Mohon tunggu...
Muhammad Tri Sutrisno
Muhammad Tri Sutrisno Mohon Tunggu... -

Hi my name Is Muhammad Tri Sutrisno, You could call me Emtri. I am a traveller and culinary lover (Foodee). I am also love to meet others travelers and foodees from all over the world. Let's travel together!

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Renungan Diri 1: "Sampai Kapan Aku untuk Indonesia?!"

10 Mei 2016   15:45 Diperbarui: 19 Mei 2016   12:05 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku muak jika harus terus berdebat di media sosial seperti Facebook dan Twitter tentang politik Indonesia  yang ketika menurutku tidak sesuai dengan persepsiku, aku seenaknya berkata tentang A, B, C yang belum tentu benar.

Aku boleh berpendapat. Aku boleh berbicara. Aku boleh berkomentar. Tetapi aku terkadang lupa bahwa terkadang pendapat dan komentarku hanya akan membangun kebencian dalam diriku.

Apakah komentarku yang sok benar ini akan merubah Indonesia menjadi lebih baik? Tentu saja tidak, jika aku hanya berkomentar, tanpa berbuat.

Aku muak sekali dengan diriku yang selalu berkata "Kenapa Jakarta selalu banjir" kepada pihak pemerintah. Tapi aku sendiri masih sering membuang sampah sembarangan. Terkadang aku tak sadar jika aku telah membuang sampah sembarangan meski hanya "sebungkus permen karet".

Apakah komentarku tentang kenapa Jakarta selalu banjir akan membuat Indonesia menjadi lebih baik? "Ah lagi-lagi aku terlalu sibuk berkomentar tanpa sadar untuk berbuat dari hal terkecil.

Aku muak sekali dengan diriku yang berkomentar "Kenapa Jakarta Selalu Macet?" "Kenapa kemacetan Jakarta tidak bisa teratasi dengan baik?" Aku terlalu muluk-muluk berkomentar untuk pemerintah dalam mengatasi kemacetan seolah aku merupakan seorang ahli dibidangnya. Lah wong aku saja masih menggunakan kendaraan pribadi setiap hari di kota Jakarta.

Aku terlalu malas untuk berjalan kaki, sampai-sampai ketika aku akan pergi ke warung di depan gang rumah ku saja, aku akan menggunakan kendaraan pribadi. Lagi-lagi sikap kritis ku tentang kemacetan terhadap orang lain tak sejalan dengan perbuatanku "untuk Indonesia lebih baik".

Ketika aku di Facebook, aku dengan semangat nya berkata kepada orang lain untuk menggunakan kendaraan umum yang disediakan oleh pemerintah dan swasta. Tapi aku sendiri menggunakan kendaraan pribadi. Dengan beribu alasan agar persepsiku terasa benar di kepala, Aku berdalil dengan seribu kalimat.

Lagi-lagi aku terlalu sibuk mengomentari orang lain tentang kemacetan, tetapi dari hal terkecil saja aku tak berbuat.

Aku muak terhadap diriku yang selalu sibuk meminta air bersih kepada pemerintah, tetapi aku lagi-lagi melakukan kesalahan baik disengaja atau tidak disengaja membuang sampah bagaimanapun bentunya itu.

Lantas siapakah "Tukang Sampah" di negeri ini. Tentu tindakanku membuang sampah sembarang ini lebih pantas disebut tukang sampah. Dan yang membersihkannya merupakan "Tukang bersih".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun