Kami sempat berhenti beristirahat di dekat Sendang Drajat, mata air yang sepertinya cukup 'Sakral' keberadaannya di Gunung Lawu. Menyapa ramah setiap pendaki yang melintas, menunggu giliran Sholat dan menikmati minuman hangat.
Kakiku melangkah mantap, menapak pijakan curam, turunan berbatu, yang tak henti-henti menyiksa persendian lutut. Arak-arak mega mengiring perjalanan, hamparan perbukitan membentuk komposisi refleksi biru Telaga Sarangan yang siap menjadi pelipur lelah perjalanan.
Tiba di pos 1, Cemoro Sewu, kumandang adzan Magrib terdengar dari pengeras suara desa di bawah sana. Aku semakin bersemangat melanjutkan langkah, menyambut jajan pentol sederhana dan segelas teh hangat yang terasa begitu istimewa, menjadi penawar lelah selepas mendaki. Dan perjalanan melarung rindu ini pun terpenuhi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI