Mohon tunggu...
Encep Nurdin S.Pd
Encep Nurdin S.Pd Mohon Tunggu... Guru - Guru Biologi di SMAN 1 PARONGPONG

Saya seorang guru Biologi alumni dari UNPAS Tahun 2001 yang mempunyai hobby sebagai Fotografer, Membaca dan Menulis, Videografer dan Editor untuk konten-konten film pendek, video tutorial, Fotografer Wedding dan lain-lain. Selain itu saya juga seorang penulis Artikel dan sedang belajar menulis puisi dengan tema bebas yang berhubungan dengan kemanusiaan serta menyukai traveling, camping dan segala sesuatu yang berhubungan dengan alam. Contact Person : 0881022164165

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Modul 2.4 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin

9 Agustus 2024   18:50 Diperbarui: 12 Agustus 2024   19:13 3591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diskusi Pengambilan Keputusan Oleh Kepala Sekolah. Sumber Foto : Dokpri

Assalamulaikum. Wr. Wb...

Perkenalkan nama saya Encep Nurdin S.Pd, saya seorang guru Biologi di SMAN 1 PARONGPONG Kabupaten Bandung Barat. Pada kesempatan ini ,ijinkan saya berbagi sebuah tulisan singkat mengenai "Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin".

Pengambilan keputusan oleh kepala sekolah adalah proses yang kompleks dan memerlukan pertimbangan matang karena berdampak langsung pada berbagai aspek dalam lingkungan pendidikan. Berikut adalah langkah-langkah umum yang biasanya diambil kepala sekolah dalam proses pengambilan keputusan:

1. Identifikasi Masalah atau Situasi

  • Kepala sekolah harus terlebih dahulu mengenali masalah atau situasi yang memerlukan keputusan. Ini bisa mencakup masalah operasional, akademik, atau manajemen sekolah.

2. Pengumpulan Informasi

  • Setelah masalah diidentifikasi, kepala sekolah perlu mengumpulkan data dan informasi yang relevan. Ini dapat mencakup data akademik, pendapat dari guru, siswa, orang tua, dan staf, serta regulasi pendidikan yang berlaku.

3. Analisis Informasi

  • Kepala sekolah menganalisis informasi yang telah dikumpulkan untuk memahami berbagai pilihan yang ada. Ini termasuk mempertimbangkan konsekuensi dari setiap opsi yang mungkin diambil.

4. Pertimbangan Alternatif

  • Menimbang berbagai alternatif yang tersedia dan membandingkan keuntungan serta kerugian dari masing-masing. Kepala sekolah harus mempertimbangkan dampak jangka pendek dan jangka panjang dari setiap keputusan.

5. Konsultasi dengan Pihak Terkait

  • Kepala sekolah sering kali melibatkan pihak lain dalam proses pengambilan keputusan, seperti wakil kepala sekolah, guru, komite sekolah, dan bahkan siswa atau orang tua. Ini membantu mendapatkan perspektif yang lebih luas dan mendukung keputusan yang lebih baik.

6. Pengambilan Keputusan

  • Berdasarkan analisis dan konsultasi, kepala sekolah membuat keputusan. Keputusan ini harus sejalan dengan visi dan misi sekolah, serta mematuhi kebijakan dan peraturan yang berlaku.

7. Implementasi Keputusan

  • Setelah keputusan diambil, kepala sekolah bertanggung jawab untuk mengomunikasikan keputusan tersebut kepada semua pihak yang terlibat dan memastikan bahwa keputusan tersebut dilaksanakan dengan efektif.

8. Evaluasi Keputusan

  • Setelah implementasi, kepala sekolah perlu mengevaluasi hasil dari keputusan tersebut. Ini penting untuk melihat apakah tujuan telah tercapai dan jika ada penyesuaian yang perlu dilakukan.

9. Penyesuaian jika Diperlukan

  • Berdasarkan evaluasi, kepala sekolah mungkin perlu melakukan penyesuaian atau perubahan untuk memastikan hasil yang diinginkan tercapai.

10. Pencatatan dan Pelaporan

  • Semua proses dan keputusan yang diambil harus dicatat secara sistematis untuk referensi di masa depan dan untuk kepentingan transparansi serta akuntabilitas.

Dengan mengikuti langkah-langkah ini, kepala sekolah dapat mengambil keputusan yang bijaksana dan bertanggung jawab, yang mendukung pencapaian tujuan pendidikan dan kesejahteraan seluruh warga sekolah.

Rangkuman :

  • Pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin memberikan pemahaman mendalam mengenai bagaimana prinsip-prinsip kebajikan dapat memandu keputusan seorang pemimpin.
  •  Pentingnya integritas, keadilan dan kebijaksanaan dalam membuat keputusan yang tidak hanya memenuhi standar etika tetapi juga mendukung kesejahteraan bersama.
  •  Ada 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengujian keputusan.
  •  Penggunaan nilai-nilai kebajikan dalam keputusan diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang lebih positif dan kondusif,  serta membantu pemimpin menghadapi dilema etika dengan cara yang berimbang. 

Kesimpulan : 

  • Pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan melibatkan pertimbangan mendalam tentang kebenaran, keadilan dan tanggung jawab.
  • Dalam proses pengambilan keputusan, pemimpin harus memadukan nilai-nilai pribadi dengan prinsip etika yang universal untuk mencapai keputusan yang adil dan bijaksana.
  • Pengalaman mempelajari modul ini menunjukkan bahwa keputusan yang baik tidak hanya berdasarkan hasil akhir tetapi juga pada proses dan prinsip yang mendasari nya.
  • Penerapan prinsip-prinsip kebajikan dan pengujian yang sistematis memungkinkan pemimpin untuk menghadapi dilema etika dengan lebih percaya diri dan efektif.

Refleksi :

  • Dengan mempelajari modul ini memperkuat pemahaman saya tentang bagaimana prinsip-prinsip etika dan nilai-nilai kebajikan harus menjadi landasan utama dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin. 
  • Proses ini tidak hanya melibatkan pertimbangan praktis tetapi juga penilaian moral yang mendalam.
  • Dengan memahami empat paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengujian keputusan saya kini lebih siap untuk membuat keputusan yang adil dan berkelanjutan.
  • Hal ini juga menekankan pentingnya integritas, empati, dan keadilan dalam setiap keputusan yang diambil baik dalam konteks pendidikan kepemimpinan.

Aksi Praktik :

Praktik proses pengambilan keputusan, paradigma, prinsip dan pengujian keputusan.

Bentuk Kasus :

Dilema Walikelas antara Hukuman dan Kesempatan kedua

Saya pernah mengalami situasi dimana salah satu siswa saya tertangkap basah mencontek saat ujian oleh guru pengawas ujian.

Dia merupakan salah satu siswa yang pintar dan cerdas namun sering kesulitan dalam mengelola waktu karena membantu pekerjaan orang tuanya setelah pulang sekolah.

Sebagai walikelas, saya mangalami sebuah dilema yaitu harus memilih antara :

  • Memberikan hukuman sesuai peraturan sekolah atau
  • Memberikan kesempatan kedua dengan pendekatan yang lebih mendukung seperti bimbingan tambahan atau ujian ulang dengan resiko dituduh tidak adil oleh siswa yang lain.
  • Paradigma yang digunakan : Justice VS Mercy (Keadilan VS Kasihan)
  • Justice : memberikan hukuman sesuai peraturan sekolah, yang menekankan pada keadilan dan penerapan aturan secara konsisten.
  • Mercy : Memberikan kesempatan kedua dengan pendekatan yang lebih mendukung, seperti bimbingan tambahan atau ujian ulang yang menekankan pada pemahaman terhadap situasi khusus siswa dan memberikan kesempatan untuk memperbaiki diri. 
  • Prinsip yang mendasari : Care-Based Thinking (Berfikir Berbasis Peduli)
  • Keputusan untuk memberikan kesempatan kedua didasarkan pada empati dan pemahaman terhadap situasi pribadi siswa. Dengan pendekatan ini, mempertimbangkan bagaimana siswa tersebut ingin diperlakukan jika berada dalam situasi yang sulit.

9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan :

    1. Nilai-nilai yang saling bertentangan 

Keadilan dan disiplin (Mengikuti peraturan sekolah) VS empati dan       dukungan (Membantu siswa yang kesulitan).

   2. Siapa yang terlibat

Siswa, saya sebagai walikelas, guru pengawas ujian dan wali siswa.

   3. Fakta-fakta yang relevan

  • Siswa tertangkap saat mencontek ketika ujian
  • Siswa tersebut cerdas tp kesulitan mengelola waktu karena membantu kedua orang tuanya
  • Peraturan sekolah mengharuskan hukuman tegas untuk mencotek
  • Memberikan kesempatan kedua bisa dianggap tidak adi; oleh siswa yang lain

4. Pengujian Benar atau Salah

  • Uji Legal : Tidak ada pelanggaran hukum, namun peraturan sekolah mengharuskan hukuman yang tegas untuk yang mencontek.
  • Uji Regulasi : Mengikuti peraturan sekolah akan memberikan hukuman yang tegas, tetapi memberikan kesempatan kedua bisa melanggar aturan tersebut.
  • Uji Instuisi : Memberikan kesempatan kedua dengan bimbingan tambahan akan lebih bermanfaat bagi perkembangan mental siswa tersebut.
  • Uji Publikasi : Jika keputusan untuk memberikan kesempatan kedua dipublikasikan, saya mungkin akan merasa tidak nyaman karena bisa dianggap tidak adil oleh siswa yang lain.
  • Uji Panutan : Panutan saya mungkin akan mencari solusi yang mendukung perkembangan mental siswa tanpa mengabaikan keadilan dan disiplin. 

5.  Pengujian Paradigma Benar Lawan Benar

Dalam pengujian benar lawan benar, maka paradigma yang sesuai adalah Justice VS Mercy (Keadilan VS Kasihan).

6. Prinsip Resolusi (Penyelesaian)

Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, prinsip yang digunakan adalah Berfikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking), karena ini melibatkan empati dan memperlakukan siswa seperti yang saya harapkan diperlakukan.

7. Investigasi Opsi Trilemma

Saya mencari solusi kompromi dengan memberikan siswa tersebut kesempatan untuk memperbaiki kesalahan melalui bimbingan tambahan dan ujian ulang, sambil menjelaskan situasi yang terjadi kepada siswa lain untuk menghindari kesalahpahaman tentang ketidakadilan. 

8. Buat Keputusan

Memberikan kesempatan kedua dengan bimbingan tambahan dan ujian ulang, sambil memberikan penjelasan terbuka kepada kelas tentang alasan dibalik keputusan ini untuk menjaga transparansi dna keadilan.

9. Lihat Lagi Keputusan dan Refleksikan

Berdasarkan keputusan yang diambil, maka hal ini memungkinkan saya untuk  membantu siswa tersebut tanpa  mengabaikan nilai keadilan dan disiplin.

Keputusan ini juga membuat saya lebih empatik dan pengertian dalam menangani masalah serupa di masa depan, serta menjaga kepercayaan dan transparansi dengan siswa lain.

Evaluasi ketepatan pengambilan dan pengujian keputusan :

Langkah-langkah pengambilan keputusan yang diikuti sudah tepat, karena melibatkan identifikasi nilai-nilai yang bertentangan, pihak yang terlibat, pengumpulan fakta dan berbagai pengujian untuk memastikan keputusan yang diambil adalah etis dan dapat dipertanggungjawabkan.

Pertanyaan Lanjutan :

Tidak ada pertanyaan lanjutan karena keputusan yang diambil sudah tepat.  

Evaluasi ketepatan keputusan yang diambil :

Keputusan yang diambil sudah tepat, yaitu memilih memberikan kesempatan kedua dengan pendekatan yang lebih mendukung, seperti bimbingan tambahan atau ujian ulang, dengan tetap berkomunikasi secara transparan dengan siswa lain mengenai alasan dibalik keputusan ini, sehingga mereka memahami konteks dan tidak merasa diperlakukan tidak adil. 

Demikian tulisan singkat mengenai bagaimana penerapan "Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin" di SMAN 1 PARONGPONG. 

Semoga bermanfaat untuk kita semua, salam untuk guru hebat semuanya

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun