Mohon tunggu...
SURAT TERBUKA
SURAT TERBUKA Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pingin Masuk Syurga Bi Ghoiri Hisab

Mencari Doa

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

NovelSaciko 2 : 3 Hari tak Sekolah, Gempar

18 Desember 2015   22:04 Diperbarui: 27 Desember 2015   10:18 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Saciko #2, sambungan)

[caption caption="Ilustrasi"][/caption]Oleh : Emzet Juwiter

             Dalam shalat aku berdoa semoga dia dilindungi yang maha kuasa. “Ya Allah, sebentar lagi aku Ujian Nasional. Mengapa Engkau timpakan masalahnya untukku. Ada apa denganku dan bagaimana keadaannya. Apa yang sesungguhnya terjadi dengan dirinya ya Allah,” ujarku meratap

“Ya Allah, baiklah, aku tak akan berdoa meminta rizki hari ini. Aku hanya berdoa untuknya. Selamatkan dia dan pertemukan Aku. Seburuk-buruknya Sachiko, Dia adalah hambamu, jangan biarkan Saciko melupakan-Mu karena dia tidak mampu apa-apa. Sekarang hanya Engkau yang tau dimana dirinya,”

Aku tak takut dimarahin Ibu karena meminjam bajunya. Aku lebih takut dia hilang dan terjerumus karena g’ ada yang pedulikan, lindungi Hambamu itu ya Allah,”pintaku yang berakhir dengan deringan Hape. Aku berharap deringan itu berasal darinya, tapi sayang itu hanya kiriman sms dari operator. Iblis menggodaku agar berhenti berdoa dan Aku-pun tergoda.

****

Jam sudah menunjukkan pukul. Orang Lombok menyebutnya tengari (menjelang siang). Untung hari itu tanggal merah, karena kuperhatikan setiap hari Minggu di semua kalender berwarna merah.

Mengingat warna merah, teringat lokasi dimana Aku kehilangan jejak Saciko. Bergegas kesana membawa Ide baru, seolah menjadi seorang detektif Mabes Polri tapi bedanya gerakanku ini tanpa anggaran tanpa komando. Siapa tau ada bercak darah disekitar lokasi persembunyian Saciko.

Mungkin juga tak jauh dari lokasi itu ada ciri-ciri, sebenarnya apa yang terjadi pada malam sebelum pagi.

“Mungkinkah Sachiko diperkosa?”, tanyaku bertubi-tubi.

“Enggaklah, Kalaupun dia diperkosa, saya berharap dia tetap perawan,” gumamku dalam hati.

“Tapi, yang namanya diperkosa kan?” ujarku bergumam sendiri, sampai roda chekheter yang kutumpangi tak sadar menggilas kerikil dan hampir terpeleset. Tapi untung berkah shalat Dluha membuatku selamat karena kerikil kecil yang berserakan sebab pembangunan pantai mengiringi Dermaga Labuan Haji.

Sampai disemak-semak yang masih belum digarap disela-sela pembangunan jalan sepanjang ratusan kilo itu, aku berhenti memeriksa keadaan. Ada bekas beberapa manusia, seolah pernah terjadi pergulatan disana. Namun tak ada bekas yang lain. Terus kutelusuri, sampai kehilangan jejak.

Akhirnya kuputuskan untuk ke Timba Lindur, salah satu dusun yang dekat dengan tempat kejadian perkara (TKP). Melintasi dusun itu, terlihat banyak orang berkumpul, terdengar bisik-bisik yang mencurigakan. Langkahku terhenti dan mencoba bertanya.

“Assalamualikum kak, nyodoq beketuan, tadi sekilas tyang dengar semalam ada kejadian disini, kejadian apa ya kak?”

“Ooo ini, ada wanita remaja, masih kecil, telanjang berteriak dikejar ma 3 motor, trus selapuk batur gubuk sugul mendengar terikan anak itu dan orang sekampung, banyak yang kejer kanak bajingan si bemotor ino,

“Jam berapa?

“ Sekiter jam maleng dik,

“Jam berapa itu, trus kemana anak itu?

“Antara jam 2 lebih, dia lari menghilang, kami ndak tau dia kemana, karena rata-rata yang ngeronda ngejar orang-orang itu, gelap juga sih dik,” jelas orang itu ramah.

Ou,,,yah dah kak makasih” ujarku sambil permisi,salam.

Ada bayangan, ujarku dalam hati. Berarti Sachiko selamat mempertahankan perawannya. Alhamdulillah, bisik hati ini. Pikiranku melayang, dari mengapa sampai jam 02.00 disebut sebagai jam para pencuri. Padahal jam itu adalah waktu yang sangat berkah untuk Shalat malam atau shalat Tahajud.

Tak luput pula pikiran ini terlintas peristiwa ketika membuka mbah google yang lebih ramai membahas cerita seks daripada cerita inspirasi pengembangan diri atau motivasi lainnya. Unik baru klik cerita saja sudah bertebaran cerita….., hmmm, risauku.

Kuputuskan untuk pulang, karena hape berdering panggilan Bunda. Mungkin orangtuaku risau. Sampai dirumah, Aku hanya makan siang, tak banyak, tak habis sepiring. Aku permisi lagi, kali ini tujuanku ke rumah Sachiko.

Rumah yang angker bagiku, karena sering di undang kesana, berdua sampai malam, dan kadang ngeri juga rasanya. Harus melawan nafsu melihat bagaimana Shaciko berpakain seksi dirumahnya. Bagaimana kami berdua dalam kamar, tanpa taku dengan pembantunya. Orang tua Sachiko adalah orang kaya tapi entah pekerjaannya apa. Itu bukan urusanku, yang terpenting adalah menemani sepinya kehidupan sahabatku yang hebat dan berpotensi ini.

Sampai disana sepi. Patah rasanya jiwa ini. Bertanya pada tetangga mereka tidak tau, kepada tembok rumahnya, tak ada jawaban, bertanya ke taman luas halaman rumahnya juga diam membisu. Baru ada jawaban ketika bertanya kepada tukang kebun keluarganya Sachiko yang hanya datang pada pukul 15.00 untuk membersihkan halaman rumahnya.

 

“Buu, tuan rumah kemana ya?,

“Enggak tau nak, waktu Ibu datang tadi pagi juga hanya inaq Oyan disini, terangnya menyebut nama pembatu.

“Terakhir Sachiko ada disini, kapan bu?

“Mmm, itu dia, sejak Side jarang kesini nak Liandra selalu keluar, bahkan kata Inaq Oyan pulang sekolah jarang, kalaupun pulang malam sekali. Emanga g’ sama nanda apa?

“Minggu-minggu ini Enggak bu, Gih dah bu, tyang pamit kalau gitu,” tutupku, Salam.

Liandra adalah nama Asli Sachiko. Sachiko adalah pemberianku saja, entah setuju atau tidak yang jelas hasil diskusiku bersamanya ada cita-cita dibalik nama itu. Hingga nama itu bisa populer di beberapa teman sekolahku. Entahlah mungkin jika Dia buat Kartu tanda penduduk (KTP) nanti, ada nama inisial (alias) yang akan ditambahkan.

****

3 hari sudah berlalu. Publik-pun mulai curiga. Keluarganya tau, guru disekolah juga tau. Tetanggapun ikut bergosip. Teman-teman di sekolah-pun banyak yang numpang bertanya, sok peduli. Berjuta sangka menggerimis bersama gempa-gempa gosip yang tak sedap. Saya sebagai sahabat kena batunya.

Tapi ada hikmahnya. Pertama, saya dekat dengan guru BK disekolah. Kedua, saya jadi tau jika orang tuanya Sachiko ternyata bisa mengeluarkan air mata. Ketiga, Aku bisa dikenal sama teman-teman sekolah jika bintang di sekolah itu akrab denganku. Entahlah yang ke empat.

Setelah melalui rembuk bersama semua sekolah yang menyatakan Sachiko tak ada kabar. Keputusan rapat nasi sudah menjadi bubur memutuskan, bahwa harus ada keterlibatan pihak kepolisian dan pengumuman terkait kehilangan itu.

Tapi saya menolak keras, dan membuat gempar semua sekolah dengan aksiku yang secara tiba-tiba meledak tak setuju. Aku berteriak kencang keluar dari ruang kepala Sekolah.

 

“Jangaaaaan,,,,

Ini semua salah kalian, ini semua karena ke-Egoan Ibu, Bapak dan pihak sekolah,” teriakku menuding mereka.

 

Mereka terdiam dan terlihat curiga.
Melihat itu Aku mengendalikan diri karena semua teman sekolah juga keluar dari ruang kelas masing-masing bersama guru yang mengajar saat itu. Mungkin mereka terganggu dengan teriakan histerisku.  

(Bersambung,,,)

Artikata

Nyodoq Beketuan        = Numpang Nanya/boleh bertanya.
Tyang                           = Saya / Aku
Selapuq                        = Semua
Sugul                            = Keluar
Kejer                           = Kajar
Kanak Bajingan            = Preman
Siq                               = yang
Ino                               = Itu
Batur gubuk                  = Sahabat sekampung/sedusun
Maleng             = Pencuri/Perampok (Tamu tak Diundang)
Inaq                             = Ibu, bisa juga untuk panggilan siapa saja yang perempuan walau tanpa ikatan darah
Side                             = Bahasa halus atau sopan (Lombok) yang berarti Anda, Kamu, Kau, Engkau.
[caption caption="fiksi"]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun