Kembali kepada Erik dan saya. Kami termasuk bisa dengan mudah bergaul dengan para petugas dan saling memanfaatkan. Biasanya kami memanfaatkan untuk pinjam hape, memesan sesuatu dari luar, atau olahraga bersama. Model pergaulan dan tata nilai di penjara itu berbeda dengan di luar.Â
Di dalam penjara ukuran pengaruh itu seberapa kuat, seberapa berkuasa, seberapa banyak duitnya, seberapa lama hukumannya, seberapa besar yang dicuri, seberapa sadis, dll, sehingga untuk bisa bergaul akrab dengan petugaspun syarat-syarat itupun berlaku. Dari keakraban dengan petugas inilah, cerita-cerita tentang banyak hal terjadi; ada cerita tentang keluarga, cerita tentang kasus yang menimpa, dan bisa apa saja.Â
Hingga menjelang kebebasannya, muncullah cerita bohong yang dilakukan Erik dan disampaikan kepada petugas dan banyak orang, bahwa saya masih punya deposito 500 juta. Ini jelas fitnah dan saya tidak tahu maksudnya. Erikpun saya tegur; apa maksudnya menceritakan sesuatu yang tidak jelas sumbernya. Dengan santai Erik berkata:
      "Tenang, Pak Lehan, ini penjara," katanya santai.
      "Maksudmu biar saya diploroti terus oleh petugas dan warga lain? Kamu jangan ngawur, Rik," sergah saya.
      "Tenang, Pak Lehan, ini penjara," katanya masih dengan sikap santai.
      "Rik, ini bisa menjadi fitnah, lo." Kejar saya.
      "Sudahlah, tenangno pikirmu," katanya berlalu.
Akhirnya sayapun memahami cara Erik menjaga saya. Selanjutnya ketika banyak petugas dan penghuni lain mengatakan bahwa saya masih mempunyai deposito 500 juta, saya hanya tersenyum dan tertawa, tidak mengiyakan juga tidak menolak. Saya tersenyum saja menikmati fitnah yang menjamin keberlangsungan kelas di penjara.
Bukankah lebih indah, memainkan pikiran orang lain hanya dengan senyum dan tawa?
Tenang, ini penjara.... :]