Jelas hoaks membawa dampak kepada masyarakat, dampak yang terjadi yaitu dampak negatif karena berita hoax ini membawa kekhawatiran, kesalahpahaman, kegaduhan sehingga masyarakat banyak yang dirugikan dengan adanya berita tersebut dan merupakan pembodohan bagi yang mengonsumsinya.
Dalam kontek ini, akan sangat mengganggu proses vaksinasi. Itupula Kominfo terus melakukan counter narasi dengan cepat dan disertai penjelasan dari para ahli di bidangnya.
Namun jika penyebarannya sangat cepat sehingga menyebar luas, hoaks tersebut akan sulit dibendung hingga pada tahap viralitas tertentu, menyebabkan masyarakat memercayai bahkan meyakininya sebagai sebuah kebenaran. Inilah impact hoaks yang sangat membahayakan. Konter narasi akan menguap dan menjadi onggokan seperti sampah yang tak berguna jika penyebaran hoaks sangat masif dan telah menyebar luas.
Karena itu, di sinilah pentingnya skeptisisme para invidu users (pengguna) internet di era disrupsi seperti sekarang. Kita (users) mesti kritis kepada setiap informasi yang datang menyapa ke gawai kita. Jangan telan mentah-mentah setiap informasi.
Perlu kepala dingin, kecermatan, dan mengurai alur dan sumber informasi. Jika sumbernya otoritatif, bolehlah kita menerimanya. Namun jika itu cenderung bombastis dan tidak memiliki sumber yang jelas, cukup sampai di gawai kita. Kita tidak boleh menyebarkannya sama sekali.
Saya pribadi mengapresiasi Tim AIS Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika yang tiap hari monotoring sehingga bisa menkonter informasi yang hoaks atau disinformasi dengan cepat. Ini merupakan langkah penting sehingga dengan cepat pula memadamkan api hoaks sebelum menjalar luas melalap kognitif waganet Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H