Mohon tunggu...
Endah Lestariati
Endah Lestariati Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang banci kolam [renang] yang sedang butuh vitamin K; Kamuuuuuuuuuu

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pendakian Rinjani, Sebuah Perjalanan Hati [Eps. Plawangan Sembalun-Danau Segara Anak-Senaru]

23 Juni 2012   16:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:37 1931
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berkemas selalu memakan waktu lama bagi para wanita, jadwal semula jam 09.00 sudah siap berangkat harus rela menuai molor satu jam (ditambah saya butuh waktu untuk investasi mengingat sampah perut hampir empat hari nggak dikeluarin. Barangkali tahun depan berkesempatan kembali lagi, spot investasi sudah rimbun, siap panen) #apadeh



Plawangan Senaru menjadi titik destinasi kami berikutnya. Medan pertama yang harus kami lalui adalah menyeberang sungai aliran danau. Tinggi air mencapai lutut orang dewasa. Sepatu sengaja kami tenteng untuk menghindari air. Dan kami butuh waktu berhenti untuk memakai sepatu di seberang, plus waktu buat menggoda mbak-mbak bule kurang bahan baju, aktivitas khusus bagi kaum lelaki. Sedikit mengherankan, di ketinggian sekian dan cuaca dingin seperti ini masih ada saja yang enjoy berenang di danau.

[caption id="attachment_184172" align="aligncenter" width="300" caption="view danau dari tanjakan senaru"]

13404668652133809319
13404668652133809319
[/caption]


Jalan menyusur danau, tak segampang yang dibayangkan sebelumnya, sudah terbilang level rempong untuk ukuran saya, ribet tersangkut akar pohon dan perbedaan level ketinggian yang sudah di luar standar level tangga (lebih dari 50 cm, standard tangga sesuai Data Arsiteknya Neufert nggak sampai 20 cm). Belum lagi lebarnya terlalu sempit dan agak serem aja kalo tanah yang diinjak tiba-tiba ngegrojog jatuh ke danau. Nggak terlalu tinggi, tapi ogah juga kan ya, basah-basahan bonus kepentok bebatuan?

[caption id="attachment_184175" align="aligncenter" width="300" caption="jalur selepas danau menuju senaru"]

13404671121934824911
13404671121934824911
[/caption]


Selepas danau, kami mulai memasuki hutan dengan vegetasi rumput liar setinggi pinggang. Berbeda dengan rumput padang savana sembalun yang kondisinya medan terbuka, di depan kami membentang dinding tebing yang tingginya luar biasa ekstrim siap di untuk daki. Medan ini membosankan, kembali membuat frustasi dan putus asa berkali-kali. Kalau estimasi yang pernah saya baca sebelumnya, hanya butuh waktu 2 jam perjalanan mencapai Plawangan Senaru. Ah tapi semua itu bohong belaka. Kami butuh paling tidak 4 jam pendakian. Hampir sama dengan medan Plawangan Sembalun–Danau;  tak jarang kami memasang pose rock climbing, agak merangkak, dan sebagainya. Perbedaannya, kala itu kami lalui sebagai turunan, kali ini kami menuju senaru melalui medan menanjak. Dan kami tetap merasa beruntung karena pemandangan masih setia menghibur. Bentang di bawah sana, hamparan danau masih penuh keindahan berpadu dengan gunung Barujari yang eksis sesekali mengepulkan asap. Saya rasa inilah view terbaik melihat danau, dari sisi tanjakan Senaru, dengan Gunung Barujari yang kokoh seperti mencengkeram dasar danau.

Haekal stand by di satu spot tebing batu terjal yang sulit dilalui untuk membantu mengevakuasi kami. Beberapa titik jalur sisa longsor beberapa waktu lalu masih terlihat, namun cukup bisa untuk dilalui. Bantuan railing dipasang pengelola TNGR di beberapa titik yang memagari rute dengan jurang, sedikit membantu memudahkan pendakian meskipun sudah aus di beberapa titik. Sebelum mencapai Plawangan Senaru kami menjumpai tangga besi yang sengaja dipasang untuk menyambung medan pendakian yang terputus. Mencapai tangga besi ini pun rasanya relatif tidak mudah, harus menemukan pijakan demi pijakan batu yang tepat untuk mencapai titik di atasnya.

Jelang Ashar, Plawangan Senaru

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun