Saya belum bisa menuliskan hasil "pembedahan" terhadap puisi dan cerpen itu - maksud saya, dari segi kualitas. Saya hanya ingin menuliskan hasil penelitian saya, yang menguatkan pernyataan suami : pembaca puisi dan cerpen memang sangat sedikit.
Penilitian tersebut tidak menggunakan metode ilmiah. Hanya penilitian iseng untuk kepentingan pribadi -- syukur-syukur bermanfaat bagi teman-teman sesama penulis Kompasiana yang mengejar views. Bagi kawan-kawan yang idealis (seperti suami saya) penelitian ini mungkin tak bermanfaat.Â
Tapi, setelah terjadi perbicangan dengan suami soal hasil penelitian ini, dia berkata, "Mungkin beberapa lembaga yang mengatakan minat baca masyarakat kita rendah, itu karena mereka mengukurnya yang membaca puisi, cerpen dan novel. Kalau tolak ukurnya diperluas, membaca status Facebook atau thread di tuiter, mungkin minat baca masyarakat kita paling tinggi sedunia."
Pernyataan suami saya itu masuk akal. Saya memang gak tahu ukuran minat baca yang digunakan oleh lembaga itu, tapi pengalaman saya selama menulis di Kompasiana menunjukkan, minat baca masyarakat kita tidak rendah.Â
Coba lihat saja berapa artikel setiap hari yang tayang. Berapa pembacanya. Ini masih satu platform menulis berbagi. Di luar ini, masih banyak lagi. Belum lagi platform untuk novel, cerpen, dan puisi.
Ya, pada akhirnya, mudah-mudahan penelitian kecil ini bermanfaat bagi banyak orang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H