamnya. Selesai makan malam Rindu bangun dan pamit ke kamarnya untuk mengerjakan tugas sekolahnya. Samapai di kamar Rindu terlihat bersungguh-sungguh mengerjakan tugas sekolahnya. Setelah selesai Rindu menyempatkan diri untuk menceritakan kejadian yang dialaminya hari ini kepada diarynya.

10 Maret 2009

Dear diary….. kamu mau tahu gak cerita ku hari ini ? dengeri baik-baik ya…

hari ini aku serasa melambung tinggi kea wan. Aku sepertinya telah menemukan seseorang yang membangkitkan semangatku seperti yang dijelaskan Anggita tadi siang. Aku melihat seorang pangeran tersenyum manis kepadaku. Sejak saat itu aku tak berhenti membayangkan senyumannya, aku belum paham apakah ini yang dikatan “cinta” seperti kata teman-temanku…tapi yang pastinya aku merasa sangat bahagia. Tapi aku merasa takut tidak bisa melihatnya lagi.karena kami bukan satu sekolah, dia seorang siswa SMA. Tapi gak apa-apa mudah-mudahan kami bisa bertemu lagi ya…

Rindu..

Keesokan harinya Rindu terbangun sangat cepat. Dia melirik jarum jam masih menunjukkan pukul 05.20. dia tak ingin melanjutkan tidurnya.dia segera bangun dan membuka jendela dan menghirup udara pagi yang segar. Dia beranjak mandi dan bersiap-siap ke sekolah. Setelah pukul 07.00 dia berangkat kesekolah. Setibanya di sekolah dia tak langsung memasuki gerbang sekolahnya. Dia memilih duduk di halte sekolah sambil melihat kenderaan berlalu-lalang. Harapannya lelaki yang di lihatnya kemarin melewati jalan di depan sekolahnya lagi. Beberapa menit kemudian harapannya dikabulkan, lelaki itu melewati jalan di depan sekolhnya sambil tersenyum dan memanggil namanya “ Rindu…”. Rindu merasa sangat gembira tapi dia merasa heran dari mana lelaki itu mengetahui namanya.

Dia melirik jam di tangannya menunjukkan pukul 07.25 bel tidak lama lagi akan bordering dia memasuki gerbng sekolahnya kemudian memasuki sekolhnya. Setibanya di kelas teman-temannya nerasa heran melihat Rindu senyum-senyum sendiri. Laura bertanya “kamu kenapa senyum-senyum sendiri Rin ? “ Rindu hanya tersenyum kemudian duduk di samping Sisil teman sebangkunya. Anggita bertanya antusias “ cerita dong sama kami… kalau lagi senang tu di bagi-bagi Rin “ setelah bitu Rindu menceritakan semua yang di alaminya kepad teman-teman dekatnya.

Ketika bel pulang sudah berdeing para murid SMP Negeri 1 Darul Makmur terlihat berbondong-bondong ingin pulang. Rindu dan teman-temannya terkejut seorang laki-laki bertubuh tinggi dan tegap memakai seragam SMa mendekati mereka. Rindu tak bisa berkata apa-apa mulutnya terasa kelu, jantungnya berdegub kencang dan telapak tangannya terasa dingin . dia hanya berdiri terpaku melihat kea rah laki-laki yang sedang berjalan ke arahnya. Laki-laki itu semakin lama semakin dekat dan berhenti tepat di hadapan Rindu. Dia menyapa Rindu “ baru pulang ya ?” Rindu hanya tertunduk malu tanpa menjawab pertanyaan lak-laki itu. Laki-laki itu memperkenalkan diri “ aku Fahri anak SMA 1 Darul Makmur, kamu Rindu kan ?” rindu menjawab dengan malu” iya kak. “ kawan ayu kompak menyoraki Rindu yang bkelihatan malu-malu “ cie.. cie.. oya Rin kami duluan ya “ Rindu ditingagalkan berdua dengan Fahri laki_laki-laki yang baru berkenalan dengannya. Mereka melihat Rindu dari jarak jauh karena tidak mengganggu. Mereka bertukar nomor hp, Fahri bercerita dia sudah lama memperhatikan Rindu bahkan setiap hari secara diam-diam melihat Rindu dari kejauhan. Rindu hanya tersenyum-senyum mengagumi di dalam hatinya dia sangat bahagia dan mengagumi ketampanan Fahri.

Selama satu minggu mereka sms dan telponan di akhir pecan Fahri mengajak bertemu di sebuah warung bakso. Fahri mengumgkapkan perasaannya kepada Rindu “ Rin… aku sudah lama menyukai kamu.. kamu mau gak jadi pacarku ?” Rindu yang masih polos tanpa berkata apa dia hanya menganggung pertanda dia menerima Fahri sebagai pacarnya. Akhirnya masa jomlo Rindu telah berakhir. Dia bertemu Fahri yang tidak di kenali sebelumnya. Rindu sangat mrnyayangi Fahri tiada hari yang dijalaninya tanpa memikirkan Fahri cinta pertamanya.

Hubungan mereka sudah berjalan hingga satu bulan. Suatu hari Rindu bertemu temannya yang sudah SMA satu sekolah dengan Fahri. Dia bercerita banyak tentang Fahri, sesuatu yang tak pernah dibayangkan sebelumnya terjadi. Rindu mendengar berita buruk tentang fahri, ternyata fahri sudah punya pacar di SMA. Tanpa di sadarinya air mata mengakir dari pelupuk matanya. Dia benar-benar tidak menyangka Fahri setega itu kepdanya. Dia merasa bodoh telah dikhianati oleh Fahri. Dia berlari memasuki kamarnya dan mengunci pintu menangis tersedu-sedu. Dia sangat menyesali atas kepolosannya, tidak dapat membedakan permainan dengan cinta. Semenjak hari itu Rindu tak mau menemui Fahri bahkan untuk melihatnya saja dia sudah tidak mau. Dia merasa sangat kecewa, anehnya walaupun dia kecewa dan sakit hati dia tidak disa melupakan Fahri selama bertahun-tahun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun