Bulan Ramadhan kegiatan yang paling tepat adalah wisata religi. Kita mengunjungi tempat-tempat yang bernilai sejarah atau berkaitan dengan perkembangan agama Islam. Dengan kegiatan seperti ini, selain mendapatkan pahala puasa juga ilmu pengetahuan serta pengalaman.
Sabtu lalu (23 Maret), saya mengikuti wisata religi yang diselenggarakan oleh Disparekraf Jakarta Utara, bekerja sama dengan Wisata Kreatif Jakarta dan Koteka (Komunitas Traveler Kompasiana. Wisata religi ini mengunjungi tiga tempat yang berada di kawasan Jakarta Utara yaitu, Masjid Luar Batang, Masjid Islamic Center dan Masjid Ramlie Mustofa.Â
Titik kumpul berlokasi di kantor Walikota Jakarta Utara sekitar pukul satu siang. Cukup banyak peserta yang mengikuti acara ini, dua bus besar yang disediakan terisi penuh. Namun bus satu berbeda tujuan, sedangkan kami 10 orang yang mewakili Koteka berada di bus dua. Â Keberangkatan dimulai setelah pejabat terkait datang dan meresmikan kegiatan ini.Â
Masjid Luar Batang
Tempat pertama yang kami kunjungi adalah Masjid Luar Batang. Matahari di tengah hari itu luar biasa terik, panas menyengat sehingga AC di dalam bus tidak terasa sama sekali. Walaupun begitu kami tetap bersemangat dalam mengikuti trip ini.
Tiba di ujung jalan Luar Batang, matahari serasa berada di atas kepala. Kami harus berjalan dulu sekitar 300 meter menuju Masjid. Cuaca ini sanggup membuat kami seperti di gurun, keringat bercucuran dan tenggorokan kering kerontang. Duh, ternyata ada ujian juga dalam wisata religi ini.Â
Pintu gerbang Masjid Luar Batang tampak artistik dengan warna putih. Gapura pintu yang masih asli dengan arsitektur kuno kuno. Â Halaman masjid tidak begitu luas, karena itu tidak ada kendaraan parkir di sini, melainkan diarahkan ke tempat lain. Â Bangunan utama juga sesuai dengan bentuk aslinya, dengan sedikit tambahan.Â
Di samping masjid ada sebuah guci besar dan antik yang mengalirkan air sumur. Airnya dianggap keramat, banyak yang minum dan cuci muka dengan air ini, disertai doa dan hajat tertentu. Soal ini, tentu tergantung kepercayaan masing-masing ya.Â
Di sisi kanan ada kompleks makam di mana ada pohon kurma yang tumbuh dan berbuah. Di belakangnya ada dua menara. Satu menara tua yang merupakan bagian dari masjid, digunakan untuk kumandangkan azan, juga berfungsi mengintai aktivitas tentara Belanda pada masa itu. Sedangkan menara yang baru, lebih tinggi, memang dimaksudkan untuk mengumandangkan azan.Â
Menurut sejarahnya, Masjid Luar Batang didirikan oleh Habib Husein bin Abu Bakar bin Abdillah Alaydrus, salah seorang keturunan Rasulullah yang datang dari Yaman. Beliau tiba sekitar tahun 1736 di pelabuhan Sunda Kelapa.Â
Habib Husein dikenal sebagai tokoh yang menentang penjajah Belanda. Karena itu ia juga pernah ditangkap dan dipenjarakan. Â Habib Husein meninggal pada tanggal 24 Juni 1756. Semula akan dimakamkan di tempat lain, tetapi ketika keranda diangkat, jenazah selalu kembali ke rumah. Inilah sebabnya disebut Luar Batang yang berarti keluar keranda.
Makam Habib Husein Luar Batang ada di dalam masjid. Orang-orang yang ziarah memanjatkan doa untuk beliau, di samping juga beribadah seperti biasa. Untuk jamaah perempuan yang ingin berziarah, terdapat ruang kecil tersendiri.
Masjid Islamic Center
Sinar matahari masih sangat garang ketika kami melanjutkan perjalanan ke Masjid Islamic Center. Jujur kami sudah sangat kehausan. Dehidrasi membuat sebagian dari kami mulai pusing dan lemas. Terutama bagi kami yang sudah tidak muda lagi.Â
Area Masjid Islamic Center ini cukup luas, bus bisa masuk dan parkir di samping masjid. Kami memasuki bangunan yang megah ini, pertama melihat taman, lalu menyusuri dan mengelilingi koridor ke bangunan utama.Â
Saya teringat bahwa Masjid Islamic Center ini diprakarsai oleh Gubernur DKI Jakarta pada waktu itu, yaitu Sutiyoso atau lebih akrab dipanggil Bang Yos. Â Masjid ini menggantikan sebuah lokalisasi terkenal yang dibangun pada masa Gubernur Ali Sadikin untuk menempatkan para pekerja seks dalam satu area agar tidak mencemari tempat lainnya. Lokalisasi itu adalah Kramat Tunggak.
Bang Yos mendapatkan Ilham membangun Masjid Islamic Center ketika menunaikan ibadah umroh. Setelah berkonsultasi dengan para ulama, Bang Yos mendapat persetujuan dan dukungan untuk mengganti lokalisasi dengan tempat ibadah. Masjid Islamic Center bukan hanya dimaksudkan untuk beribadah secara rutin, tetapi juga menjadi pusat kajian agama Islam.
Sayangnya Masjid Islamic Center mengalami musibah kebakaran yang disebabkan korsleting listrik saat melakukan renovasi. Akibatnya, kubah masjid runtuh dan beberapa bagian bangunan rusak. Peristiwa yang terjadi tahun lalu itu, menyebabkan masjid perlu perbaikan besar-besaran. Dan ini membutuhkan waktu lama. Untuk sementara tempat salat dipindahkan ke auditorium hingga renovasi selesai.
Secara keseluruhan masjid ini megah dan indah. Tamannya saja cukup luas dengan design menarik. Kami jadi hanya berfoto saja di masjid yang besar ini. Mudah mudahan kondisi masjid cepat pulih agar bisa berfungsi seperti semula. Sayang sekali jika melihat kolam ikan yang keruh dan tak terawat.Â
Oh ya, selama Ramadan adalah live music religi di dekat gerbang masuk. Jadi pengunjung bisa rileks sambil mendengarkan lagu-lagu yang dilantunkan penyanyi muda.Â
Masjid Ramli Mustofa
Destinasi terakhir adalah Masjid Ramlie Mustofa. Masjid ini ada di tengah kawasan elit Sunter, persis berseberangan dengan danau Sunter yang terkenal. Masjid ini dijuluki sebagai Taj Mahal Indonesia karena arsitekturnya mirip dengan bangunan Taj Mahal di India.Â
Nama Masjid Ramlie Mustofa sesuai dengan keluarga yang membangun masjid ini. Mereka adalah mualaf yang kemudian mewakafkan masjid ini untuk umum. Ramlie Mustofa merupakan gabungan dari nama sekeluarga. Ramli, sang ayah, dan sang ibu bermarga Lie. Lalu dengan tiga anak yaitu Muhammad, Sofyan dan Fabian.b
Ada tiga bahasa digunakan dalam masjid ini. Terutama di bagian ruang wudu, dengan memberikan keterangan tata cara berwudu. Bahasa Indonesia, Bahasa Mandarin dan Bahasa Arab. Ini tujuannya agar muslim keturunan Tionghoa tidak mengalami kesulitan, tak perlu bertanya pada orang lain.Â
Tidak seperti masjid lainnya, pengeras suara masjid hanya mengarah ke dalam. Hal ini sesuai dengan kesepakatan penduduk sekitar agar tidak mengganggu mereka. Satu hal yang menarik, masyarakat umum boleh menggunakan ruangan aula untuk acara resmi seperti pernikahan tanpa biaya.Â
Menjelang Maghrib kami meluncur ke hotel Swiss Bell Inn Kemayoran untuk berbuka puasa. Kami yang sudah kehausan tentu saja ingin cepat-cepat minum melepaskan dahaga. Di sana kami makan sepuasnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI