Menurut BNP2TKI, ada ribuan TKI yang dipulangkan ke Indonesia setiap tahunnya. Mereka ini adalah kebanyakan TKW bermasalah yaitu yang nekad berangkat dan tidak memiliki keahlian apapun, inilah tipikal perempuan yang memiliki kondisi psikososial yang bermasalah. yaitu tidak bisa mengkontrol keseimbangan antara kondisi sosialnya dengan kesehatan mental emosionalnya.  Pastilah bagi seorang ibu yang terpisah jarak dengan anak-anaknya karena keadaan sehingga mesti berjauhan, hal seperti ini sangat dilematis, belum lagi masalah yang dihadapinya di negara orang, karena tidak setiap dari mereka mendapatkan majikan yang baik. Ada juga beberapa TKW yang kurang beruntung seperti rawannya kasus KDRT (kekerasan dalam rumah tangga)  atau kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh majikan. Berapa banyak TKW yang kemudian tersandung kasus pembunuhan karena terpaksa  untuk melindungi diri saat mendapat tekanan. Alih-alih mendapatkan perlindungan hukum, malah justru nasibnya berakhir dengan hukuman mati, kecuali dapat membayar diyat, yaitu uang tebusan yang jumlahnya sangat fantastis.
Pemerintah dalam hal ini Kementrian Pemberdayaan Perempuan  dan  Perlindungan Anak,  memiliki program untuk mengatasi masalah perempuan ini, pemerintah punya program P2TP2A (Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak) di setiap Kabupaten - adalah Pusat kegiatan terpadu yang menyediakan pelayanan bagi perempuandan anak korban tindak kekerasan yang meliputi pelayanan medis, Pelayanan hukum, Pelayanan Psikis dan Pelayanan Rehabilitas Sosial.  Program ini meliputi juga upaya pemberdayaan ibu dan anak baik secara preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Salah satu masalah yang menjadi keprihatinan pemerintah adalah maraknya kasus kekerasan dan perdagangan manusia (trafficking) terhadap perempuan dan anak. Faktor kemiskinan, masalah ekonomi, rendahnya pendidikan, pergeseran nilai moral, masalah sosial budaya, gaya hidup dan makin besarnya jumlah penduduk yang mempersempit lapangan pekerjaan, membuat perempuan dan anak rentan terhadap permasalahan traficking dan kekerasan.
Akar MasalahÂ
Benang merah segala masalah yang dihadapi oleh perempuan itu akar masalahnya adalah kebodohan, kurang pendidikan. Faktanya memang daerah yang paling banyak mengirimkan TKWnya adalah kabupaten-kabupaten yang memiliki  IPM (indeks Pembangunan Manusia) terendah di Indonesia. Pendidikan yang dimaksud adalah formal, nonformal (keterampilan, ilmu agama/ pondok pesantren). Dengan pendidikan, seseorang akan memiliki bekal psikososial yang stabil. Kita mafhum, ada fakta pula beberapa pemimpin kita dahulu lahir dari ibu yang tidak mengenyam pendidikan formal tinggi, namun mereka menjalankan ajaran agama dengan penuh ketaatan. Karena dalam ajaran agama Islam, bagi perempuan, keberkahan dari sifat taat ini menyelamatkan dirinya, keluarganya dan kehidupannya.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia dimulai dari peran perempuan dalam memberikan pendidikan kepada anaknya sebagai generasi penerus bangsa. Generasi yang nantinya akan memimpin bangsa ini kedepannya. Saat generasi ini terdidik melalui madrasah awal (madrasatul 'ula) yang baik, maka bukan sebuah hal yang mustahil jika itu sudah menjadi satu jaminan bahwa kehidupan bangsa ini di masa mendatang akan jauh lebih baik.
Masih ada banyak jalan keluar
Mari bebenah diri, ada kisah inspiratif dari TKW yang sukses meng-up grade diri dan sukses, seperti kisah Teteh Okti yang berhasil mendapatkan penghasilan lumayan besar dari menulis sebagai blogger perempuan yang sukses, baca di link ini.
Selain itu pun, saat ini dengan fenomena sosial media, banyak peluang usaha yang dapat diberdayakan oleh para kaum perempuan khususnya untuk membuat usaha rumahan dengan dukungan penuh dari kementrian koperasi dan perindustrian dengan berbagai pelatihan usaha kecil dan bantuan modal serta pemasaran, sehingga para kaum perempuan khususnya ibu-ibu ini tetap dapat berdaya dan menghasilkan pendapatan tanpa harus pergi ke luar negeri. Begitupun yang juga terdampak dari perkembangan teknologi media ini, adalah sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, sehingga banyak potensi daerah wisata yang tumbuh, sehingga wisata-wisata turunannya seperti kuliner khas lokal dan berbagai handicraft lokal dapat digali dan diberdayakan oleh para kaum perempuan.
Wahai perempuan, potensimu jangan disiakan, jangan menyesal dikemudian hari. Kalau kita tak sanggup sabar mengasuh, mendidik anak-anak saat mereka sangat membutuhkan kasih sayang dan bimbingan orang tua, jangan salahkan siapa pun bila nanti kesulitan di masa-masa tua kita, dan itu pasti akan sangat menyakitkan.... atau ibu-ibu merasa yakin mereka akan sholeh dengan sendirinya dan akan menjadi anak yang berbakti tanpa pengorbanan?
Bersyukurlah dengan apa yang dimiliki dalam hidup, bahkan untuk hal sederhana sekalipun, positif dan berbaik sangka pada diri sendiri, kendalikan ketegangan dan kecemasan dalam rumah tangga, suamilah tempat kita merasa nyaman, kurang rejeki itu biasa, tidak ada yang salah dengan itu, yang salah adalah bila kita kurang iman. please don't do TKW, don't go any where ibu....