Pada segitiga restitusi yaitu menstabilkan identitas di sini, kita menjadikan anak akan lebih mampu emosinya terkendali dengan normal tujuan awal yaitu menenangkan hati anak agar anak tidak terus berfokus pada kesalahannya. Tentu akan sulit, bila anak berbuat salah terus berfokus pada kesalahan.Â
- Tujuan: Membantu siswa menyadari bahwa tindakan yang dilakukannya adalah salah dan menyimpang dari nilai-nilai yang dianut di sekolah.
- Cara: Melalui dialog yang tenang dan empati, guru dapat membantu siswa memahami dampak negatif dari tindakannya terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Guru dapat mengajukan pertanyaan terbuka seperti, "Bagaimana perasaanmu setelah melakukan tindakan itu?" atau "Apa yang kamu pikirkan tentang dampak tindakanmu terhadap temanmu?".
2. Validasi Tindakan yang SalahÂ
Memahami kebutuhan dasar yang mendasari tindakan anak berbuat kesalahan. Menurut Teori Kontrol semua tindakan manusia, baik atau buruk, pasti memiliki maksud/tujuan tertentu. Ketika kita menolak anak yang berbuat salah, dia akan tetap dalam masalah. Yang diperlukan adalah kita memahami alasan melakukan hal tersebut sehingga anak merasa dipahami.
- Tujuan: Membantu siswa memahami bahwa tindakannya memang salah dan perlu diperbaiki.
- Cara: Guru dapat memberikan penjelasan yang jelas tentang mengapa tindakan tersebut dianggap salah. Misalnya, jika siswa melakukan tindakan kekerasan, guru dapat menjelaskan bahwa kekerasan tidak dapat menyelesaikan masalah dan dapat melukai orang lain.
3. Menanyakan Keyakinan Â
Penting menanyakan ke anak tentang kehidupan ke depan yang dia inginkan. Ketika mereka sudah menemukan gambaran masa depannya, guru dapat membantu mereka untuk tetap fokus pada gambarannya. Melalui segitiga restitusi kita dapat mewujudkan mereka menjadi murid yang merdeka. Mereka mampu menyelesaikan masalah dengan motivasi internal dan bertanggung jawab terhadap pilihannya.
- Tujuan: Membantu siswa merenungkan nilai-nilai yang diyakininya dan bagaimana tindakannya bertentangan dengan nilai-nilai tersebut.
- Cara: Guru dapat mengajak siswa untuk merefleksikan nilai-nilai yang dianut di sekolah atau di rumah. Misalnya, "Apakah tindakanmu sesuai dengan nilai-nilai yang kita pelajari di sekolah?" atau "Bagaimana tindakanmu ini mencerminkan nilai-nilai yang diajarkan oleh orang tuamu?".
Contoh kasus yang terjadi pada peserta didik :
"Rizky marah dan kesal karena Adit selalu mencontek hasil pekerjaan di kelas nya, Rizky tidak terima kemudian terjadi adu mulut dengan Adit. Hal tersebut membuat kegaduhan sehingga guru mengetahuinya". Maka tindakan guru adalah Rizky diajak berdiskusi oleh guru terkait masalah yang terjadi dengan Adit, nampak Rizky sangat kesal dengan kelakuan Adit. Namun guru mencoba menstabilkan emosi aidil dan memberikan solusi nya agar kekesalan Rizky tidak berkepanjangan sehingga keduanya bisa secepatnya berdamai. Â Berikut contoh diskusi dengan peserta didik saat guru berusaha menstabilkan identitas.
Selanjutnya guru akan berdiskusi dengan peserta didik dengan melakukan validasi tindakan yang salah, berikut ini adalah dokumentasi dari validasi tindakan yang salah :
Foto diatas merupakan Penerapan Segitiga Restitusi di SMAN 1 PARONGPONG:
- Siswa yang mencontek: Setelah tertangkap mencontek, siswa diajak untuk memahami bahwa mencontek adalah bentuk kecurangan yang merugikan dirinya sendiri dan teman-temannya. Guru kemudian membantu siswa untuk memahami pentingnya kejujuran dan integritas. Sebagai langkah perbaikan, siswa dapat diminta untuk membuat tulisan refleksi atau membantu teman-temannya yang mengalami kesulitan dalam pelajaran.
- Siswa yang merusak fasilitas sekolah: Siswa yang merusak fasilitas sekolah diajak untuk memahami bahwa tindakannya merugikan seluruh warga sekolah. Siswa kemudian diminta untuk memperbaiki kerusakan yang ditimbulkannya atau melakukan kegiatan sosial untuk mengganti kerugian.