Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Dari Munasprok hingga Tugu Proklamasi

12 Agustus 2024   19:54 Diperbarui: 12 Agustus 2024   20:05 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peserta Napak Tilas Kemerdekaan (dok.wkj)

Bung Karno, Bung Hatta dan Ahmad Subardjo. (Dok.pri)
Bung Karno, Bung Hatta dan Ahmad Subardjo. (Dok.pri)

Kemudian kami memasuki ruang yang lebih besar. Di tengahnya ada meja panjang dan besar dengan yang lebih merupakan meja makan keluarga. Di meja inilah para perumus naskah Proklamasi berkumpul dan merumuskan teks proklamasi. Di dinding tergantung papan tulis dengan tulisan Bung Karno yang berisi teks proklamasi. 

Selanjutnya kami ke ruang kerja notulen. Tampak patung Sayuti Melik sedang menghadapi mesin tik. Dialah yang mengetik naskah Proklamasi bersama BM Diah. Dalam pengetikan, kala melakukan kesalahan, kertas yang salah diremas dan dibuang oleh Sayuti Melik. Tetapi BM Diah menyelamatkan naskah tersebut. Ini adalah bukti sejarah yang penting.

Pengesahan naskah Proklamasi (dok.pri)
Pengesahan naskah Proklamasi (dok.pri)

Lalu kami kembali ke ruang besar yang ada di depan. Ruang ini merupakan tempat pengesahan naskah Proklamasi. Ada deretan tokoh yang hadir pada waktu itu, terpampang di dinding. Banyak tokoh pemuda, di antaranya adalah Sukarni CS yang ikut andil dalam membawa Bung Karno dan bung Hatta ke Rengasdengklok. 

Selesai penjelasan di ruang pengesahan naskah Proklamasi, kami ke lantai atas. Kamar Laksamana Maeda juga ada di atas. Selain itu ada juga beberapa bukti sejarah lainnya. 

Bunker 

Di halaman belakang yang luas, terdapat sebuah bunker kecil. Zaman penjajahan dulu memang lazim membuat bunker untuk persembunyian. Bunker yang ada di halaman Munasprok ini digunakan untuk menyimpan arsip penting, antisipasi jika terjadi sesuatu yang buruk pada rumah Laksamana Maeda. 

Beberapa orang pengunjung mencoba turun ke bawah. Lebih leluasa tentu yang bertubuh langsing karena bunker ini mirip sumur dengan mulut yang tidak besar. Tangga turun ke bawah adalah tangga besi. Dahulu mestinya tangga yang terbuat dari bambu. Tangga ini disandarkan ke dinding. 

Kompasianer Ajeng Leodita pun tak segan turun ke bawah. Ia melongok ruangan kecil yang berada di bawah. Namun sekarang hanya berupa ruangan kosong, tidak ada sesuatu apapun di sana. Kita hanya membayangkan suasananya yang seperti dulu.

Bambang Irwanto di bunker (dok.pri)
Bambang Irwanto di bunker (dok.pri)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun