Ryan : Hahha.. (tertawa sinis)Â Kau terlalu banyak menebak.
Mia   : Baiklah kalau begitu. Aku mundur dari hubungan ini.
Ryan : (Mengangguk) Sayang sekali Mia, kita sudah berpacaran selama delapan tahun
Mia  : Bagaimana jika Tuhan berencana hanya mempertemukan, bukan untuk mempersatukan kita?
Ryan : Anggap saja begitu. Jadi kita bisa banyak belajar dari pertemuan dan pertemanan yang panjang ini.
Mia   : Terimakasih Ryan. Sambil menyodorkan sebuah amplop
Ryan : (Mengernyitkan dahi sembari membuka) Terimakasih Juga Mia. Semoga berbahagia (sambil mengebas-ngebaskan undangan pernikahan Mia )
Mia   : (Mengangguk dan meninggalkan Ryan)
Ryan : (Tertunduk lesu) Akh, sepertinya sudah jatuh ketimpa tangga, tertusuk paku pula (mendesah panjang, memejamkan matanya, mengatur pikirannya yang bertambah runyam) Semoga kau bahagia Mia. (Bisiknya pelan) Terimakasih sudah jujur padaku.
Willian, calon suami Mia adalah teman kuliah Mia dan Ryan, yang sedari dulu sebenarnya sudah menyukai Mia. Namun ia tidak menyatakan perasaannya ataupun berusaha untuk merebut hatinya, karena Mia sudah memiliki Ryan. Mereka dipertemukan kembali di perusahaan yang sama tempat mereka bekerja. Berbeda dengan Ryan, ia bekerja di perusahaan yang jauh lebih "bonafit".
Wajah Ryan sangat maskulin, ia digandrungi banyak wanita semenjak duduk dibanggu SMA. Hingga di kantornya pun, ada saja wanita yang mencoba menggodanya, kendati ia kerap kali membawa Mia dan memperkenalkannya sebagai 'calon istri' pada saat acara rekreasi kantor. Ryan sangat mencintai Mia. Nyataya, Mia tidaklah setenar Ryan, tidak ada yang mencolok pada dirinya.