"Sayuuurrr!" Teriakan nyaring menembus dinding-dinding rumah. "Sayurnya, Bu!" Kembali bakul sayur menyeru para ibu.
Satu dua orang ibu berdaster keluar rumah.Â
"Berisik amat, Bang!" Seru ibu daster merah yang depan rumahnya dijadikan tempat pemberhentian si bakul sayur.
"Lho, kalo bisik-bisik tidak ada yang dengar, Bu." Bakul sayur menyahuti.
"Kangkung berapa, Bang?" Â Tanya ibu daster kuning.
"Tujuh ribu saja." Jawab bakul sayur.
"Hah, tujuh ribu? Kangkung ikatanya kurus begini tujuh ribu? Mahal bener Bang." Protes si ibu.
"Kalau mau murah, nanam sendiri Bu. Itu juga kalau berhasil bisa panen. Kalo gagal, ya, jadinya oseng tanah." Canda Bakul sayur sambil cengar cengir.
"Cabai rawit berapa?" Kali ini ibu daster hijau yang baru keluar rumah yang bertanya.
"Seribu saja, bu." Jawab si bakul.
"Mosok seribu, Bang? Tumben cabai murah. Saya borong sekilo, deh." Ibu daster kuning meraup cabai rawit dan memasukannya kekantong plastik.