Perubahan iklim telah menjadi salah satu tantangan terbesar yang dihadapi dunia saat ini. Dengan meningkatnya suhu global, pencairan es di kutub, dan naiknya permukaan laut, tindakan untuk mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim semakin mendesak.
Salah satu cara utama untuk mengatasi masalah ini adalah melalui transisi energi—pergeseran dari sumber energi fosil yang mencemari lingkungan ke sumber energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan. Dalam konteks ini, peran perempuan dan penyertaan kelompok rentan menjadi sangat penting untuk memastikan transisi energi adil yang inklusif dan berkelanjutan.
Peran Perempuan dalam Transisi Energi Adil
Perempuan sering kali menjadi penjaga tradisi dan budaya dalam banyak masyarakat. Mereka memiliki pengetahuan mendalam tentang praktik-praktik lokal yang berkelanjutan dan cara-cara tradisional dalam menggunakan sumber daya alam. Dalam konteks transisi energi, pengetahuan ini bisa menjadi aset berharga. Misalnya, di banyak komunitas pedesaan, perempuan bertanggung jawab atas pengelolaan rumah tangga, termasuk memasak dan pencahayaan, yang sering kali masih bergantung pada bahan bakar fosil seperti kayu bakar dan minyak tanah.
Dengan melibatkan perempuan dalam proses transisi energi adil, kita dapat memastikan bahwa solusi yang diadopsi tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lokal. Sebagai contoh, program-program pelatihan dan pemberdayaan perempuan di bidang energi terbarukan, seperti instalasi panel surya dan pemeliharaan biogas, telah menunjukkan hasil yang positif di berbagai negara.
Penyertaan Kelompok Rentan dalam Isu Transisi Energi
Selain perempuan, kelompok rentan lainnya seperti masyarakat adat, kaum miskin, dan penyandang disabilitas juga harus dilibatkan dalam transisi energi. Kelompok-kelompok ini sering kali paling terdampak oleh perubahan iklim dan polusi lingkungan, namun mereka juga memiliki keterbatasan akses terhadap teknologi dan informasi yang diperlukan untuk beradaptasi.
Masyarakat adat, misalnya, memiliki hubungan erat dengan alam dan lingkungan sekitar. Pengetahuan tradisional mereka tentang pengelolaan hutan dan sumber daya alam bisa menjadi sumber inspirasi dalam mengembangkan solusi energi yang berkelanjutan. Di beberapa negara, proyek-proyek energi terbarukan yang melibatkan masyarakat adat dalam perencanaan dan pelaksanaan telah berhasil tidak hanya dalam mengurangi emisi karbon tetapi juga dalam melestarikan budaya dan pengetahuan tradisional.
Untuk kaum miskin dan penyandang disabilitas, akses ke energi bersih dapat meningkatkan kualitas hidup secara signifikan. Program-program subsidi dan bantuan teknis yang dirancang khusus untuk kelompok ini dapat membantu mereka beralih ke sumber energi yang lebih bersih dan terjangkau. Misalnya, distribusi kompor hemat energi dan lampu surya di daerah miskin dan terpencil telah terbukti efektif dalam mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Tantangan dan Peluang
Meskipun ada banyak manfaat dari penyertaan perempuan dan kelompok rentan dalam transisi energi adil, tantangan yang dihadapi juga tidak sedikit. Stereotip gender, ketidaksetaraan akses terhadap pendidikan dan pelatihan, serta hambatan budaya seringkali menghalangi partisipasi aktif mereka. Oleh karena itu, penting untuk menciptakan kebijakan dan program yang sensitif gender dan inklusif.
Pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan sektor swasta perlu bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang mendukung bagi perempuan dan kelompok rentan. Ini bisa dilakukan melalui inisiatif pendidikan dan pelatihan, kampanye kesadaran, dan pemberian insentif bagi proyek-proyek yang melibatkan mereka. Selain itu, penting juga untuk mengadvokasi kebijakan yang mendukung partisipasi perempuan dan kelompok rentan dalam sektor energi, seperti kuota partisipasi dan perlindungan hukum terhadap diskriminasi.
Kesimpulan
Transisi energi adalah langkah krusial dalam upaya global untuk mengurangi dampak perubahan iklim. Peran perempuan dan penyertaan kelompok rentan tidak hanya meningkatkan efektivitas transisi energi adil ini tetapi juga memastikan bahwa manfaatnya dirasakan oleh semua lapisan masyarakat. Dengan menjembatani tradisi dan teknologi, serta mengadopsi pendekatan yang inklusif dan sensitif gender, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan dan adil.
Perempuan, dengan pengetahuan dan peran mereka dalam komunitas, serta kelompok rentan, dengan kebutuhan dan perspektif unik mereka, merupakan kunci untuk mencapai transisi energi yang berkelanjutan. Melalui kerjasama dan komitmen untuk inklusivitas, kita dapat mengatasi tantangan perubahan iklim sambil memberdayakan masyarakat secara holistik.
*Diolah dari berbagai sumber Kompas, Indonesia Research Institute for Decarbonization, dan UN Women.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H