Ibu Rovina kemudian memperkenalkan produk ini kepada penduduk desa dan mulai menjualnya. Keberhasilannya tidak hanya menunjukkan bagaimana pelatihan tentang energi dapat membekali perempuan dengan keterampilan baru, tetapi juga mendorong mereka untuk menjadi mandiri secara ekonomi. Dari hasil penjualan SHS, Ibu Rovina pun mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari dan membiayai pendidikan kedua anaknya. Kasus Ibu Rovina menunjukkan bahwa pemberdayaan perempuan dalam sektor energi terbarukan tidak hanya meningkatkan akses ke energi bersih yang bebas polusi berbahaya, tetapi juga memberikan dampak ekonomi yang signifikan.
Contoh lain di Pulau Jawa, Koalisi Perempuan Indonesia wilayah Jawa Tengah telah memulai inisiatif sosialisasi energi terbarukan melalui ibu-ibu dan organisasi keperempuanan seperti Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) dan Muslimat. Jawa Tengah memiliki potensi sumber energi terbarukan yang beragam, mulai dari limbah dapur seperti minyak jelantah hingga kotoran manusia.
Pada 15 Juli 2019, Desa Tegaron dan Desa Bener, di Kabupaten Semarang telah mengadakan diskusi rutin oleh Balai Perempuan Sebagai Pusat Informasi Pengaduan dan Advokasi Energi Bersih Terbarukan (BP PIPA ET). Diskusi ini bertujuan untuk menyosialisasikan pemanfaatan sumber energi alternatif di desa. Dalam pertemuan tersebut, ibu-ibu peserta menunjukkan antusiasme yang besar untuk belajar memanfaatkan minyak jelantah sebagai sumber energi terbarukan. Mereka merasa sayang untuk membuang sisa minyak yang sudah keruh, sehingga mencari cara untuk mengolahnya menjadi sesuatu yang berguna.
Sebagai kelompok yang sering kali mengurus kebutuhan rumah tangga dan terlibat langsung dalam aktivitas sehari-hari yang berkaitan dengan energi, perempuan harus selalu ditempatkan sebagai tokoh penting dalam peluasan akses energi terbarukan. Interaksi mereka yang rutin dengan komunitas membuat mereka menjadi agen perubahan yang efektif dalam menyebarkan pengetahuan dan keterampilan baru. Mereka tidak hanya memahami kebutuhan energi keluarga mereka, tetapi juga tantangan yang dihadapi komunitas mereka dalam mengakses energi.
Dengan mendukung perempuan untuk terlibat lebih dalam dalam sektor energi, kita tidak hanya memberdayakan mereka secara individu tetapi juga menguatkan komunitas secara keseluruhan. Perempuan yang diberdayakan akan membawa dampak positif pada keluarga mereka dan masyarakat luas, menciptakan lingkungan yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.Â
9 Langkah Partisipasi Perempuan Untuk Mencapai Net Zero Emission
Perempuan di Indonesia dapat mengambil berbagai langkah untuk berkontribusi dalam mencapai net-zero emission. Berikut adalah beberapa langkah konkret yang dapat dilakukan, antara lain:
1. Meningkatkan Kesadaran dan Edukasi
Kampanye dan Sosialisasi: Mengadakan kampanye dan sosialisasi mengenai pentingnya net-zero emission dan bagaimana cara mencapainya di komunitas lokal.
Pendidikan dan Pelatihan: Berpartisipasi dalam dan menyelenggarakan pelatihan mengenai energi terbarukan dan efisiensi energi untuk perempuan di komunitas mereka.
2. Efisiensi Energi di Rumah Tangga
Penggunaan Peralatan Hemat Energi: Menggunakan peralatan listrik yang hemat energi dan mendorong anggota keluarga untuk melakukan hal yang sama.
Perbaikan Rumah: Memastikan rumah memiliki isolasi yang baik untuk mengurangi kebutuhan pemanasan dan pendinginan.
Penggunaan Kompor Bersih: Beralih ke kompor bersih yang lebih efisien dan mengurangi emisi dibandingkan dengan kayu atau arang.
3. Mengadopsi dan Mengembangkan Teknologi Energi Terbarukan
Solar Home Systems (SHS): Menggunakan dan mempromosikan sistem tenaga surya di rumah dan komunitas. Perempuan dapat dilatih untuk memasang dan memelihara panel surya.
Biogas: Mengembangkan proyek biogas menggunakan limbah organik dan kotoran ternak untuk bahan bakar memasak dan listrik.
Mikrohidro dan Energi Angin: Menginisiasi dan mengelola proyek mikrohidro dan energi angin di daerah yang cocok untuk teknologi ini.
4. Mendirikan dan Mengelola Koperasi Energi Terbarukan
Koperasi Energi: Membentuk koperasi energi yang dikelola oleh perempuan untuk mengelola proyek-proyek energi terbarukan di komunitas.
Pendanaan dan Dukungan: Mencari pendanaan dan dukungan dari pemerintah atau organisasi internasional untuk mengembangkan proyek energi terbarukan.
5. Partisipasi dalam Kebijakan dan Pengambilan Keputusan
Keterlibatan dalam Pemerintahan Lokal: Terlibat dalam dewan desa atau kelompok pengambil keputusan untuk mendorong kebijakan yang mendukung transisi energi.
Advokasi: Menyuarakan pentingnya kebijakan energi terbarukan dan efisiensi energi kepada pemerintah dan pembuat kebijakan.
6. Kolaborasi dengan Organisasi dan Inisiatif yang Ada
Bermitra dengan NGO: Bermitra dengan organisasi non-pemerintah (NGO) yang fokus pada energi terbarukan dan lingkungan, misalnya dengan organisasi Oxfam yang  bekerja untuk memastikan bahwa transisi menuju energi terbarukan tidak hanya mengurangi emisi karbon tetapi juga membawa manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat miskin dan rentan, terutama perempuan.
7. Inovasi dan Kewirausahaan
Wirausaha Hijau: Mengembangkan usaha kecil yang berfokus pada produk-produk ramah lingkungan seperti solar lanterns, biogas, atau kompor bersih.
Pengembangan Produk Baru: Meneliti dan mengembangkan produk-produk baru yang dapat membantu mengurangi emisi karbon.
8. Mendorong Perubahan Perilaku
Transportasi Ramah Lingkungan: Menggunakan transportasi umum, sepeda, atau berjalan kaki daripada kendaraan bermotor untuk mengurangi emisi.
Pengurangan Limbah: Mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur ulang limbah rumah tangga untuk mengurangi emisi metana dari tempat pembuangan sampah.
9. Menggunakan Platform Digital untuk Edukasi dan Advokasi
Media Sosial: Menggunakan media sosial untuk menyebarkan informasi dan edukasi mengenai langkah-langkah menuju net-zero emission.
Webinar dan Blog: Menyelenggarakan webinar dan menulis blog tentang topik energi terbarukan dan efisiensi energi.
Partisipasi perempuan dalam inisiatif-insiatif ini menunjukkan bahwa mereka tidak hanya dapat memainkan peran penting dalam mencapai target net-zero emission tetapi juga memberdayakan diri mereka sendiri dan komunitas mereka. Melalui berbagai proyek dan program, perempuan membawa inovasi, keterampilan, dan perspektif baru yang sangat diperlukan dalam perjuangan global melawan perubahan iklim. (EKW)
Sumber:
https://irid.or.id/wp-content/uploads/2022/07/2022.04.01-Dasar-Dasar-Net-Zero-Emission_SPREADS.pdf