Mohon tunggu...
Enda Kendari
Enda Kendari Mohon Tunggu... lainnya -

Photographer & Cameramen Freelance

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Markas Kebun Jagung

21 Juli 2012   02:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:45 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepenggal kisah anak-anak dikaki lembah 'Andabia', membentang kebarat jazirah bumi anoa, ditenggara pulau sulawesi..


Suatu ketika dipadang yang tandus, dikeheningan malam permulaan Ramadhan yang temaram, digemericiknya anak sungai 'andongawuta', dan gemintangnya 'anawula menggaa' di kaki langit Konawe, negeri para 'sangia'.


Regi dan Laxit terengah-engah memasuki 'wala' dikebun-kebun jagung penduduk, kebun yang tidak rata dan banyak semak belukar terbakar, melewati tanaman pakis dan pohon-pohon sagu yang menjulang, malam ini mereka berencana mengintai aktivitas kebun sawit dari puncak bukit 'lerehoma'. Tiga sebaya yang lain telah lebih dulu menunggu dibekas rumah kebun yang mereka sebut markas.


"Maaf, kami terlambat" ucap Regi sambil menggelar peta kecil.


"Saya dan Mirdan menuju sisi utara lereng, Laxit, Jaudin dan Toke kalian ke sisi selatan lereng, kita sekarang diposisi barat dan bertemu ditimur"


"Apa tandanya kalo ada yang sampe duluan dititik temu?" tanya Laxit


"tirukan bunyi burung todopo, harus mirip, kalo tidak mirip maka hancurmi kita dihantam peluru senapan angin, saya ragu kalo hanya peluru senapan angin saja yang mereka punya, siapa diantara kamorang yang paling jago menirukan" seru Regi pada ketiga temannya itu, mereka saling memandang kemudian menggeleng


"ndak ada" jawab ketiganya


"kalo begitu, kamorang baku tukar, Toke ko ikut saya, Mirdan ko ikut Laxit dengan Jaudin, bagaimana sepakat" memang dikelompok ini hanya Mirdan dan Regi sendiri yang tahu menirukan burung todopo, maka diaturlah formasi demikian.


"sepakaat" seru semuanya..


Maka mulailah mereka mendaki kaki bukit lerehoma untuk menyusuri sisinya yang telah diterasering, rimbunnya pohon sawit akan menyamarkan keberadaan mereka dari senteran lampu sorot pos penjagaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun