Dulu, saat masih merantau di ibukota, saya cuma bisa pulang setahun sekali, setiap Idul Fitri atau Idul Adha ke kota Pati. Saya memang pernah tinggal 3 tahun lebih sedikit di kota dengan julukan Bumi Mina Tani ini untuk  bersekolah di bangku SMA. Usai orangtua saya pensiun, mereka pun pindah dan menetap di kota ini untuk menikmati hari tuanya disini. Itu sebabnya yang tadinya saya pulang kampung ke Sorong, Papua Barat Daya, namun sejak tahun 2011 mudik saya berubah haluan ke kota Pati.
Namun, sejak tahun 2017 saya memutuskan untuk pulang ke Pati demi menemani kedua orang tua yang sudah semakin sepuh. Alhamdulillah pekerjaan saya sebagai freelancer memudahkan saya untuk bekerja dari mana saja, termasuk dari kampung sekalipun, yang penting masih terjangkau akses internet.
Kota Pati adalah sebuah kota kecil di wilayah Pantai Utara Jawa (Pantura) yang diapit oleh kabupaten Kudus dan Kabupaten Rembang. Kota yang terkenal sebagai kota pensiunan ini memang punya tipikal kota kecil yang tenang dan santai, cocok buat yang memang niat ingin pensiun atau mencari ketenangan dari hingar bingar kota besar. Buat orang introvert macam saya, kota ini jadi tempat tinggal yang nyaman.
Meski kota kecil, Pati sebenarnya punya banyak potensi. Salah satunya adalah kuliner khasnya yang tidak ada di tempat lain, atau sudah terkenal tapi salah dikira berasal dari kota lain. Nah, berikut ini beberapa kuliner nusantara khas dari kota Pati, Bumi Mina Tani.
1. Nasi Gandul
Dari jaman dahulu kala, kalau ditanya apa masakan khas kota Pati maka Nasi Gandul adalah pilihan nomor wahid alias yang paling sering disebut-sebut dan ini juga merupakan kuliner favorit saya. Dulu, setiap kali mudik, biasanya minimal 3 kali saya harus makan nasi gandul ini. Ngomong-ngomong, kuliner ini tidak ada yang di gandul-gandul atau digantung ya, itu adalah nama yang disematkan karena dulunya jualan nasi gandul ini dengan cara digandul atau dipikul keliling kampung.
Nasi gandul ini adalah sejenis nasi gulai daging yang bumbunya terdiri dari  kemiri, jahe, lengkuas, kencur dan lain-lainnya. Isi gulainya bisa dipilih, paru, daging, lidah, babat, atau jeroan lainnya,. Favorit saya adalah daging dan paru.
Rasanya, nikmat sekali. Biasanya sih saya minimal makan 1,5 porsi. Rata-rata 2-3 porsi dengan tambahan perkedel yang yummy. Kenapa saya makannya banyak?! Selain karena doyan, 1 porsi di warung ini menurut saya kekecilan buat ukuran perut saya yang luas euy. Wkwkwkwkwk.
Seporsi nasi gandul panas seharga Rp. 20.000. Langganan saya sejak tahun 2001 adalah nasi gandul Romantis di Gajahmati, yang berada di jalan Panunggulan, persis di samping SMK Assalamah, Pati. Desa Gajahmati adalah daerah yang disebut-sebut sebagai asal mula nasi gandul dibuat.
Saking sukanya sama nasi gandul ini, dulu saya pernah mengajak adik sepupu saya untuk makan di warung langganan saya dan malamnya dia langsung ngeluh "Hadooh mbak, iya sih situ jarang pulang dan makan nasi gandul. Tapi tidak 4 kali sehari juga makannya," protesnya. Hahahaha. Baru sadar saya hari itu saya makan pagi, siang, sore dan malam dengan nasi gandul.
2. Â Soto Kemiri
Sebenarnya saya tahu kuliner yang satu ini baru beberapa tahun terakhir lewat seorang blogger yang juga orang Pati. Beberapa tahun silam saat saya masih tinggal di Jakarta dan sedang mudik ke Pati, saya langsung bertanya ke Bapak dimana sih letak soto kemiri yang terkenal itu. Saya pun diajak makan di warung soto kemiri di Jalan Kyai Saleh.