Kami sudah sampai di trek batu-batu hitam kecil setelah trek pasir yang panjang. Bongkah-bongkah batu besar berserakan di beberapa titik. Sempat dua kali puncak sang Dewi Anjani tampak tersibak di depan mata beberapa detik, lalu kembali kabut merenggutnya dari pandangan. Beberapa kali kami harus berbalik langkah, kembali untuk berlindung di balik batu besar menghindari amukan badai. Sampai di saat terakhir kami berteduh, Hamzah sudah menggigil kedinginan. Dan saya cukup tau diri untuk menyudahi ambisi muncak, memutuskan untuk turun kali ini, meninggalkan angka tiga tujuh dua enam yang belum sempat teraih. Kami turun sembari bermain perosotan di antara jalur berpasir, saya masih terus menangis, melepas mimpi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H