Mohon tunggu...
Ena Ariesha
Ena Ariesha Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar

Ena Ariesha adalah nama pena dari Liana Ariesha Khoerudin, M.Pd, seorang praktisi pendidikan yang berasal dari daerah kota sukabumi , bersemangat tinggi,enerjik dan juga pembelajar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Topeng Kesombongan yang Mengakar

1 Agustus 2022   11:00 Diperbarui: 1 Agustus 2022   11:06 908
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alloh SWT berfirman, "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini!" Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman, "Bukankah sudah Kukatakan kepadamu bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?" (QS Al-Baqarah:33).
Kemudian para malaikat berkata, "Wahai Tuhanku, apakah Engkau hendak menciptakan makhluk yang lebih baik daripada kami?"

Allah SWT menjawab, "Aku sendiri yang menciptakannya dengan tangan-Ku dan Aku katakan padanya, 'Jadilah!', maka dia jadi." Lalu Allah memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepada Adam. Malaikat yang pertama sujud adalah Jibril, lalu Mika'il, Israfil, 'Izra'il, dan berikutnya malaikat muqarrabin.

Selanjutnya Allah menyuruh Iblis untuk bersujud kepada Adam. Ternyata si Iblis menolak dan enggan bersujud. Allah bertanya kepadanya, "Apa yang menghalangimu untuk bersujud kepada yang telah Aku ciptakan dengan kedua tangan-Ku..." (QS Shaad:75).
Si Iblis menjawab, "Aku lebih baik daripada dia karena Engkau telah menciptakanku dari api, sementara dia Engkau ciptakan dari tanah. Aku adalah yang telah beribadah kepada-Mu sekian lamanya sebelum Engkau menciptakan dia."

Allah berfirman, "Aku telah mengetahui dalam ilmu-Ku yang terdahulu bahwasanya engkau bakal membangkang. Ibadahmu tidak akan ada manfaatnya untukmu. Keluarlah dari rahmat-Ku (surga) sebagai yang terhina lagi terusir. Benar-benar Aku akan mengisi neraka jahanam denganmu dan orang-orang yang mengikutimu."

Pada saat itu, Iblis berkata, "Wahai Tuhanku, (kalau begitu) beri tangguhlah kepadaku sampai hari di mana manusia dibangkitkan."

Allah berfirman, "(Kalau begitu) sesungguhnya engkau termasuk orang-orang yang diberi tangguh." (QS Al-Hijr:36-37 dan QS Shaad:79-80).

 Ketika itu, bentuk Iblis berubah, dia menjadi setan yang terkutuk. Sebelumnya dia bernama 'Azazil.
Tidak ada satu tempat pun di langit maupun di bumi kecuali di tempat itu dia telah rukuk dan sujud. Akan tetapi, karena kedurhakaannya, ibadahnya tidak berguna baginya. Dia diberi nama Iblis, karena dia berputus asa dari rahmat Allah.

Begitulah sepenggal kisah yang di nukil dari karya Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas yang diterjemahkan oleh Abdul Halim berjudul "Kisah Penciptaan dan Tokoh-tokoh Sepanjang Zaman"

Sikap sombong yang sering kali kita lihat adalah merasa diri sempurna dan lebih unggul dari orang lain, atau mungkin merasa diri telah memenangkan suatu jabatan, lantas merendahkan bahkan mencemooh orang lain.

Lebih hebat lagi pada zaman digitalisasi ini, merendahkan dan mencemooh sering kali dan dengan bangganya di tuangkan dalam media sosial. Padahal seseorang yang di cemooh, seseorang yang di rendahkan belum tentu lebih rendah daripada orang yang mencemooh atau merendahkan. Astagfirullohaladzim

Dalam pergaulan sehari-hari seringkali yang bersangkutan tidak sadar akan gejala penyakit hati yang satu ini "Sombong". Karena kelebihan yang dimiliki, seperti jabatan, kedudukan yang tinggi atau kekayaan yang melimpah atau bahkan penampilan yang menarik, cantik, tampan, atau mungkin sedang memenangkan suatu kompetisi, dan lain sebagainya.

Tidak jarang kesombonganpun terjadi di kalangan ulama dan ilmuwan. Ulama fiqih yang sombong/arogan bisa menganggap enteng ulama tauhid dan tasawuf, begitupun sebaliknya, ulama tasawuf yang arogan menganggap enteng ulama fiqih. Bisa juga ilmuwan fisika menganggap enteng ilmuwan sosial, karena menganggap hasil kerja ilmuwan IPA lah yang banyak di nikmati oleh manusia dalam kehidupan. Sebaliknya ilmuwan sosial juga dapat berbuat demikian, ia memandang hanya ilmu sosiallah yang dapat mencapai tatanan yang harmonis antar manusia.

Lantas, apa bahaya topeng kesombongan terhadap kehidupan kita?!

Qs. Luqman ayat 18

"Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri"

Enggannya seseorang mengevaluasi diri (muhasabah) karena merasa benar, yah dari sana lah sifat sombong akan tampak kemudian menyalahkan orang lain, menyalahkan situasi bahkan menyalahkan Alloh SWT. Tak ada yang perlu di sombongkan dalam hidup ini, apalgi dengan berkoar-koar di media sosial. Hanya perlu menjalaninya dengan ikllas  dan bahagia tanpa merendahkan atau memojokan orang lain. Jika kamu ingin dilihat orang lain dan mengharapkan pujian lebih baik, ubah pola pikir itu sekarang. Karena sebuah pujian bukan diminta tetapi datang sendiri akibat karakter baik kamu.

Nahh berikut, 5 dampak negative jika memiliki sifat sombong

  • Orang lain akan sulit menghargai kamu

Jika kamu terus -- menerus membanggakan diri sendiri dan selalu menjelekan orang lain, maka respek orang lain terhadapmu juga akan dipandang secara berbeda.

  • Tidak mendapat kebahagiaan dalam hidup

Dapat merasakan kebahagiaan yang sederhana sebenarnya sangat mudah, tetapi semuanya menjadi rumit jika kamu memiliki sifat yang sombong.

  • Sulit mendapat kesuksesan

Mungkin terkadang saat kamu merasa sombong, kamu merasa bahwa dirimu akan jauh lebih baik, bahagia, dan puas akan segala sesuatu.

  • Menjadi bahan gossip orang sekitar

Kebanyakan orang yang memiliki sifat sombong  pastinya akan sering menjadi bahan gosip dan hal itu tentunya akan membuatmu merasa tidak nyaman bukan ?

Karena itu, jangan sampai sifat sombongmu itu menghancurkan kehidupan serta masa depanmu yang membuat hidupmu akan semakin terasa sulit kedepannya.

Dari sekarang, ubahlah semua itu serta dirimu menjadi orang yang lebih baik agar hidupmu pun akan terasa lebih mudah dan bahagia.

  • Akan sering mengalami penolakan

Jika kamu terus -- menerus mempertahankan sifat sombong yang kamu miliki, maka kemungkinan besar kamu juga akan sering mengalami penolakan. Orang yang memiliki rendah hati saja sering mengalami penolakan, bagaimana dengan kamu yang memiliki sifat sombong tersebut ?

Karena itu, mulailah untuk belajar merubah semuanya dan menerima dirimu dengan apa adanya. Agar orang lain juga bisa menerimamu dengan cara sudut pandang yang sama. Coba kamu bayangkan, sampai kapan kamu terus mempertahankan sifat sombong ini. Jika orang yang rendah hati saja masih sering mengalami penolakan bagaimana dengan kamu. Belajar untuk berubah dan menerima diri kamu dengan apa adanya. Itu akan sangat membantu kamu agar diterima oleh orang sekitar.

Simpulan

Kesombongan adalah wujud kecongkakan hati. Bentuk watak manusia yang angkuh dan tidak sadar diri.

Padahal, manusia itu bisa apa jika Allah tidak mengendaki. Tah semua yang terjadi ini dalah atas kuasa Allah.

Manusia hanya akan menjadi pelaku. Allah mutlak sebagai sutradara. Termasuk juga atas semua pencapaian dalam hidup.

Rasulullah Saw. menegaskan dalam salah satu sabdanya, "Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat takabur (sombong) walaupun hanya sebesar biji sawi." (HR. Muslim).

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan Al-Qasim, telah menceritakan kepada kami Al-Husain, telah menceritakan kepara kami Muhammad ibnu Kasir, dari Abdullah ibnu Waqid dari Abu Raja Al-Harawin yang mengatakan bahwa is tidak pernah menjumpai orang yang jahat perangainya kecuali ada pada diri orang yang sombong lagi membangga-banggakan dirinya serta merendahkan orang lain.

Maka itu, perlu kita ingat kesombongan adalah awal kehancuran, bukti dari hal ini kisah alkitab, yaitu raja Nebukadnezar yang jatuh ke dalam dosa kesombongan karena kekayaan dan kekuasaan yang ia miliki, namun pada akhirnya ia pun jatuh bahkan direndahkan sedemikian rupa.
Karena itulah, lebih baik menghindari akan kesombongan yang mengakar dalam diri kita, selain itu cobalah mengintropeksi diri atau bermuhasabah agar tidak terjebak dengan sikap tinggi hati tersebut. Cukuplah, rasa sukur dan rendah hati menjadi feedback dari kesuksesan kita terhadap semua orang dan Allah SWT. Karena boleh saja apa yang nampak lebih kuat di mata ternyata jauh lebih buruk daripada mereka yang terlihat lebih lemah dari kita.

Wallohua'lam

Semoga bermanfaat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun