Mohon tunggu...
Endang RahayuNingsih
Endang RahayuNingsih Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Hobi saya memasak, saya adalah anak ke 3 dari 4 bersaudara, saya merupakan anak yang ceria yang bercita-cita ingin menjadi orang yang bermanfaat bagi agama, keluarga, nusa dan bangsa serta hidup bahagia dunia akhirat, dengan motto hidup saya tetap berada pada jalan kebenaran dan tetap berbuat baik pada semua orang meskipun terkadang niat kita disalah artikan dan tetap menjadi orang yang bermanfaat bagi sekitar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Peremajaan Tanaman Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Poduktivitas Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

20 Desember 2023   10:47 Diperbarui: 20 Desember 2023   11:05 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Endang Rahayu Ningsih dan Sundahri

Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas Jember

Korespondensi: Sundahri.faperta@unej.ac.id

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman perkebunan yang memiliki andil dalam menyumbang pemasukan negara. Kelapa sawit adalah bahan baku pembuatan minyak nabati yang sangat diperlukan dan menjadi kebutuhan harian rumah tangga. Selain itu, terdapat banyak produk turunan dari minyak kelapa sawit yang menjadikan tanaman ini memiliki nilai yang tinggi dan berkontribusi dalam pendapatan ekspor. Permasalahan yang banyak dijumpai dalam perkebunan kelapa sawit yaitu adanya tanaman yang sudah tua dan tidak produktif yang dapat menyebabkan penurunan hasil produk. Rata-rata umur produktif tanaman sawit yaitu sekitar 25-30 tahun. Semakin tua umur tanaman sawit maka tingkat produktivitasnya semakin menurun sehingga hasil yang didapatkan juga menurun. 

Penurunan produktivitas sawit harus segera ditangani, sehingga perlu perlu adanya tindakan-tindakan yang dlakukan untuk meningkatkan maupun mempertahankan produktivitas sawit salah satunya yaitu dengan melakukan peremajaan. Peremajaan merupakan sebuah upaya yang dilakukan untuk mengganti tanaman tua (replanting) dengan tanaman baruu serta merupakan sebuah praktik manajemen untuk memaksimalkan dan menstabilkan pendapatan sehingga harus dilakukan dengan tepat. Kegiatan peremajaan kelapa sawit membutuhkan modal yang cukup besar. Perkebunan kelapa sawit didominasi oleh perkebunan rakyat dimana para petani-petani kecil kurang memiliki pengetahuan yang luas serta modal yang cukup besar untuk digunakan dalam mengembangkan usaha taninya, sehingga petani lebih memilih untuk membiarkan dan menundanya hingga kelapa sawit tersebut sudah benar-benar tidak produktif. 

Penundaan peremajaan tanaman sawit menyebabkan bertambah banyaknya tanaman sawit yang tua, tingginya biaya produksi, penurunan pasokan tandan buah segar (TBS) dan penurunan CPO (crude palm oil) (Rizkiani dkk., 2023). Penundaan peremajaan sawit yang berlanjut dapat menyebabkan kekurangan pasokan TBS maupun CPO sebagai bahan baku industri baik di dalam negeri maupun di luar negri. Selain itu, juga dapat menyebabkan penurunan pendapatan negara serta kelangkaan hasil olahan seperti minyak goreng yang pernah terjadi pada tahun 2021 dan tahun 2022. 

  1. Tanaman Sawit Berumur Tua dan Tidak Produktif

Tanaman sawit yang tua atau lebih dari rata-rata umur produktif yaitu >25 akan memiliki produktivias rendah atau dibawah 13 ton TBS/Ha/tahun dapat menyebabkan penurunan jumlah keuntungan yang diterima oleh petani (Gurusinga dkk., 2022). Berdasarkan riset yang telah dilakukan oleh Kome dan Tabi (2020) menunjukkan bahwa tanaman kelapa sawit yang berumur 23 tahun memiliki  hasil produksi yang sangat rendah yaitu kurang dari 12 ton sehingga perlu dilakukan intensifikasi perkebunan agar hasil panen dapat meningkat dan agar produktivitasnya dapat dipertahankan. Kegiatan replanting atau peremajaan harus direncanakan dengan baik dan dilakukan secara bertahap, tujuannya yaitu agar pasokan sawit selalu tersedia dan tidak terganggu.

Penggunaan varietas unggul seperti varietas D X P AAL Sejahtera, D X P AAL Nirmala, dan Varietas D X P AAL Lestari dapat digunakan agar produktivitas sawit tetap tinggi. Selain itu, teknik replanting yang dapat dilakukan yaitu meliputi sistem tumbang serempak, sistem underplanting, sistem tumpang sari dan sistem peremajaan bertahap. Sistem penumbangan serempak merupakan teknik peremajaan yang dilakukan dengan cara menumbangkan semua tanaman-tanaman sawit yang sudah tua kemudian dilakukan pengolahan tanah dan penanaman tanamana baru (Gunawan, 2017). Tahapan yang dilakukan yaitu:

  1. Penyusunan rencana peremajaan: penyusunan ini dilakukan untuk mengetahui luas lahan dan blok-blok yang akan direplanting, kemudian dilanjut memesan bibit unggul yang akan digunakan dalam replanting, bibit yang digunakan hasrus bersertifikat. Setelah itu, memilih lokasi pembibitan dan penyiapan alat yang akan digunakan dalam replanting.

  2. Penumbangan pohon tua: penumbangan pohon tua yaitu dengan merobohkan pohon-pohon yang tua kemudian melakukan pembongkaran bonggol dan akar yang tertinggal.

  3.  Merencek atau memotong batang-batang atau pelepah menjadi berukuran lebih kecil sekitar 1 meteran untuk membantu dalam proses pengeringan.

  4. Pemupukan yaitu dengan menyusun dan menimbun batang kelapa sawit yang telah ditumbangkan ke dalam jalur penimbunan.

  5. Penanaman tanaman penutup tanah yaitu dengan menanam tanaman kacang-kacangan pada gawangan.

  6. Pengaturan jarak tanam biasanya menggunakan pola segitiga sama sisi dan jarak antar tanaman disesuaikan dengan kondisi lahan. Beberapa rekomendasi jarak tanam (jarak dalam barisan x jarak antar barisan) yang dapat digunakan antara lain: 9 m x 7,8 m sehingga didapatkan jumlah populasi dalam 1 hektar yaitu 143 pohon, 9,3 m x 8 m menghasilkan jumlah populasi 133 pohon/ha, 9,2 m x 7,97 menghasilkan jumlah populasi sebanyak 136 pohon/ha dan pada jarak tanam 9,5 m x 8,2 m dalam 1 hektar didapatkan 128 pohon. Berarti semakin lebar jarak tanamnya maka semakin sedikit pula jumlah populasi pohom sawit.

  7. Pembuatan lubang tanam dan penanaman kelapa sawit yang baru. Lubang tanam yaitu memiliki panjang 60 cm, lebar 60 cm dan kedalamannya sekitar 40 cm. Setelah itu,  bbit yang telah berumur sekitar 10-12 bulan dan telah dilakukan seleksi mulai ditanam. Sebelum bibit dimasukkan pada lubang tanam, maka diberikan pupuk dasar berupa RP sebanyak kurang lebih 500 gram/lubang atau TSP sebesar 350 gram/ lubang.

  1. Kendala Biaya dalam Peremajaan

Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam replanting yaitu modal. Modal yang dikeluarkan untuk melakukan kegiatan peremajaan tanaman sawit yaitu cukup besar. Modal yang besar tersebut tidak semua petani memilikinya sehingga banyak petani khususnya petani rakyat yang menunda untuk melakukan peremajaan dikarenakan kurangnya persiapan biaya yang mereka punya. Rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk melakukan peremajaan sawit sekitar Rp. 21.100.85,96. Biaya tersebut tergolong besar bagi para petani rakyat dan biaya tersebut mencakup biaya tetap dan tidak tetap yang bisa berubah kapan saja. Biaya tetap terdiri dari biaya penyusutan alat dan TKDK, sedangkan biaya variabel meliputi biaya untuk bibit, pupuk, pestisida dan TKLDK.  Rata-rata biaya penyusutan alat sebesar Rp. 801.157. TKDK merupakan biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja dari keluarga, biasanya pengupahan dilakukan pada hari kerja. Upah yang dikeluarkan untuk TKLK (tenaga kerja luar keluarga) per hari yaitu sekitar Rp. 60.000 untuk per pekerja wanita dan 80.000 untuk per pekerja laki-laki. Biaya yang dikeluarkan untuk pebelian bibit, pupuk dan pestisida sekitar Rp. 6.968.900. Biaya yang besar tersebut membuat petani melakukan penundaan peremajaan hingga enggan melakukannya.

Oleh karena itu, peran dari lembaga pemerintahan melalui lembaga BPDPKS sangat diperlukan dalam membantu permodalan untuk program pengembangan tanaman sawit, khususnya pada kegiatan peremajaan. Menurut Kurniasih dkk. (2022) Pemerintah memberikan bantuan melalui Lembaga BPDPKS sebesar RP. 25.000.0000/hektar untuk sampai penanaman dengan syarat petani harus memiliki sertifikat kepemilikan kebun apabila ingin mengajukan agar dapat dikatakan legal dan kemudian petani harus bergabung dalam suatu kelembagaan atau kelompok tani. Akan tetapi, realitanya masih banyak petani yang masih kurang tahu tentang informasi ini serta kurang memperhatikan pentingnya  kegiatan peremajaan pada tanaman sawit, sehingga peran dari penyuluh pertanian sangat dibutuhkan untuk terus menerus melakukan penyuluhan dan pelatihan kepada para petani sawit. Harapannya para petani tersebut dapat menerima semua masukan yang diberikan oleh penyuluh dan kemudian mempraktekkannya. Ketika banyak petani melakukan peremajaan, maka produktivitas sawit juga dapat meningkat.

Peremajaan pada tanaman sawit sangat diperlukan untuk meningkatkan produktivitas sawit. Tanaman yang semakin tua akan mengalami penurunan produktivitasnya hingga kurang dari 13 ton TBS/ha/per tahun. Peremajaan kelapa sawit dapat menggunakan teknik penumbangan serempak kemudian dilakukan penanaman tanaman yang baru dengan mengatur jarak tanam sesuai dengan kondisi lahan. Peremajaan sawit membutuhkan modal yang besar yaitu sekitar kurang lebih Rp 21 juta sehingga peran lembaga BPDPKS sangat diperlukan untuk membantu para petani yang mengalami kendala modal.

DAFTAR PUSTAKA:

Gunawan, S. (2017). Peremajaan Kelapa Sawit. Sleman: Institute Pertanian Stiper Yogyakarta.

Gurusinga, A. U., Dewi, N., & Rosnita, R. (2022). Analisis Prospektif Peremajaan Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq) Pola Swadaya di Kabupaten Rokan Hulu. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian, 18(1), 55-66.

Kome, G. K., & Tabi, F. O. (2020). Towards Sustainable Oil Palm Plantation Management: Effects of Plantation Age and Soil Parent Material. Agricultural Sciences.

Kurniasih, S., Pratama, F. K., Lubis, A., & Effran, E. (2022). Motivasi Petani Terhadap Peremajaan Tanaman Kelapa Sawit di Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Muaro Jambi. Jurnal Mea (Media Agribisnis), 7(2), 143-152.

Rizkiani, N., Ratnawati, R., Inderiati, S., & Asmawati, A. (2023). Produktivitas Tanaman Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Berumur Tua Berdasarkan Kepadatan Populasi di PTPN XIV Unit PKS Luwu. Agroplantae: Jurnal Ilmiah Terapan Budidaya dan Pengelolaan Tanaman Pertanian dan Perkebunan, 12(1), 41-48.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun