Pintu gerbang Masjid Luar Batang tampak artistik dengan warna putih. Gapura pintu yang masih asli dengan arsitektur kuno kuno. Â Halaman masjid tidak begitu luas, karena itu tidak ada kendaraan parkir di sini, melainkan diarahkan ke tempat lain. Â Bangunan utama juga sesuai dengan bentuk aslinya, dengan sedikit tambahan.Â
Di samping masjid ada sebuah guci besar dan antik yang mengalirkan air sumur. Airnya dianggap keramat, banyak yang minum dan cuci muka dengan air ini, disertai doa dan hajat tertentu. Soal ini, tentu tergantung kepercayaan masing-masing ya.Â
Di sisi kanan ada kompleks makam di mana ada pohon kurma yang tumbuh dan berbuah. Di belakangnya ada dua menara. Satu menara tua yang merupakan bagian dari masjid, digunakan untuk kumandangkan azan, juga berfungsi mengintai aktivitas tentara Belanda pada masa itu. Sedangkan menara yang baru, lebih tinggi, memang dimaksudkan untuk mengumandangkan azan.Â
Menurut sejarahnya, Masjid Luar Batang didirikan oleh Habib Husein bin Abu Bakar bin Abdillah Alaydrus, salah seorang keturunan Rasulullah yang datang dari Yaman. Beliau tiba sekitar tahun 1736 di pelabuhan Sunda Kelapa.Â
Habib Husein dikenal sebagai tokoh yang menentang penjajah Belanda. Karena itu ia juga pernah ditangkap dan dipenjarakan. Â Habib Husein meninggal pada tanggal 24 Juni 1756. Semula akan dimakamkan di tempat lain, tetapi ketika keranda diangkat, jenazah selalu kembali ke rumah. Inilah sebabnya disebut Luar Batang yang berarti keluar keranda.
Makam Habib Husein Luar Batang ada di dalam masjid. Orang-orang yang ziarah memanjatkan doa untuk beliau, di samping juga beribadah seperti biasa. Untuk jamaah perempuan yang ingin berziarah, terdapat ruang kecil tersendiri.
Masjid Islamic Center