Mohon tunggu...
Ena Ariesha
Ena Ariesha Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar

Ena Ariesha adalah nama pena dari Liana Ariesha Khoerudin, M.Pd, seorang praktisi pendidikan yang berasal dari daerah kota sukabumi , bersemangat tinggi,enerjik dan juga pembelajar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pembebasan Diri dari Perbudakan Egosentris (Hawa Nafsu/Iblis)

21 Agustus 2022   06:20 Diperbarui: 21 Agustus 2022   07:28 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pembebasan diri dari perbudakan egosentris (=Hawa napsu/Iblis)

oleh Liana Ariesha Khoerudin

Mahasiswa IMN angkatan X

Semangat kemerdekaan masih berkobar di seluruh masyarakat Indonesia, serangkaian acara perayaan Hari Ulang Tahun RI ke 77 di rayakan dengan gegap gempita di seluruh Indonesia. Dengan tema " pulih lebih cepat, bangkit lebih kuat" menjadi sebuah harapan perubahan Indonesia menjadi lebih baik.

Kemerdekaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologi merdeka berarti bebas. Kemerdekaan artinya kebebasan. Sedangkan secara terminologi, merdeka artinya bebas dari segala penjajah dan penjajahan atau penghambaan.

Kemerdekaan adalah suatu keadaan di mana seseorang atau negara dapat berdiri sendiri, bebas dan tidak terjajah.

Sedangkan dalam Islam, kemerdekaan merupakan hak dasar setiap manusia atau sangat fundamental.

Khalifah Umar bin Khathab pernah berkata kepada Umar bin Ash, "sejak kapan kamu memperbudak manusia, padahal mereka dilahirkan oleh ibunya dalam keadaan merdeka."

Ucapan sayidina Umar yang populer itu menunjukkan keberpihakan Islam terhadap hak kemerdekaan manusia dari semua aspek. Tetapi Islam memandang kemerdekaan manusia bukanlah kebebasan tanpa batas.

Kemerdekaan sejati dalam Islam adalah ketundukan total kepada kuasa Ilahi dan melepaskan diri dari jeratan nafsu. Ketika seorang muslim terbebas dari seluruh belenggu setan dan hawa nafsu, lalu mengembalikan seluruhnya kepada aturan Allah. Di sinilah sebenarnya ia memperoleh kemerdekaannya.

Kemerdekaan seperti itulah yang akan melahirkan kekuatan maha dahsyat. Dengan kemerdekaan seperti ini, dua imperium besar, Persia dan Romawi ditundukkan di awal sejarah Islam.

Ketika perang Qadisiyah, Sa'ad bin Abi Waqqash memerintahkan Rabi' bin Amir untuk menghadap Rustum, panglima perang Persia. Rustum bertanya kepada Rabi' tentang tujuan kedatangan pasukan Islam ke wilayahnya.

Dengan lantang Rabi' menjawab--suatu jawaban yang pantas dicatat dengan tinta emas sejarah.

"Kami datang untuk membebaskan manusia dari penghambaan terhadap sesamanya kepada penghambaan kepada Allah Yang Maha Esa. Dari dunia yang sempit menuju dunia yang luas serta dari kesewenang-wenangan agama kepada keadilan Islam."

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam ? mengatakan bahwa musuh yang paling besar dan berat untuk dihadapi adalah melawan egosentris (=hawa napsu/iblis).

Ketika Rasulullah kembali dari salah satu peperangannya, beliau bersabda: "Kalian telah tampil ke depan dengan cara terbaik. Untuk tampil ke depan, kalian telah kembali dari jihad yang lebih kecil kepada jihad yang lebih besar."

Mereka bertanya, "Dan apakah jihad yang lebih besar itu?" Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam ? menjawab, "Perjuangan (mujahadat) hamba-hamba Allah atas hawa nafsu (egosentris) mereka."

Orang-orang yang mengikuti egosentris sebenarnya bukan hamba Allah, tetapi budak egosentris  (hawa nafsu/iblis). Sebab, tidak mungkin seseorang melayani dua majikan. Dengan demikian, pembebasan diri dari perbudakan egosentris  adalah kemenangan dan kemerdekaan terbesar.

Jika konsep kemerdekaan seperti ini terpatri dalam jiwa umat Islam, tidak akan ada lagi bentuk-bentuk penjajahan implisit. Penjajahan yang kulitnya menawarkan kemakmuran padahal aslinya menghancurkan sisi kemanusiaan.

Membangun sebuah system yang baik dan merubah budaya bangsa salah satunya dengan melalui pendidikan. Pendidikan karakter, pendidikan moral, pendidikan budi pekerti merupakan beberapa istilah yang di gunakan untuk mendidik aspek batin bangsa Indonesia agar tidak menuhankan egosentris. Pendidikan ini sifatnya abstrak, hasilnya baru di ketahui dalam jangka panjang. tapi jika berhasil, Indonesia akan menjadi bangsa besar. kemajuan Islam juga cermin dari keberhasilan Rosululloh SAW dalam mengubah karakter, merubah ahlak, merubah budi pekerti bangsa arab dari bangsa jahiliyah menjadi bangsa yang beradab, bangsa yang tidak di perbudakan oleh egosentris (hawa napsu/Iblis).

kini sudah saatnya bangsa Indonesia memperhatikan dan mendidik karakternya, untuk memerdekakan diri dari belenggu egosentris. dan jika umat Islam Indonesia yang mayoritas ini menjadikan sabda Rosululloh SAW sebagai pedoman dalam berbangsa bernegara, insyaalloh kemerdekaan yang sesungguhnya akan di peroleh. indonesia menjadi negeri yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. negeri subur, makmur, dan alamnya yang indah. penduduknya pun selalu bersyukur atas nikmat yang mereka terima, Amiin ya robbal alamin.

Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun