Mohon tunggu...
Endah Nur Safira
Endah Nur Safira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Sriwijaya

Seorang Mahasiswi Ilmu Hubungan Internasional yang tertarik akan berita, kuliner, buku, film, Musik, dan travelling.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

"Dien Bien Phu" Sebuah Kemenangan Emas Vietnam dari Kacamata Penerapan Strategi Sun Tzi

30 November 2021   10:26 Diperbarui: 30 November 2021   10:50 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Prancis yang kala itu dengan berani membangun delapan pangkalan pertahanan dengan posisi pertahanan yang sangat terbuka, tentu saja membuat Jenderal Vo Nguyen Giap  semakin percaya diri, Sehingga ia segera memerintahkan semua prajuritnya untuk segera mengambil berbagai jenis artileri yang dikirim dari sekutu kuatnya yakni Cina. Setelah  melalui perjalanan panjang, pasukan Viet Minh akhirnya berhasil menyembunyikan artileri lapangan dari pandangan para pesawat Prancis. Medan yang berat dan terjal tidak menjadi halangan mereka dalam menempatkan senjata tersebut di posisi yang strategis. Dengan demikian keberadaannya tidak akan pernah diperhatikan oleh prajurit Prancis.

Pertempuran tersebut akhirnya pecah pada sore hari di tanggal 13 Maret 1954. Yang mana terdapat ribuan tentara Viet Minh menyerbu kehadiran Prancis di Beatrice, di mana terdapat sebagian besar pertahanan Prancis adalah pasukan Legiun Asing yang cukup tersohor. Serangan tersebut difasilitasi oleh tembakan artileri di pangkalan pertahanan Legiun Asing Prancis. Beatrice ditangkap dalam dua hari, menewaskan 500 legiun asing, sementara Viet Minh kehilangan 600 pasukannya. Serangan terhadap berbagai pangkalan pertahanan Prancis lainnya terus berlanjut, mereka jatuh satu per satu ke tangan Viet Minh, sementara artileri Prancis bersiap untuk memblokir pergerakan pasukan Jenderal Vo Nguyen Giap yang tidak dapat lagi menembak dikarenakan kekurangannya amunisi yang tersedia.

Tidak ingin Dien Bien Phu jatuh dengan mudah, Prancis segera mencari cara untuk bertahan sehingga pada akhirnya harus mengerahkan pasukan terjun payung untuk meningkatkan jumlah mereka, hal tersebut didukung oleh kepemimpinan pusat di Saigon yang juga segera mengirim bala bantuan darat demi mengumpulkan rekan-rekan mereka yang terkepung. Dengan medan darat yang terjal dengan harus menempuh Jarak yang  jauh sementara api yang berkobar tak henti-hentinya menambah keos suasana apalagi asapnya yang dapat menghalau pandangan dari udara membuat dukungan udara menjadi sangat sulit. Hal ini tentunya menjadi sebuah keuntungan bagi pasukan Viet Minh karena membuat banyak amunisi dan kebutuhan logistik lainnya justru jatuh ke tangan pasukan Viet Minh. Tidak semua korban luka dapat diangkut karena tembakan artileri besar-besaran Viet Minh di lapangan terbang.

La France di Dien Bien Phu dalam kurun waktu 1 bulan 3 minggu, sebanyak tujuh pangkalan pertahanan Prancis akhirnya berhasil direbut oleh pasukan Viet Minh. Hanya Benteng Isabelle yang saat itu tersisa, yang juga saat itu sedang terseok-seok. Sehingga Pada tanggal 1 Mei 1954, Viet Mint melancarkan serangan malam. Tanpa diduga, Viet Minh mulai menggunakan sistem peluncuran roket Katyusha yang dikirim oleh sekutu kuat lainnya yakni Uni Soviet. Meskipun perlawanan pihak Prancis cukup besar, banyaknya tentara yang terluka dan tewas dalam serangan itu tak dapat terhindarkan. Kemudian Perang tersebut membuat tentara Prancis semakin terdesak.

Akibatnya pada enam hari kemudian, Vo Nguyen Giap melancarkan serangan besar-besaran dengan mengerahkan sebanyak 25.000 tentara melawan 3.000 tentara Prancis. Komandan Dien Bien Phu, yaitu Castries yang telah memahami bahwa pasukannya akan segera dikalahkan membuat ia segera menyampaikan pengumuman terakhir sebelum menyerah melalui radio kepada markas Prancis yang berbasis di Hanoi, ia berbicara kepada Mayor Jenderal René Cogny. Setelahnya ia mendapatkan respon yang sungguh patriotik:

 “You will fight to the end. There is no question about raising the white flag over Dien Bien Phu after your heroic resistance.” ― Major General René Cogny,    (TRIP HISTORIC, n.d.).

Menjelang tengah malam, hampir semua posisi yang sebelumnya dikuasai Prancis telah jatuh ke tangan Viet Minh. Jarak antara markas komando dan pangkalan depan sangat kecil. Kondisi ini memaksa de Castries mengambil keputusan yang sulit, yaitu menyerah. Tidak ada  personel yang  melarikan diri sampai pusat komando jatuh ke tangan Viet Minh. Melalui Suasana tersebut mewakili akhir dari ambisi Prancis di Indochina, kemenangan Viet Minh terbukti menginspirasi gerakan kemerdekaan di tempat lain terutama di Aljazair Prancis, Prancis menderita 9000 kerugian di antaranya sedikitnya 2.200 anggota dari 16.000 tentara Prancis tewas dalam pertempuran itu. Dari sekitar 50.000 hingga 100.000 Viet Minh yang terlibat, diperkirakan  8.000 tewas dan 15.000  lainnya terluka. Ditambah lagi De Castries dan 11.721 tentara Prancis lainnya resmi menjadi tawanan perang.

Dengan begitu, jika menilik dari kacamata penerapan strategi Sun Tzi dalam mengkaji kemenangan Vietnam pada pertempuran Dien Bien Phu, dapat dijelaskan melalui prinsip-prinsip yang terdapat pada The Art Of War. Yakni melalui prinsip pertama, “Penilaian”. Dalam prinsip penilaian tersebut Sun Tzi menjelaskan bagaimana cara menilai hasil dalam pertempuran yang dibagi menjadi 5 elemen, yaitu;

  • Jalan, menjelaskan mengenai adanya keselarasan antara persepsi maupun sasaran dengan pemimpinnya, hal tersebut dapat diartikan sebagai hubungan yang terjalin diantara pasukan dan komandan
  • Iklim, menjelaskan mengenai perubahan kondisi alam, missalnya pergantian kondisi cuaca yang memuat kondisi musim yang sedang atau yang akan dialami dalam pertempuran
  • Medan, menjelaskan mengenai keterjangkauan yang memuat jarak termasuk kondisi jalan yang akan dilalui; apakah dapat menyokong pergerakkan pasukan atau sebaliknya
  • Komando, menjelaskan mengenai kualitas atau kapasitas dari kepemimpinan pasukan
  • Aturan, menjelaskan mengenai bagaimana pengoorganisasian pasukan; seperti wewenang dan tugas ataupun kewajiban, serta urusan logistik.

Sehingga menurut Sun Tzi bagi siapa yang menguasai kelima hal tersebut, pihaknya akan lebih mampu memenangkan suatu pertempuran atau bahkan suatu peperangan (Yonathan, J, & K, 2021). Lantas pada akhirnya dalam mengamati kronologi pertempuran yang terjadi antara pasukan Vietnam dengan pasukan Prancis di Dien Bien Phu ini, kita dapat melihat bahwasanya pasukan Viet Minh lebih unggul dalam kelima elemen menurut apa yang dituturkan oleh Sun Tzi dalam “The Art Of War” miliknya tersebut.

Daftar Pustaka

Fawzia, U., & Wardhani , B. L. (2020). Identifikasi Strategi Militer “The Art of War” pada Strategi Bisnis Netflix . Cakra Studi Global Strategis UNAIR Vol.14, No.01, 143-160.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun