Mohon tunggu...
Endah Raharjo
Endah Raharjo Mohon Tunggu... -

~...~

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Menyusuri Jejak Selsa

24 Juli 2013   19:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:06 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13746667931575714317

Aku hanya sedang bergumam

Dalam ketidakberdayaan seorang jelata

Kapankah kesewenang-wenangan dari penguasa ini akan berakhir

Sebaga pembaca, saya akan lebih tergugah bila ditulis begini:

Pentas teaterkah di hadapanku ini

Atau nyata terbungkus dusta

Aku hanya bergumam dalam ketidakberdayaan jelata

Kapan kesewenang-wenangan ini berakhir

Dua puluh tujuh puisi selanjutnya menyuarakan kegundahan hati, cinta tak sampai, dan kepasrahan. Semuanya terasa senyap dan menyayat. Selsa seperti sedang menangis dalam hati, tangis panjang yang ditahan hingga suaranya sayup-sayup. Senada dengan puisi-puisi sebelumnya, puisi rindu dan cinta ini (istilah saya sendiri) juga boros kata-kata. Contoh pada Dirimu Cinta Sebenarnya:

Hingga malam berubah pada dini

Aku hanya bisa mengeja namamu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun