Mohon tunggu...
Endah Yuliarti
Endah Yuliarti Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Interaktivitas "Warganet" Portal Berita Online

5 Oktober 2017   10:06 Diperbarui: 5 Oktober 2017   10:20 1151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

INTERAKTIVITAS WARGANET PORTAL BERITA ONLINE

(Penggunaan Kolom Komentar Portal Berita Online Detik.com dan Kumparan.com)

 

Jika kita membahas tentang internet, tentu kita tidak bisa lepas dengan namanya ARPANET yang dibuat oleh badan militer Amerika Serikat. Semenjak kemunculan ARPANET yang kemudian menjadi cikal bakal perkembangan internet. Tim Berners-Lee membuat apa yang namanya world wide web atau biasa disebut (WWW). Kemudian muncullah bahasa pemrograman komputer baru yaitu HTML (hypertext markup languange) kita lebih mengenalnya sebagai alamat untuk mengakses laman internet.

Kemunculan internet secara global ke seluruh penjuru dunia, lapisan masyarakat,serta lapisan kehidupan. Saat ini kita dituntut untuk mengakses internet untuk mempermudah pekerjaan serta memperoleh informasi. Pengaruh teknologi lagi-lagi menjadi faktor utama mengapa internet menjadi bahan kebutuhan masyarakat khususnya masyarakat perkotaan.

Internet juga mempengaruhi dalam dunia jurnalistik. Jika dahulu jurnalistik dikenal sebagai media cetak seperti koran, majalah, kini dengan seiring perkembangan zaman internet memberikan inovasi di dunia jurnalistik. Contohnya adalah banyaknya bermunculan portal berita online. Sekarang banyak media yang melebarkan sayapnya ke media online untuk menyajikan informasi bagi khalayak.

Indonesia sendiri cukup memiliki ratusan mungkin lebih portal media online. pertama kali portal media yang muncul adalah republika.co.id di tahun 1994. Namun sang pemerkarsa portal berita online di Indonesia adalah Detik.com. semenjak itu banyak sekali bermunculan laman berita online. Tak hanya laman berita online yang berdiri sendiri seperti Detik.com, kini banyak media cetak yang menyajikan versi online contah saja kompas.com, tribunenews.com.

Khalayak sekarang menjadi mudah memperoleh berita dan informasi hanya lewat gadget atau smartphone mereka. Cukup mengetikkan laman yang ingin dituju otomatis akan menyajikan banyak pilihan berita baik lokal, nasional, maupun internasional. Redaksi berita online mendesain menarik bagi khalayak supaya nyaman dan tertarik dengan informasi berita yang disajikan. Biasanya ketika kita mengakses berita online akan muncul beberapa pilihan berita, jenis berita yang ingin dibaca. Redaksi juga memberikan kolom komentar bagi pembaca yang ingin berinteraksi, memberi tanggapan, pendapat terhadap berita yang telah dibaca. Kolom komentar bukan hanya semata-mata dibuat, namun juga redaksi berita online perlu mempertimbangkan komentar-komentar para warganet yang bisa saja tidak sesuai konteks berita.

Harapan redaksi adanya kolom komentar di laman berita online adalah reaksi dari para pembaca yang 'tentu' diharapkan sudah membaca beritanya. Namun kenyataannya masih banyak ditemukan warganet lebih seuka membaca komentar-komentar warganet. Seperti yang dilakukan Imanda dan Daniel Tumiwa dalam buku "Media Online: Antara Pembaca, Laba, dan Etika" bahwa pembaca tidak hanya membaca berita, tapi juga mengikuti dan menikmati komentar yang mengalir di bawah berita (Margianto,2012:36).

Itu terlihat di portal berita Detik.com, saat terbitan edisi mengenai pembatalan status tersangka Setyo Novanto. Di laman Detik.com pemberitaan ini mendapatkan komentar sebanyak 1421. Bermacam-macam komentar diutrakan warganet, ada yang berkomentar sinis terhadap keputusan hakim, ada juga yang membuat guyonan, dan ada juga warganet yang memprosikan produk jual-beli (iklan). Selain tanggapan berupa komentar tulis Detik.com juga menyediakan emoji yang mewakili tanggapan warganet terhadap isi berita.

Terlihat bahwa interaktivitas warganet terhadap portal berita Detik.com ini cukup tinggi peminatnya. Namun setelah membuka konten berita lain yang ada detik.com tidak semuanya warganet mengomentarinya alias nol komentar. Dari beberapa konten berita yang dibaca hampir 50 persen warganet berkomentar di isu-isu tertentu yang sesang hangat dibicarakan di lingkungan sekitar. Artikel kesehatan, travelling, tekno-ekonomi banyak yang memiliki nol komentar. Itu artinya khalayak lebih mementingkan berita yang hangat, populer, dan menjadi buah bibir masyarakat yang lain. Khalayak sudah mampu memposisikan diri sebagai pengonsumsi berita media online dengan ikut serta dalam komentar.

Namun ada juga warganet yang memanfaatkan kolom komentar berita menjadi ladang bisnis untuk promosi produk online shop yang 'mungkin' dirintis oleh penulis komentar tersebut. Ada beberapa artikel yang memiliki komentar yang tidak sesuai dengan isi berita yang disampaikan. Contohnya dalam rubrik travelling Detik.com, rata-rata memiliki komentar yang sama dengan nama akun yang sama yaitu menawarkan suatu produk.

Memang kolom komentar bukanlah suatu produk jurnalistik, namun fenomena hate speach dimulai dari komentar-komentar warganet. Saling adu pendapat juga terjadi dari tiap-tiap komentar. Ada yang pro ada juga yang kontra, bahkan komentar-komentar itu menjadi jauh diluar dari isi berita.

Beralih ke portal berita online kumparan.com. Sama halnya dengan Detik.com, ketika membuka jendela laman kumparan.com kita akan disuguhkan berbagai artikel informasi. Di tiap-tiap artikel kumparan.com tak banyak juga khalayak yang berkomentar ataupun menyukai artikel. Hanya artikel-artikel tertentu yang direspon balik oleh khalayak. Kebanyakan adalah artikel berita, hiburan, dan lifestyle memiliki respon cukup baik.

Kolom komentar yang disediakan redaksi kumparan.com berisi memang kmentar atau tanggapan pembaca (khalayak) terhadap berita, informasi yang tertulis. Beberapa artikel yang dibaca pun hampir tidak ada warganet yang berkomentar promosi suatu produk yang terjadi di Detik.com. Dalam bukunya Stuart Allan mengatakan " we know what the netizen wants: at the end of every article we have comment area, and one issue had 85,000 comments." (Allan,2006:130).

Memang keberadaan kolom komentar di setiap artikel berita cukup membantu baik bagi redaksi, pembaca (khalayak). Bagi redaksi kolom komentar menjadi sarana untuk umpan balik dari pembaca ke reporter atau penulis berita. Bagaimana tanggapan pembaca mengenai sebuah isu atau tanggapan pembaca terhadapa tulisan sang reporter yang kemudian dapat dikaji ulang bagi redaksi berita online (Biagi, 2010:245).

Bagi khalayak kolom komentar menjadi ajang saling respon antara khalayak dengan redaksi berita, atau khalayak dengan khalayak. Tentu ketika pembaca (khalayak) membaca suatu isu di artikel mereka tentu memiliki reaksi terhadap isu tersebut. Entah reaksi marah, kesal, senang, atau biasa saja (netral). Saling menanggapai antar komentar khalayak juga sering terjadi di setiap kolm komentar saat menanggapi isu-isu yang sedang hangat di telinga masyarakat. Saling adu argumen dituangkan di kolom komentar. Mungkin bisa jadi kolom komentar yang banya jumlah yang bisa mencapai ribuan komentar hanya terdapat beberapa segelintir orang saja sisanya adalah saling berbalas komentar satu sama lain.

Itulah yang terjadi kebanyakan di Indonesia. Seperti yang dijelaskan sebelumnya di kolom komentar portal berita online Detik.com dan kumparan.com terjadi adu argumen hanya letak pembedanya adalah jika di portal berita Detik.com masih ditemukan warganet yang menggunakan kolom komentar menjadi ajang promosi atau iklan, sedangkan di portal berita online kumparan.com hampir tidak ada komentar yang menjadi ajang promosi.

Kita tentu tidak bisa menyalahkan warganet mempromosikan suatu produk di kolom komentar berita online karena diciptakannya kolom komentar oleh redaksi adalah memberikan layanan tanggapan bagi pembaca (Biagi,2010: 266). Tanggapan warganet yang menggunakan kolom komentar menjadi sarana promosi perlu dicermati karena saat ini media massa dalam hal ini internet sudah tidak lagi mengepentingkan penyampaian informasi berita saja tetapi juga keuntungan (bisnis). Kemungkinan warganet yang mempromosikan di kolom komentar bermaksud untuk bag pembaca yang membaca artikel tersebut juga akan membaca komentar kemudia tertarik untuk membuka laman penjualan yang dituliskan warganet tersebut.

Era internet sekarang ini kita sebagai warganet butuh kejelian, kecermatan, dan kritis terhadapa isu-isu berita yang ada dalam berita online. Hendaknya sebagai penikmat media online kita bijak menggunakan media online contohnya kolom komentar. Kolom komentar digunakan redaksi berita online sebagai upaya bentuk interaktivitas khalayak terhadap portal berita online. Warganet yang berkomentar hendaknya juga tidak mengucapkan ujaran kebencian (hate-speach)sehingga memunculkan salaing adu argumen tiap warganet. Bukannya menanggapai isu dalam isi berita justru membahas hal di luar berita yang dituliskan reporter.

Memang tiap portal berita memiliki kebijakan sendiri terhadap kolom komentar. Jika di Detik.com tertulis barang siapa berkomentar yang menimbulkan unsur sara, dan ujaran kebencian bisa dilaprkan ke pihak yang berwajib. Penulis belum melihat atau mengetahui bagaiman kolom komentar di kumparan.com apakah mereka redaksi kumparan.com juga melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan redaksi Detik.com.

Memang kebanyakan yang ditemukan oleh penulis di kolom komentar berisi adu mulut yang hampir rata-rata melenceng dari topik pembicaraan berita. Dan kebanyakan dari mereka memberi nama yang tidak sebenarnya. Ketika kita ingin berkomentar di portal berita online, redaksi menyurh kita untuk mengisi data diri kita entah melalui login akun media sosial (facebook, twitter, path) atau alamat email kita. Hal ini diperlukan untuk mengetahui data diri dari sang pembaca berita online.

  Adanya respon komentar di berita online juga dapat menjadi isu tersebut viral di media massa. Sekarang ini semakin banyak komentar bisa jadi menjadi viral isu tersebut, contohnya saja pemberitaan mengenai pembatalan status tersangka Setyo Novanto beberapa hari lalu yang menjadi trending topic baik di portal berita online maupun di media sosial. Itu membuktikan interaktivitas pembaca dalam hal ini di kolom komentar juga menjadi penentu bagaimana sikapa yang harus diambil dalam menghadapi kasus atau pemberitaan yang terjadi di negeri ini.

Memang di Indonesia sedang terjadi tren memviralkan suatu isu di media online. Proses pemviralan tersebut tak lain dilakukan oleh pembaca yang membagikan berita serta mengomentari berita tersebut sehingga menjadi besar di masyarakat. Kolom komentar memang menjadi daya tarik pembaca saat ini. Bisa jadi sekarang ini khalayak lebih suka membaca komentar dari warganet ketimbang berita yang dituliskan reporter.

Harapan kedepannya adalah khalayak semakin bijak untuk menggunakan kolom komentar. Beradu pendapat sah-sah saja dilakukan tapi jangan sampai menimbulkan masalah. Apalagi adu pendapat yang melenceng ke pemberitaan,justru membahas hal-hal yang tidak penting. Berkomentarlah sewajarnya dan seperlunya saja tidak usah menjadi provokator untuk menciptkan ujaran kebencian. Karena saat ini sudah ada Undang-Undang ITE yang membahas tentang ujaran kebencian di media online. Jangan karena kita mengutarakan pendapat bisa dimasukkan ke penjara karena keisengan penggunaan kata-kata kita di kolom komentar. Penggunaan kolom komentar juga masih menjadi pekerjaan rumah bagaimana redaksi dapat mendidik pembacanya supaya terarah untuk mengomentari isu pemberitaan. Pekerjaan rumah bagi redaksi berita online dan bagi kita yang menjadi khalayak adalah berhati-hati dalam menggunakaan media online. 

             

           

           

           

           

           

Daftar Pustaka

Allan, Stuart. 2006. Online News.London: Open University Press.

Biagi, Shirley.2010. Media/Impact: Pengantar Media Massa.Jakarta: Salemba Humanika.

 Margianto,J. Heru dan Asep Syaefullah.2012. Media Online: Antara Pembaca, Laba, dan Etika. Jakarta: Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun