Air hujan turun agak galau, gerimis kecil-kecil, hilang, lalu datang lagi. Tapi alhamdulillah menjelang ashar sesampai di danau matahari hangat memancar, sedikit memberi kami kesempatan menjemur baju-baju basah. Tenda didirikan, asap dapur dikepulkan. Hamzah dan adhi pergi memancing.
[caption id="attachment_184153" align="aligncenter" width="300" caption="danau segara anak"]
Di hadapan kami terbentang salah satu danau terindah seluas seribu sekian hektar, berbatas dinding pegunungan terjal. Gunung Barujari yang tumbuh belakangan akibat aktivitas vulkanik dengan medan berpasir dan sesekali mengepulkan asap magma menjadi pelengkap eksotisme pemandangan. Kabut yang datang silih berganti serta reflecting dinding pegunungan dan vegetasi mengingatkan saya pada keindahan Ranu Kumbolo.
[caption id="attachment_184156" align="aligncenter" width="300" caption="Danau yang menganak sungai"]
Saya sudah ribut pengen menuju air terjun dan pemandian air panas. Sudah saya coba untuk trekking sendirian menuju sumber air panas, tapi medan menyeberang jeram menciutkan nyali saya. Di bawah jeram ini mengalir air terjun setinggi belasan meter. Saya pun kembali ke tenda, membuli teman-teman untuk menemani.
[caption id="attachment_184158" align="aligncenter" width="300" caption="air terjun dari aliran danau"]
Adhi dan Hamzah baru berhasil memancing ikan gedhe-gedhe sebanyak enam ekor dengan umpan 60.000 IDRÂ (baca : beli ikan dari pemancing danau), ketika saya berhasil mengajak mereka untuk berangkat menuju sumber air panas. Kami menyeberang sungai di spot jeram (fyi, sungai ini adalah aliran air dari danau menuju lembah), bergandengan tangan bertahan dari arus aliran air setinggi tulang kering, melewati delta sungai, meloncat batu untuk mencapai seberang.
[caption id="attachment_184165" align="aligncenter" width="300" caption="menyeberang jeram menuju sumber air panas"]