Mohon tunggu...
Ena Nurjanah
Ena Nurjanah Mohon Tunggu... -

Ena Nurjanah, S.Psi., M.Si Penulis Anak Indonesia Hebat (Official Facebook Page) www.anakindonesiahebat.com Penulis, Pengamat, Relawan, dan Pekerja Sosial bagi Anak dan Perempuan || Menggeluti dunia Psikologi, Perkembangan Anak, Perlindungan Anak & Perempuan, serta kesejahteraan masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Anak juga Punya Harga Diri (Kiat Menghadapi Perkembangan Anak)

31 Maret 2016   10:12 Diperbarui: 31 Maret 2016   15:49 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yuk kita simak, Empat Tahap Pembentukan Harga Diri Anak:

Tahap Pertama  “Trust vs Mistrust” ( 0 – 18 bulan)
Pada tahap ini bayi membentuk perasaan ‘trust vs mistrust’ (percaya vs curiga) terhadap orang dan lingkungannya.

Bayi yang baru lahir pasti butuh orang lain untuk merawatnya. Interaksi pertamanya adalah dengan orang-orang terdekatnya terutama ibu, ayah, atau pengasuhnya.

Kehidupan bayi masih sangat tergantung orang lain. Baik itu pemenuhan kebutuhan makan, minum, sentuhan, dan kehangatan.  Tidak hanya kebutuhan makan, bayi juga  butuh kontak fisik dan perhatian yang konsisten.

Jika ayah dan ibu dapat memberikan kehangatan, menunjukkan sikap konsisten dan kesinambungan dalam perawatan dan pengasuhan maka bayi akan mengembangkan perasaan bahwa dunianya adalah tempat yang aman, orang-orang disekitarnya benar-benar ada dan mencintainya.

Melalui respon orangtua bayi juga belajar mengenali dirinya dan keinginan biologis yang menyertainya seperti rasa lapar, haus, dan lain sebagainya.

Jika orangtua tidak mengharapkan kehadiran bayi, berlaku kasar pada bayi, lebih mementingkan kepentingan mereka dari pada bayinya, atau pengasuh yang bergonta-ganti dan berbeda-beda karakter maupun perlakuan terhadap bayi, maka bayi akan menjadi gelisah dan mudah curiga dengan orang-orang di sekelilingnya. Bayi merasa bahwa dunia ini tidak konsisten dan tidak dapat diduga. Hal ini biasanya nampak pada perilaku Bayi yang rewel dan sulit ditenangkan.

Namun, terlalu  protektif juga tidak baik karena akan membuat bayi menjadi maladaptive (tidak punya penyesuaian yang baik dengan lingkungan sekitarnya) atau tidak mampu mengembangkan kemampuan sensorynya dengan tepat. Contohnya: Belum saatnya anak lapar dan haus sudah dijejali makanan dan diberi susu karena ibunya takut anaknya lapar kemudian sakit.

Penyesuaian diri yang baik dan tumbuhnya kepercayaan pada orang lain  akan nampak pada saat bayi bisa meneriman ketidakhadiran ibunya tanpa kecemasan yang berlebihan. Bayi tersebut tidak marah saat menunggu kebutuhannya tercukupi. Bayi yakin  dengan orangtuanya, jika mereka tidak muncul segera, mereka pasti akan tiba pada waktunya.

Tahap kedua “Autonomy vs Shame and Doubt” (18 bulan – 3 / 4 tahun)
Anak berusaha menjadi diri yang autonomy (mandiri) atau justru menjadi pribadi yang shame and doubt (pemalu dan peragu).

Pada tahap kedua dan selanjutnya,  anak mulai memiliki lingkup sosial yang lebih luas. Anak berusaha memiliki perasaan otonomi atau kontrol terhadap fungsi tubuhnya, ketrampilan motorik kasar dan halusnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun