Perjalanan survey nya pun beragam ada yang naik double cabin, speed boat, sepeda motor, bahkan jalan kaki. Kami membuat tagging dan tracking untuk setiap rumah dan fasilitas desa lainnya yang belum terlistriki sekaligus menggali potensi energi yang cocok bagi masing-masing desa, baik berupa energi surya, hydro, angin dan lainnya.
Tak terasa tujuh hari sudah perjalanan kami menyusuri distrik demi distrik, berbagi suka duka bersama teman baru yang rasanya sudah jadi keluarga di sana, di pedalaman nun jauh dari perkotaan hidup berdampingan dengan keelokan alam yang asri dan udara yang sejuk hampir terpapar setiap hari. Semua aktivitas survey berjalan sesuai rencana dan tak menjumpai kendala yang berarti.Â
Segalanya menyenangkan, setidaknya sampai pada hari dimana berita penembakan oleh oknum diduga OPM yang menewaskan lebih dari 30 orang, terdengar oleh kami. Kejadiannya pun tidak jauh dari pos dimana kami tinggal. Tidak hanya itu, berita pembakaran rumah warga juga tak luput dari apa yang kami dengar waktu itu. Sontak ketegangan pun terjadi.
Tak berselang lama saya melihat seorang pengendara motor yang nampak baru terlihat lewat didepan pos kami. Firasat pun tervalidasi saat secara tak sengaja melihat senjata api tersingkap dari dalam baju si pengendara motor. Melihat situasi yang semakin kurang kondusif, esok hari nya kami pun diungsingkan ke tempat yang lebih aman.
Meski ada rasa ragu, cemas dan takut sempat menyelimuti kami malam itu, namun semangat kami untuk melistriki negeri ini tak akan padam bersama lilin yang senantiasa membersamai anak saat sedang belajar. Tak akan padam janji kami bahwa pemerintah bersama PLN memiliki misi untuk tanah Papua menjadi lebih terang.Â
Perjuangan tak akan pernah mudah namun bantuan dan semangat masyarakat Papua menjadi semangat bagi kami dalam menghadapi segala tantangan dan cerita didalamnya. Kami tim ekspedisi sub posko Lanny Jaya berasa terhormat dapat menunaikan tugas mulia ini, tentunya berharap dapat melihat kembali wajah dan senyum hangat warga yang antusias menyambut kedatangan kami di distrik Milimbo.
Sebagai individu, tidak sedikit pelajaran berharga yang rasanya sulit saya dapatkan ditempat lain. Jauh sebelum ekspedisi dimulai, pribadi yang mudah berkeluh kesah, rasa tidak puas dan sulit bersyukur hidup dan bekerja di tengah pulau dimana akses yang sulit dan jauh dari hingar perkotaan, hampir selalu ada.
Dari perjalanan itu kemampuan mindfulness management saya ditempa. Tidak mudah mengeluh baik merasa karena sadar tidak punya kontrol yang besar pada kejadian yang akhirnya membuat terasa buruk. Atau mengeluh karena tidak punya kontrol pada solusi.Â
Dari sana saya memaknai filosofi stoikisme mengenai dikotomi kendali dengan menerima apa yang bisa dan tidak bisa dikendalikan. Membentuk pola pikir stoik dengan menerima apa yang tidak bisa diubah, dan sepenuhnya menyadari bahwa kebahagiaan seseorang itu bersumber dari hal-hal yang bisa kita kendalikan.
Salah satu hal yang membuat mengeluh adalah karena kurang bersyukur. Be gratefull, mensyukuri sekecil apapun hal itu, lihatlah kondisi di bawah agar makin mudah bersyukur dan bukan ke atas yang membuatmu semakin iri pada keadaan.Â