Bukan untuk menghancurkan benteng harapan para pejuang LDR. Bukan juga menambah pikiran para pasangan yang sudah teguh berkomitmen untuk menjalin hubungan jarak jauh. Bukan untuk semua itu!
Meskipun LDR kini telah diragukan oleh pihak-pihak yang terlanjur sakit hati karena gak tahan mengalami banyak rintangan yang berkepanjangan, banyak juga pasangan yang berhasil menjalaninya. Berhasil yang dimaksud adalah berakhir di pelaminan.
Saya punya pengalaman nyata tentang LDR. Pernah suatu waktu ada sepasang kekasih yang menjadi idaman. Bukan karena mesra-mesraannya yang diumbar ke media sosial, tapi lebih ke arah positifnya. Saling mendukung dalam segala hal, misalnya. Kita sebutlah pasangan ini Pasangan Idaman.
Pasangan Idaman ini telah menjalin hubungan yang lebih lama dari periode Piala Dunia (4 tahun). Tanpa tingkah laku mesra belai-membelai, jelas tampak di wajah mereka rasa sayang jika memandang satu sama lain dan support kegiatan masing-masing.
Untuk beberapa tahun, mereka terpisahkan oleh samudera. Ya, bisa taulah siapa yang untung. Bukan 'Pepasor' (Perebut Pasangan Orang Lain) tapi penyedia layananan jaringan.
Bayangkan, setiap hari minimal sekali menelepon/video call dan maksimalnya tak terbatas. Bahkan aplikasi Duo, Whatsapp, Line, serta aplikasi lain yang bisa berkomunikasi via suara dan video pasti lebih banyak melengkapi memori internal handphone pintar mereka. Jadi jelas, bukan penyedia jaringan telepon aja yang untung ternyata.
Mereka memutuskan untuk berjumpa minimal setahun sekali. Itu pun di hari besar -- biar banyak tanggal merahnya dengan risiko biaya tiket pasti lebih mahal. Dan beruntunglah juga pihak maskapai.
Oke... Â kita skip menghitung pihak mana saja yang diuntungkan.
Pernah sekali Pasangan Idaman bercerita tentang kelebihan LDR, katanya sih biar lebih fokus sama pekerjaan atau aktivitas lainnya. Tak melulu berpikir tentang pasangan dan keluar nongkrong-nongkrong sama pasangan. Selain hemat waktu, hemat uang juga. Meskipun tersirat, pikiran juga terkuras.
Hal ini saya tahu setelah mengajukan pertanyaan, "Sering gak, kepikiran pasangan yang di seberang selingkuh?" Jawabannya, itu yang buat pikiran terkuras dan terkikis. Tapi kepercayaan bahwa ke depannya pasti tetap akan bersama tidak pernah berubah.
Beberapa bulan kemudian, diketahui bahwa Pasangan Idaman tersebut akhirnya berpisah dan berakhir di pelaminan yang berbeda. Mereka memilih untuk berpisah karena alasan yang belum jelas diketahui orang lain.
Ada beberapa hal yang membuat hubungan itu tak berjalan dengan lancar. Salah satunya yang tercium oleh pemerhati mereka adalah kesepakatan pasangan itu tak sejalan dengan kesepakatan keluarga besar mereka.
Seharusnya memang kuucapkan, "sayang sekali." Tapi tak tahu juga ke depannya, memang itu adalah jalannya dan kehendak Yang Maha Kuasa.
Ah, bicara tentang LDR ini agak menyita pikiran yang kadang tak masuk akal bagi yang belum pernah mengalaminya, juga untuk yang sudah mengalaminya dan ternyata berhasil di pelaminan.
Pernah lagi ada sepasang pasangan yang dinamai Pasangan Panutan. Bergelut di antara waktu, jarak dan pertanyaan-pertanyaan iseng di kepala. Mereka sabar untuk menunggu waktu yang dinanti-nanti yaitu 'pulang'.
Sama seperti Pasangan Idaman, pasangan ini sudah menjalin LDR sangat lama sekali. Bedanya, mereka memutuskan apa yang baik untuk masa depan mereka. Seperti si perempuan yang mengenalkan si pria dengan perlahan dan santai ke keluarga besarnya, pun begitu juga dengan si pria.
Akhirnya mereka berakhir di pelaminan dan berbahagia.
Poinnya apa? LDR bukan melulu tentang jarak. Kalau sudah ada rencana, bisalah dikenalkan ke orangtua.
Jangan terlarut dengan rasa sayang yang dimiliki dan mengabaikan tujuan yang kau pilih. Ketika kita menjalin hubungan jarak jauh, pertanyaan yang paling sulit dijawab itu bukan yang muncul dari dalam diri sendiri, tetapi orang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H