Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menyusuri Jejak Kejayaan Tukang Kayu di Kawasan Kota Tua

25 Januari 2025   10:00 Diperbarui: 25 Januari 2025   20:08 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Permintaan perabotan kayu sangat tinggi dari pemerintahan pendudukan Belanda. Mereka mengisi rumah-rumah dan kantor dengan perabotan berkualitas sehingga tukang kayu antusias memproduksi sebanyak-banyaknya. Perdagangan perabot menjadi salah satu kemakmuran bagi warga keturunan Tionghoa. 

Bahan-bahan kayu yang dibutuhkan, didatangkan dari pedalaman. Pada zaman itu, yang dimaksud pedalaman misalnya adalah Tanah Abang. Waktu itu Tanah Abang masih berupa kampung yang dikelilingi hutan dan perkebunan. 

Orang-orang Belanda, banyak membeli perabotan kayu di Pinangsia Raya ini. Bukan hanya untuk kebutuhan mereka di Batavia, tetapi juga ada yang dibawa ke negeri Belanda, dikirim dengan menggunakan kapal VOC. 

Perlu diketahui, dari museum Fatahilah yang menjadi kantor VOC, dahulu kala dapat melihat laut karena belum banyak bangunan. Perjalanan langsung ke dermaga dengan kereta kuda. Hal ini bisa dilihat juga jejak peninggalan kapal dagang VOC di museum Bahari. 

Vihara Lupan (dok.pri)
Vihara Lupan (dok.pri)

Karena masa itu adalah masa kejayaan Tukang Kayu, maka profesi tukang kayu dianggap cukup terhormat. Maka sebagai penghormatan, dibangun sebuah Vihara untuk mempermudah tukang kayu beribadah dan mensyukuri berkat pemberian dewa-dewi. Vihara itu bernama Vihara Lupan di Jalan Pinangsia satu, bersebelahan dengan sekolah Suci Hati. Saya akan membahas tentang Vihara ini pada tulisan berikutnya.

Namun sekarang kami melihat di kawasan Pinangsia  ini tidak lagi didominasi oleh tukang kayu, hanya tinggal beberapa saja yang masih bertahan. Toko-toko lainnya telah beralih fungsi menjual bahan-bahan lain. Kita masih bisa berburu perabotan antik di toko-toko yang tersisa.

Gapura Pecinan Glodok (dok.pri)
Gapura Pecinan Glodok (dok.pri)

Glodok 

Perjalanan dilanjutkan ke kawasan Glodok. Mal Glodok yang ada di pinggir jalan, dahulu merupakan taman terbuka. Di taman tersebut sering diadakan pasar malam yang didatangi masyarakat sekitarnya. Di sampingnya adalah gapura pertanda bahwa Glodok adalah kawasan Pecinan di Jakarta. 

Saya di depan Pantjoran Tea House (dok.pri)
Saya di depan Pantjoran Tea House (dok.pri)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun