Kuputuskan untuk pulang, karena hape berdering panggilan Bunda. Mungkin orangtuaku risau. Sampai dirumah, Aku hanya makan siang, tak banyak, tak habis sepiring. Aku permisi lagi, kali ini tujuanku ke rumah Sachiko.
Rumah yang angker bagiku, karena sering di undang kesana, berdua sampai malam, dan kadang ngeri juga rasanya. Harus melawan nafsu melihat bagaimana Shaciko berpakain seksi dirumahnya. Bagaimana kami berdua dalam kamar, tanpa taku dengan pembantunya. Orang tua Sachiko adalah orang kaya tapi entah pekerjaannya apa. Itu bukan urusanku, yang terpenting adalah menemani sepinya kehidupan sahabatku yang hebat dan berpotensi ini.
Sampai disana sepi. Patah rasanya jiwa ini. Bertanya pada tetangga mereka tidak tau, kepada tembok rumahnya, tak ada jawaban, bertanya ke taman luas halaman rumahnya juga diam membisu. Baru ada jawaban ketika bertanya kepada tukang kebun keluarganya Sachiko yang hanya datang pada pukul 15.00 untuk membersihkan halaman rumahnya.
“Buu, tuan rumah kemana ya?,
“Enggak tau nak, waktu Ibu datang tadi pagi juga hanya inaq Oyan disini, terangnya menyebut nama pembatu.
“Terakhir Sachiko ada disini, kapan bu?
“Mmm, itu dia, sejak Side jarang kesini nak Liandra selalu keluar, bahkan kata Inaq Oyan pulang sekolah jarang, kalaupun pulang malam sekali. Emanga g’ sama nanda apa?
“Minggu-minggu ini Enggak bu, Gih dah bu, tyang pamit kalau gitu,” tutupku, Salam.
Liandra adalah nama Asli Sachiko. Sachiko adalah pemberianku saja, entah setuju atau tidak yang jelas hasil diskusiku bersamanya ada cita-cita dibalik nama itu. Hingga nama itu bisa populer di beberapa teman sekolahku. Entahlah mungkin jika Dia buat Kartu tanda penduduk (KTP) nanti, ada nama inisial (alias) yang akan ditambahkan.
****
3 hari sudah berlalu. Publik-pun mulai curiga. Keluarganya tau, guru disekolah juga tau. Tetanggapun ikut bergosip. Teman-teman di sekolah-pun banyak yang numpang bertanya, sok peduli. Berjuta sangka menggerimis bersama gempa-gempa gosip yang tak sedap. Saya sebagai sahabat kena batunya.