Kemudian kami memasuki ruang yang lebih besar. Di tengahnya ada meja panjang dan besar dengan yang lebih merupakan meja makan keluarga. Di meja inilah para perumus naskah Proklamasi berkumpul dan merumuskan teks proklamasi. Di dinding tergantung papan tulis dengan tulisan Bung Karno yang berisi teks proklamasi.Â
Selanjutnya kami ke ruang kerja notulen. Tampak patung Sayuti Melik sedang menghadapi mesin tik. Dialah yang mengetik naskah Proklamasi bersama BM Diah. Dalam pengetikan, kala melakukan kesalahan, kertas yang salah diremas dan dibuang oleh Sayuti Melik. Tetapi BM Diah menyelamatkan naskah tersebut. Ini adalah bukti sejarah yang penting.
Lalu kami kembali ke ruang besar yang ada di depan. Ruang ini merupakan tempat pengesahan naskah Proklamasi. Ada deretan tokoh yang hadir pada waktu itu, terpampang di dinding. Banyak tokoh pemuda, di antaranya adalah Sukarni CS yang ikut andil dalam membawa Bung Karno dan bung Hatta ke Rengasdengklok.Â
Selesai penjelasan di ruang pengesahan naskah Proklamasi, kami ke lantai atas. Kamar Laksamana Maeda juga ada di atas. Selain itu ada juga beberapa bukti sejarah lainnya.Â
BunkerÂ
Di halaman belakang yang luas, terdapat sebuah bunker kecil. Zaman penjajahan dulu memang lazim membuat bunker untuk persembunyian. Bunker yang ada di halaman Munasprok ini digunakan untuk menyimpan arsip penting, antisipasi jika terjadi sesuatu yang buruk pada rumah Laksamana Maeda.Â
Beberapa orang pengunjung mencoba turun ke bawah. Lebih leluasa tentu yang bertubuh langsing karena bunker ini mirip sumur dengan mulut yang tidak besar. Tangga turun ke bawah adalah tangga besi. Dahulu mestinya tangga yang terbuat dari bambu. Tangga ini disandarkan ke dinding.Â
Kompasianer Ajeng Leodita pun tak segan turun ke bawah. Ia melongok ruangan kecil yang berada di bawah. Namun sekarang hanya berupa ruangan kosong, tidak ada sesuatu apapun di sana. Kita hanya membayangkan suasananya yang seperti dulu.