Mohon tunggu...
Endah Suyarini
Endah Suyarini Mohon Tunggu... Lainnya - Saya bekerja dari subuh hingga malam hari. Jabatan saya sebagai seorang istri dan ibu. Disebuah perusahaan rumah tangga.

Saya suka menulis dan membaca, terutama tentang gosip viral. Selain itu juga mengisi waktu dengan bermain brick blok dan merecoki anak yang sedang main. Paling suka lagi adalah rebahan. Sekedar menikmati kipas angin didaerah panas ini, sambil mendengarkan cerita horor lewat aplikasi merah, atau membaca novel-novel fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pulang

26 Maret 2024   20:30 Diperbarui: 26 Maret 2024   20:38 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ayo, pulang." Perintah seorang wanita yang usianya tidak lagi muda, namun gurat kecantikan masih terlihat.

"Nanti saja. Aku masih ingin disini." Sahut lawan bicaranya.

"Pulanglah. Ayahmu pasti mencarimu." 

"Nanti saja, Bu. Aku masih ingin disini." Lagi, pria yang masih terbilang muda itu menolak.

"Kamu harus pulang. Ayahmu kesepian tanpamu." Bujuk wanita yang adalah ibunya.

"Apa ibu mengusirku?" Sahut sang anak bernama Dio.

"Anggap saja begitu. Temani ayahmu. Dia kesepian, Nak." 

"Ayah memilih menyepi, Bu. Dia lebih suka berdiam diri dikamarnya darioada berbicara denganku." Adu Dio.

"Tetaplah menemaninya meski begitu. Dia membutuhkanmu." Ibu tidak menyerah untuk membujuk anaknya.

"Apa ibu tidak ingin ikut bersamaku? Apa ibu tidak merindukan ayah? Datanglah, Bu dan bujuk ayah. Bujuk ayah agar seperti dulu lagi." Dio memohon.

"Ibu merindukannya. Sangat merindukannya. Tapi, jika ibu memaksa datang hanya akan membuatnya semakin mengurung diri." Tolak Ibu.

"Jika, Ibu merindukannya datanglah. Atau ayah melakukan kesalahan hingga ibu pergi?" Tanya Dio.

"Tidak. Asal kamu tahu, ayahmu adalah pria baik. Teramat baik untuk ibu. Dia tidak pernah mengasariku. Selalu kelembutan yang datang darinya. Dia adalah pria yang bertanggungjawab." Puji Ibu.

"Lalu, kenapa Ibu tidak mau datang. Temuilah barang sebentar. Ayah pun pasti merindukan Ibu." Bujuk Dio.

"Akan ada saatnya. Jika, nanti ibu datang, persiapkan dirimu."

"Tentu, aku akan senang ibu datang." Dio sumringah.

"Aku akan datang, tapi tidak saat ini. Sekarang pulanglah dan temani ayahmu sampai ibu datang."

***

Itu adalah pertemuan terakhir Dio dengan Ibunya. Setelah itu tidak ada lagi kabar beritanya. Dan, saat ini genap setahun sejak pertemuan itu.

Dilihatnya ayahnya yang masih saja melakukan rutinitas yang baginya monoton dan membosankan.

Tidur, bangun, makan, kembali kekamarnya. Didalam kamar beliau akan duduk tenang diatas sajadahnya. Merapal doa atau membaca ayat suci. Setelah itu, beliau akan kembali tidur sambil memeluk foto isterinya. Ibu Dio.

***

"Mas, apa perlu kita ajak ayah ke psikiater atau panggilkan pak kyai?" Tanya Sarah isteri Dio.

"Tidak perlu. Doakan saja sebentar lagi ayah akan kembali senyum. Semalam tadi Ibu berjanji akan datang menemui ayah. Tiga hari lagi."

"Benarkah?" Sarah antusias mendengarnya. 

"Aku akan masak garang asem kesukaan ibu." Ucap Sarah.

Dio tersenyum, mengangguk.

***

Tiga hari sudah tiba. Hari ini ibu akan datang.

Ayah Dio terlihat ceria dari biasanya. Beliau selalu tersenyum bahkan berbincang dengan Dio, putra keaayangannya.

Dan, itu terjadi sejak Ibu berjanji akan datang, tiga hari lalu.

"Ayah sudah kembali seperti dulu." Dio sumringah. Meski begitu Sarah menangkap gelisah dari suaminya itu.

"Ibu datang lagi." Ucap ayahnya pagi ini yang lahap menghabiskan sarapannya. Setelah berbincang sebentar, ayah pamit ingin kekamar. 

Namun, sebelumnya beliau merogoh saku celananya dan mengeluarkan kunci mobil kesayangan.

"Untukmu. Pakailah." Ujar Ayah.

Lalu, beliau pamit kedalam kamarnya.

***

Dio duduk termenung diteras. Teringat semalam ibunya datang.

"Besok Ibu akan datang menemui ayahmu. Ucapkan terimakasih pada Sarah karen sudah repot memasakan makanan kesukaanku. Katakan padanya aku menyayanginya." Ucap Ibu saat itu.

"Massss...." terdengar teriakan dari dalam rumah. Suara Sarah, isterinya.

***

Ibu benar-benar datang menemui ayah. Beliau menjemput ayah untuk pulang bersamanya. Pulang kerumah sesungguhnya.

Isakan tangis membasahi pipi Dio diatas pusara kedua orang tuanya.

"Ibu akan datang menjemput ayahmu." Begitulah ucapan terakhir ibu malam itu.

Wajahnya terlihat sangat cantik, seolah memang bersiap menyambut pujaan hati. Suami tercintanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun