"Halah, mana ada ikan les berenang. Abangnya kali, yang les renang sama ikan." Gerutu ibu daster kuning.
Bakul sayur tertawa mendengar lelucon calon pembelinya itu.
"Mahal semua begini, saya masak apa? Masak air, air juga naik." Komentar ibu daster merah.
"Ini tempe berapaan?" Tanyanya.
"Enam ribu saja kalau tempe."
"Hadoh, tempe kerempeng begini enam ribu? Cacing saya saja lebih berisi dari ini." Ujar si ibu yang perawakannya tidak kalah gempal dengan bakul sayur.
"Mahal-mahal semua sekarang. Ini itu naik. Tapi, gaji tidak naik-naik, malah kepotong pinjaman dikoperasi." Ibu daster hijau mencurahkan kegalauannya.
"Lho, kan harga-harga lagi ikutan tren!" Sahut bakul sayur.
"Tren apa lagi?" Serempak para ibu bertanya.
"Tren anomali. Tidak cuma ada anomali cuaca, tapi juga anomali harga!":Bakul sayur tertawa. Menertawakan leluconnya sendiri.
"Harga-harga sekarang sulit diprediksi. Hanya Tuhan dan pejabat penentu harga yang tahu berapa harga akan dikeluarkan. Nanti, kalau pada protes, ya, tinggal salahkan cuaca."