Mereka bersikeras untuk tetap tinggal meski keduanya sering terluka. Mencari jalan untuk sebuah kebahagiaan kecil, mencari setiap kemungkinan untuk tetap saling bertemu meski sibuk yang memburu tiada habisnya. Cemburu yang ia sembunyikan, membuktikan bahwa dirinya bukan siapa-siapa untuk berhak cemburu. Ia tahu dirinya terlalu dalam untuk menyukai diri tuan, dan itu bukan hal yang ia sengaja. Ia hanya menyukai tuan dengan sekedar, namun dari sekedar menjadi lebih dari sekedar setiap harinya.
"Love you" bisik nona.
Tuan hanya terdiam kala kalimat itu terdengar ditelinganya. Sementara nona menunggu sebuah balasan dari kalimat yang ia katakan kepada tuan.
"Mengapa kamu terdiam" tanya nona.
"Aku tidak tahu harus menjawab apa !" jawab tuan.
Keheningan pun terjadi, mengisi ruang yang mereka tempati. Ada sesak yang seketika melanda pernapasan nona, ia merasa seperti kekurangan oksigen, air matanya jatuh tiba-tiba tanpa terduga. Ia mulai beradu dengan pikirannya.
"Mengapa aku terlihat seperti anak kecil, selalu saja menangis, hei... dia mungkin terkejut dengan perkataanmu tadi. Stop menangis..." ungkapnya dalam hati.
"Aku merasa senang jika kamu ada bersamaku, aku merasa ramai disaat kamu bersamaku, aku hanya tidak mengerti cara menyampaikan semua itu kepadamu, aku takut menyakitimu" kata tuan. Menghamburkan lamunan nona seketika.
Mereka berakhir dengan saling menatap, ada sebuah kalimat yang ingin disampaikan tuan dari tatapan matanya, namun ia enggan berbagi dengan nona. Ia cukup ahli menyimpan rasa dari nona.
Ia mengecup bibir nona dengan lembut, mengisyaratkan bahwa cukup untuknya melihat nona bersedih. Ia tau yang ia lakukan bukan lah sengaja, namun semesta memiliki cara menyatukan mereka dengan drama yang istimewa.
***