Mohon tunggu...
Endah Wahyuningtyas
Endah Wahyuningtyas Mohon Tunggu... Guru - guru swasta

guru swasta yang suka belajar, suka mambaca dan suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menjadi Pemimpin Pembelajaran dengan Seni Coaching

8 Oktober 2024   12:27 Diperbarui: 8 Oktober 2024   12:31 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bu, tidak ada seorang pun yang mau bermain dengan saya."

Santi terdiam. Dia melihat dengan kaget dan iba kepada siswa di depannya. Siswa hitam manis yang berwajah sedih dan sepertinya hampir menangis bernama Nina itu melirik sedikit ke arah Santi dan buru-buru menundukkan kepalanya. Oh, hati Santi seperti tertusuk duri melihat ekspresi Nina tadi, dia tahu Nina pasti sangat sedih menjadi seorang pra remaja --yang baru merasakan masa pubertas---dan dijauhi teman-temannya.

Santi mengembuskan napas panjang. Dia sebenarnya tahu kenapa Nina dijauhi teman-temannya, karena anak-anak di kelas Santi sudah sering bercerita pada Santi tentang bau badan Nina yang menyengat. Selama ini Santi hanya memperhatian dan memantau dari jauh, dia belum benar-benar mengajak Nina untuk berbicara. Dan sepertinya sekarang sudah sedikit terlambat. Santi merasa sangat bersalah pada Nina. Ah, Santi sangat menyesal.

"Kenapa memangnya, Nin?" tanya Santi dengan nada biasa, padahal hati Santi penuh dengan kenelangsaan melihat Nina yang menahan tangis. Tetapi alih-alih menangis, Nina tersenyum kepada Santi.

"Teman-teman bilang saya bau, Bu," jawab Nina pendek dan menunduk lagi. Kali ini bahu Nina sedikit terguncang menandakan dia sedang menangis.

Ah, sedihnya Santi melihat muridnya sedang bersedih seperti itu. Tetapi Santi tetap berusaha menahan emosinya dan mempertahankan keprofesionalannya. Sebenarnya Santi sangat ingin segera mengungkapkan rasa hatinya pada Nina dan mengatakan : 'Kamu tahu kamu bau badan, kan? Sebenarnya gampang kok mengatasinya. Pakai deodorant, dong, pakai tawas atau pakai parfum. Zaman sudah maju, sudah banyak teknologi untuk menghilangkan bau badan, Nin,' tetapi Santi tetap mempertahankan dirinya untuk tidak mengeluarkan kata-kata menyakitkan itu. Oh, ya, Santi pasti tahu pasti kata-katanya itu akan menyakitkan hati Nina, selain itu Santi juga ingat beberapa materi ketika dia mengikuti pendidikan guru penggerak beberapa waktu yang lalu. Dia antara materi tersebut --yang menurut Santi---sesuai dengan keadaan saat ini adalah materi coaching dan pembelajaran sosial emosional. Santi tersenyum, ternyata dua materi tersebut kemungkinan bisa diterapkan sekarang, dalam keadaan yang belum pernah dibayangkan Santi sebelumnya.

Santi tersenyum sambil menahan trenyuh dalam hatinya.

"Kamu yakin, Nin, teman-teman-teman kamu menjauhi kamu? Jangan-jangan itu hanya perasaan kamu saja, lo, Nin." Santi berusaha menetralkan perasaan hati Nina. Nina mendongak, dia buru-buru menghapus air mata di wajahnya. Santi tanggap dan segera memberikan tisu kepada muridnya itu. Nina tersenyum dan berterima kasih kepada Santi, dan dengan gerakan buru-buru Nina membersihkan wajahnya.

"Istighfar dulu, Nin, nanti baru cerita ya, sama Bu Santi," bisik Santi perlahan. Nina mengangguk dan sepertinya berusaha tersenyum, sekaligus menahan air matanya lagi.

"Benar, Bu. Teman-teman tidak ada yang mau bermain dengan saya. Kalau belajar di kelas atau belajar kelompok, mereka terpaksa mau dengan saya, karena takut dimarahi Bu Santi, Bu," kata Nina memulai ceritanya. Ah, sedihnya. Santi sangat menyesal, dia seharusnya memang lebih memperhatikan keadaan murid-muridnya.

"Nina pernah nanya pada teman-teman kenapa mereka menjauhi Nina?" tanya Santi berusaha menggali masalah yang sebenarnya. Nina mengangguk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun