Mohon tunggu...
Endah Kurnia Wirawati
Endah Kurnia Wirawati Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Digital Nomad Life

Blogger, photographer dan translator. Traveler and writer on https://www.muslimtravelergirl.com/

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Forestival 2018, Pentingnya Penegakan Hukum untuk Penyelamatan Sumber Daya Alam

2 November 2018   17:05 Diperbarui: 2 November 2018   17:04 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia memiliki begitu banyak sumber daya alam yang melimpah dan mampu berkontribusi dalam mendorong perekonomian masyarakat di sekitar kawasan hutan. 

Namun ancaman akan sumber penghasilan masyarakat yang bergantung pada sektor hutan pun masih sering terjadi sehingga memicu konflik antara masyarakat dan perusahaan yang berbasis industri lahan. Contohnya di Provinsi Papua dan Papua Barat atau yang disebut Tanah Papua. 

Disana banyak terjadi ketidak sesuaian rencana tata kelola lahan dengan realisasinya di lapangan. Ada pula tumpang tindih izin pertambangan, perkebunan sawit dan kehutanan yang membuat masyarakat adat di tanah Papau tidak mendapatkan ruang yang semestinya dalam tata kelola lahan. 

Oleh karena itu, The Asia Foundation menginisiasi program SETAPAK, Selamatkan Hutan dan Lahan Melalui Perbaikan Tata Kelola untuk mendorong tata kelola hutan dan lahan melalui keterbukaan infromasi publik, penegakkan hukum, pendekatan berbasis gender dan kebijakan sumber daya alam yang berkelanjutan. 

Program SETAPAK  ini pun menggelar pertemuan Forestival 2018 yang merupakan forum pertemuan masyarakat sipil yang aktif dalam mendorong tata kelola hutan dan lahan di wilayah masing-masing. Tujuannya sebagai sarana evaluasi dan diskusi bagi program SETAPAK untuk kepastian tata kelola dan penegakkan hukum yang bersih, adil dan berkelanjutan.

Pada hari Rabu, 31 Oktober 2018, bertempat di hotel Harris Vertu Harmoni, Hayam Wuruk, Jakarta, Forestival menghadirkan narasumber Sukma Violetta, Wakil Ketua Komisi Yudisial Republik Indonesia dan Indro Sugianto, Komisioner Komisi Kejaksaan Republik Indonesia. Diskusi ini ditujukan untuk membahas tentang pengaduan dan pengawasan terhadap kasus-kasus sumber daya alam di sejumlah daerah dan bagaimana proses penegakkan hukum bersama CSO dari 14 provinsi di Indonesia. 

Sepanjang tahun 2016 hingga 2018, terdapat 33 pengaduan yang disampaikan mastarakat sipil dari sejumlah provinsi kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan terhadap 128 perusahaan berbasis industri lahan yang melanggar untuk ditindak lanjuti. 

Hal ini mengakibatkan masyarakat kehilangan sumber mata pencahariannya dari hutan, dan tidak jarang memicu konflik antara masyarakat dan perusahan berbasis industri lahan.

Menurut Sukma Violetta, masyarakat bisa melakukan pengaduan ke komisi yudisial lewat pos dan email. Pengaduan ini akan medapatkan nomor registrasi untuk melihat update data terbaru terhadap kasus tersebut. Lebih lanjut Sukma juga menjelaskan bahwa Komisi yudisial bisa memberikan 2nd line enforcement untuk membantu KLH melakukan penegakkan hukum lingkungan secara administratif. 

Kasus-kasus SDA pada intinya tidak bisa dilihat sebagai kasus tunggal. Menurut Indro Sugianto, kasus yang berkaitan dengan SDA di Indonesia selalu terkait dengan banyak masalah dan terintegrasi dengan banyak lembaga. 

Itu sebabnya kasus sumber daya alam butuh banyak pendekatan hukum. Penegakan hukum lingkungan di Indonesia sendiri memiliki 3 aspek, yaitu Pidana, Keperdataan dan Hukum Adminsitrasi. 

Banyak titik-titik rawan  penuntutan hukum di Indonesia yang bisa terjadi sejak mulai proses pra penuntutan, penetapan status tersangka, surat dakwaan, proses persidangan, penuntutan hingga pelaksanaan penuntutan. 

Titik-titik rawan ini bisa membuat penegakkan hukum terhadap kasus tersebut berlarut-larut, mandeg bahkan mungkin menghilang. itu sebabnya butuh sinergi pengawasan yang terus menerus dari semua pihak dalam mengawal kasus tersebut. 

Komisi Yudisial dan Komisi Kejaksaan sama sama merupakan lembaga pengawas sehingga dibutuhkan peran aktif masyarakat untuk ikut terlibat dalam proses pengawasan penegakkan hukum untuk penyelamatan lingkungan hidup di Indonesia. 

Untuk mewujudkan transformasi peradilan hukum yang bersih, diperlukan komitmen, sistem pengawasan dan pelaporan yang tersosialisasi, terintegrasi dan dimonitoring dengan baik oleh berbagai pihak. Hasilnya, penegakan Hukum untuk Penyelamatan SDA Indonesia akan sangat berkontribusi dalam mendorong perekonomian dan meningkatan devisa negara, khususnya di sektor kehutanan. (EKW) 

Para Blogger dari Komunitas ISB untuk Forestival Program SETAPAK
Para Blogger dari Komunitas ISB untuk Forestival Program SETAPAK

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun