Mohon tunggu...
Endahing Noor Iman Pustakasari
Endahing Noor Iman Pustakasari Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Aku "SI GEMBEL" (Senang Ilmu Gembira Belajar)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Stop Jadi Malin Kundang!

22 Desember 2012   05:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:13 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1356162612428052762

Di mana wanita dihormati, di sanalah pada Dewa-Dewa merasa senang, tetapi di mana mereka tidak dihormati, tidak ada upacara suci apapun yang akan berpahala.

Lebih tegas lagi dalam pasal berikutnya: 57:

SOCANTI JAMAYO YATRA, VINASYATYACU TATKULAM, NA SOCANTI TU YATRAITA, VARDHATE TADDHI SARVADA

Di mana wanita hidup dalam kesedihan, keluarga itu akan cepat hancur, tetapi di mana wanita tidak menderita, keluarga itu akan selalu bahagia.

Dan pasal 58:

JAMAYO YANI GEHANI, CAPANTYA PATRI PUJITAH, TANI KRTYAHATANEVA, VINASYANTI SAMANTARAH

Rumah di mana wanitanya tidak dihormati sewajarnya, mengucapkan kata-kata kutukan, keluarga itu akan hancur seluruhnya seolah-olah dihancurkan oleh kekuatan gaib.

Dalam Dhammapada bab XXIII ayat 332, Sang Buddha bersabda, “Berlaku baik terhadap ibu merupakan suatu kebahagiaan dalam dunia ini; berlaku baik terhadap ayah juga merupakan kebahagiaan. Berlaku baik terhadap pertapa merupakan suatu kebahagiaan dalam dunia ini, berlaku baik terhadap Para Ariya juga merupakan kebahagiaan.”

Dalam Angguttara Nikaya Bab IV ayat 2, Sang Buddha juga memberikan petunjuk mengenai cara terbaik untuk membalas budi dan jasa kebaikan orang tuanya, yaitu sebagai berikut :

“ Apabila anak dapat mendorong orang tuanya yang belum mempunyai keyakinan terhadap Tiratana (Buddha, Dhamma, dan Sangha), sehingga mempunyai keyakinan kepada Tiratana; apabila anak dapat membuka mata hati orang tua untuk hidup sesuai dengan Dhamma, membimbing mereka untuk memupuk kamma baik, berdana, melaksanakan sila, mengorong mereka mengembangkan kebijaksanaan, maka anak tersebut dapat membalas budi dan jasa-jasa kebaikan orang tuanya.”

Terlepas dari yang di atas, saya jadi teringat semasa kecil kita selalu memberi hadiah saat ibu ulangtahun, waktu itu saya member bandana yang saya beli dengan uang saku saya sendiri, belinya dimana? Jelas di pasar dekat rumah sepulang sekolah, saat itu saya masih kelas 1 SD. Kalau teringat itu, rasanya bahagia sekali. Walaupun, hanya memberikan bandana seharga Rp.2000,- saja. Itu pun sudah membuat ibu saya terharu. Namun saat saya beranjak dewasa, kenapa selelu mengecewakan beliau ya? Ada saja cekcok mulut setiap hari, saya baru sadar saat di bangku kuliah, karena memang jurusan yang saya ambil terkait manifestasi jiwa individu dalam perilaku, bahwa ada masanya saya mengalami fase perkembangan yang selalu membangkang orangtua dan membutuhkan teman daripada orangtua sendiri.

Setidaknya, sekarang saya sedang belajar untuk menjalani kehidupan sesuai dengan fase perkembangan saya saat ini. Salah satunya, kalau kata orang sih membahagiakan orangtua. Tapi, menurut saya, untuk diri sendiri yang nantinya pasti membuat ibu saya bahagia dan merasa tidak sia-sia melahirkan saya ke dunia ini. Amiin…

Mari kita jadikan, setiap hari adalah hari Ibu. Senyumnya adalah bahan bakar kehidupan kita, doanya adalah mesiu perjuangan kita, restunya adalah peluru kesuksesan langkah kita. STOP jadi Malin Kundang!

Emak loe-gue FRIEND! :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun