Mohon tunggu...
Endah Catur Kusumastuti
Endah Catur Kusumastuti Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hallo sahabat pena, namaku Endah. Wanita yang setiap hari sering menghabiskan waktunya bersama anak-anak SD ini punya hobby menulis. Ia tumbuh menjadi wanita kuat dan menyenangkan bagi orang sekitarnya. Menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain adalah prinsip hidupnya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Stairway to Heaven

6 Oktober 2024   20:50 Diperbarui: 6 Oktober 2024   20:54 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua hari setelah vonis dari dokter, aku mencari opsi lain dengan pergi ke dokter kandungan yang berbeda, berharap masih ada sisa harapan di dalamnya. Tapi takdir berkata lain, justru disitulah aku harus segera proses kuretase.

Ruangan sunyi dengan peralatan operasi sudah tertata rapi di dalamnya, perawat mengarahkanku masuk sambil sesekali mencoba menghiburku. Meskipun mencoba tegar, tapi tetap saja hati terasa pilu, tidak terima dengan semua ketetapanNya, doa yang selama ini dilangitkan, harus diambil lagi dalam waktu yang singkat. Dokter masuk ke ruangan dan operasi pun tidak bisa dihindari.

"Kuatkan hambaMu ini Ya Rabb, hamba pasrahkan semua kepadaMu," ucapku dari lubuk hati terdalam, sambil tak terasa air mata jatuh tak tertahankan.

Dua jam berlalu, akhirnya operasi selesai dan berjalan dengan lancar. 

"Alhamdulillah sudah selesai operasinya, ibu bisa segera pindah ke ruangan rawat inap setelah 2 jam observasi tidak ada keluhan apa pun !" kata dokter sambil merapikan sarung tangannya.

Dua hari pasca operasi, aku dan suami mengunjungi makam buah hati kami, hati memang masih sedih, teringat masa-masa melihat hasil test pack garis dua dan senyum bahagia orang tua kami yang akan menimang seorang cucu. Namun semua yang terjadi sudah menjadi takdir dan tidak boleh diratapi secara terus menerus, semua pasti akan ada hikmahnya. Kemudian kami saling berpelukan, suamiku memegang erat pundakku seraya mengisyaratkan semua akan baik-baik saja jika dihadapi bersama. Lalu kami berjalan meninggalkan makam buah hati kami.

Aku sangat berterimakasih kepada suami dan keluargaku, mereka tetap menjadi yang pertama selalu ada ketika aku berada di titik terendah. Selalu menjadi rumah dan tempat pulang ternyaman dalam menghadapi berbagai roda kehidupan.

Kelahiran dan kematian adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Apalah arti kehilangan ? Ketika suatu saat nanti kita akan banyak menemukan kehilangan lain. Namun aku percaya, di balik kehilangan akan banyak pula saat-saat kita menemukan hal baru. Bahwa apapun yang memang menjadi takdirku, tidak akan melewatkanku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun