Yuk kita simak, Empat Tahap Pembentukan Harga Diri Anak:
Tahap Pertama “Trust vs Mistrust” ( 0 – 18 bulan)
Pada tahap ini bayi membentuk perasaan ‘trust vs mistrust’ (percaya vs curiga) terhadap orang dan lingkungannya.
Bayi yang baru lahir pasti butuh orang lain untuk merawatnya. Interaksi pertamanya adalah dengan orang-orang terdekatnya terutama ibu, ayah, atau pengasuhnya.
Kehidupan bayi masih sangat tergantung orang lain. Baik itu pemenuhan kebutuhan makan, minum, sentuhan, dan kehangatan. Tidak hanya kebutuhan makan, bayi juga butuh kontak fisik dan perhatian yang konsisten.
Jika ayah dan ibu dapat memberikan kehangatan, menunjukkan sikap konsisten dan kesinambungan dalam perawatan dan pengasuhan maka bayi akan mengembangkan perasaan bahwa dunianya adalah tempat yang aman, orang-orang disekitarnya benar-benar ada dan mencintainya.
Melalui respon orangtua bayi juga belajar mengenali dirinya dan keinginan biologis yang menyertainya seperti rasa lapar, haus, dan lain sebagainya.
Jika orangtua tidak mengharapkan kehadiran bayi, berlaku kasar pada bayi, lebih mementingkan kepentingan mereka dari pada bayinya, atau pengasuh yang bergonta-ganti dan berbeda-beda karakter maupun perlakuan terhadap bayi, maka bayi akan menjadi gelisah dan mudah curiga dengan orang-orang di sekelilingnya. Bayi merasa bahwa dunia ini tidak konsisten dan tidak dapat diduga. Hal ini biasanya nampak pada perilaku Bayi yang rewel dan sulit ditenangkan.
Namun, terlalu protektif juga tidak baik karena akan membuat bayi menjadi maladaptive (tidak punya penyesuaian yang baik dengan lingkungan sekitarnya) atau tidak mampu mengembangkan kemampuan sensorynya dengan tepat. Contohnya: Belum saatnya anak lapar dan haus sudah dijejali makanan dan diberi susu karena ibunya takut anaknya lapar kemudian sakit.
Penyesuaian diri yang baik dan tumbuhnya kepercayaan pada orang lain akan nampak pada saat bayi bisa meneriman ketidakhadiran ibunya tanpa kecemasan yang berlebihan. Bayi tersebut tidak marah saat menunggu kebutuhannya tercukupi. Bayi yakin dengan orangtuanya, jika mereka tidak muncul segera, mereka pasti akan tiba pada waktunya.
Tahap kedua “Autonomy vs Shame and Doubt” (18 bulan – 3 / 4 tahun)
Anak berusaha menjadi diri yang autonomy (mandiri) atau justru menjadi pribadi yang shame and doubt (pemalu dan peragu).
Pada tahap kedua dan selanjutnya, anak mulai memiliki lingkup sosial yang lebih luas. Anak berusaha memiliki perasaan otonomi atau kontrol terhadap fungsi tubuhnya, ketrampilan motorik kasar dan halusnya.