Kalau mau melihat jamu tradisional naik kelas, datang deh ke kafe jamu Acaraki yang berada di deretan ruko antik sebelah museum Fatahillah. Kafe Acaraki ini ditata apik dan estetik, sehingga tampak menarik. Ada bufet yang dilengkapi dengan TV dan buku-buku.Â
Di tengah-tengah terdapat meja panjang dengan seperangkat kursi. Beberapa meja kecil juga tersedia. Sedangkan bar jamu ada di pojok ruangan. Barista jamu menunjukkan cara meracik jamu dari bahan rempah-rempah asli. Jadi kami minum jamu segar di sini.
Namun ternyata Acaraki telah memproduksi jamu untuk masyarakat umum dengan kemasan modern. Jamu ditempatkan dalam kaleng sehingga mudah dibeli dan dibawa. Kita bisa menemukannya di mini market.
Dalang dan wayang
Seusai minum jamu, kami mengunjungi tempat Aldi, yang merupakan pengrajin wayang sekaligus dalang. Bang Aldi semula ikut mengisi museum wayang, tapi karena karena sesuatu hal, akhirnya membuat panggung sendiri.Â
Di ruangan milik bang Aldi ini, penuh dengan wayang, baik itu wayang kulit maupun wayang golek. Di ujung ruangan ada layar yang biasa untuk pertunjukan wayang kulit. Jika diminta, maka bang Aldi menjadi dalang dan menceritakan kisah Ramayana dan Mahabharata.Â
Hebatnya, bang Aldi ini sering diundang menjadi dalang di kedutaan. Dia bisa membawakan cerita dalam bahasa Inggris. Bang Aldi juga menerima pesanan membuat wayang kulit. Satu wayang memerlukan waktu satu bulan untuk pengerjaan. Wah, lama ya. Pantas harganya mahal, mencapai tujuh ratus ribu Rupiah.
Amsterdam KW
Tahukah anda bahwa konsep pembangunan Belanda di kota tua mirip dengan kota Amsterdam? Yup, di sini ada sepotong "Belanda". Bangunan-bangunan yang berdiri tak ubahnya seperti yang ada di negara Londo.Â